Mengenal 13 Budaya Jatim yang Ditetapkan Warisan Takbenda 2024

Budaya Jawa Timur yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WTB) Indonesia kembali bertambah. Sebanyak 13 karya budaya dari Jawa Timur resmi ditetapkan menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia tahun 2024 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim dalam akun Instagramnya @disbudparprovjatim mengatakan, penetapan ini secara resmi dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2024.
13 karya budaya Jatim yang ditetapkan WTB 2024 berasal dari berbagai daerah. Masyarakat Jatim patut bangga karena ada bahasa daerah, kuliner khas, tari tradisional, bangunan hingga kearifan lokal yang masuk ke dalam WTB 2024. Informasi lengkap mengenai budaya apa saja yang ditetapkan menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2024, ada di penjelasan di bawah ini.
1. Bahasa Madura

Bahasa Madura merupakan bahasa yang berasal dari Pulau Madura. Bahasa ini tersebar di Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Selain itu, bahasa Madura juga tersebar di Kabupaten Malang, Situbondo, Bondowoso, Pasuruan, Jember, Banyuwangi, dan Pulau Bawean (Kabupaten Gresik) hingga luar Jawa.
Bahasa Madura di Jawa Timur terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Pulau Madura dan dialek Pulau Bawean dengan persentase perbedaan sebesar 53%. Jumlah penutur bahasa Madura ada di peringkat keempat dari 746 bahasa daerah di Indonesia, setelah bahasa Jawa, bahasa Sunda dan bahasa Melayu.
2. Kerupuk Abang Ijo (Kab. Bojonegoro)

Kerupuk Bang-Jo (Abang Ijo) dari Kabupaten Bojonegoro masuk dalam Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2024. Kerupuk ini sebenarnya bernama kerupuk Klenteng Rasa Asli, karena lokasi produksinya berada di dekat Klenteng Hok Swie Bio. Namun karena kerupuknya berwarna-warni sehingga oleh masyarakat setempat dijuluki kerupuk abang ijo.
Kerupuk ini sudah ada sejak tahun 1929, didirikan oleh pasangan suami istri Tan Tjian Liem dan Oei Hay Nio. Kini kerupuk Klenteng Rasa Asli sudah dijalankan oleh generasi keempat. Banyak yang menjadikan kerupuk abang ijo sebagai oleh-oleh khas Bojonegoro.
3. Ampo Tuban (Kab. Tuban)

Ampo adalah camilan tradisional khas Tuban yang cukup populer karena bahan bakunya yang tidak biasa. Ampo terbuat dari tanah liat yang bentuknya mirip astor. Ampo sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda hingga saat ini.
Tak sembarang tanah liat dapat digunakan untuk membuat ampo. Tanah liat harus bersih, berstektur lembut dan tidak memiliki banyak bebatuan. Tanah liat kemudian dipadatkan untuk selanjutnya dikerok dan dibentuk mirip astor. Hasil kerokan ditempatkan ke dalam para-para bambu untuk selanjutnya diasapi. Tak hanya camilan, ampo juga digunakan sebagai obat penyakit gatal-gatal dan panas.
4. Pudak (Kab. Gresik)

Pudak adalah jajanan khas Kabupaten Gresik. Makanan ini terbuat dari bahan tepung beras, gula jawa, dan santan kelapa yang dimasukan ke dalam ‘ope,’ kemasan yang terbuat dari pelepah daun pinang. Ope inilah yang membuat pudak memiliki cita rasa khas dan bentuk yang mungkin tidak dapat ditemukan di tempat lain, mengingat daun pinang sudah mulai langka. Pudak memiliki cita rasa manis dari gula yang digunakan sebagai bahan baku. Warga yang berkunjung ke Gresik juga selalu membawa pudak sebagai buah tangan.
5. Dhurung Bawean (Kab. Gresik)

Dhurung dapat ditemui di rumah tradisional warga di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Keunikan rumah tradisional Bawean ditandai dengan adanya dhurung di bagian depan rumah. Dhurung merupakan balai kecil berukuran sekitar 2×3 meter dan terpisah dari bangunan rumah utama. Dhurung berfungsi untuk menerima tamu nonformal atau sekadar bersantai dan beristirahat serta mengobrol antarwarga. Selain sebagai tempat istirahat dhurung juga difungsikan sebagai lumbung padi atau hasil panen lainnya dengan cara diletakan pada bagian atap.
6. Krecek Bung (Kab. Lumajang)
Krecek Bung merupakan makanan akrab di lidah masyarakat Lumajang. Makanan ini dapat dijumpai di Kecamatan Pasrujambe dan Kecamatan Senduro. Krecek Bung berbahan dasar bung yang berasal dari kata rebung alias bambu muda.
Krecek Bung diolah dengan cara memasak yang khas dan jenis bambu khusus seperti jajang, petung, ori dan jabal. Rebung terlebih dulu direbus hingga empuk, lalu dipotong kecil-kecil kemudian ditusuk seperti sate. Setelah itu rebung diasap hingga kering cukup lama, antara 1-2 bulan. Rebung yang sudah kering kemudian dapat diolah menjadi berbagai masakan.
7. Jaranan Jur Ngasinan (Kab. Blitar)

Jaranan Jur Ngasinan termasuk salah satu kesenian jaranan tertua di Kabupaten Blitar. Jaranan Jur Ngasinan sudah ada sejak tahun 1921. Kesenian ini tumbuh dan berkembang di Desa Sukorejo, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar.
Jaranan Jur Ngasinan dipertunjukkan sebagai arak-arakan pada ritual siraman Gong Kyai Pradah yang dilaksanakan pada Maulid Nabi dan Idulfitri. Kesenian daerah ini juga digelar saat ritual bersih desa di bulan Selo.
8. Tari Remo Boletan (Kab. Jombang)

Tari Remo adalah salah satu kesenian tradisional asal Jombang yang terus berkembang saat ini. Ada banyak kreasi tari remo yang berkembang saat ini, salah satunya adalah tari Remo Boletan. Tari Remo Boletan dikreasikan pertama kali oleh seniman ludruk bernama Kamenan. Ia akrab disapa Cak Bolet sebagai nama panggung.
Tari Remo gaya Cak Bolet dikenal karena karakter gerak, iringan, dan gaya pemanggungannya yang dinamis, lincah, lucu, serta kreatif. Cak Bolet mengolaborasikan gerak remo yang sudah berkembang sebelumnya, yakni tari remo seniti, gerak silat, dan jaranan dor (jaranan khas Jombang). Kesenian ini memecahkan rekor MURI pada 11 Oktober 2022 dengan kategori Tari Remo Boletan oleh Penari Terbanyak. Sebanyak 41.112 peserta serentak menari di 19 titik di kecamatan dan 39 titik di SMP, serta di Alun-Alun dan sepanjang jalan protokol di Jombang.
9. Penanggalan Tengger (Kab. Pasuruan)

Masyarakat suku Tengger mendiami kawasan Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru (TNGBTS) yang meliputi Kabupaten Lumajang, Probolinggo, Pasuruan, dan Malang. Masyarakat suku Tengger memiliki penanggalan sendiri yang diturunkan dari kalender Hindu. Penanggalan Tengger terdiri dari 12 bulan yaitu bulan Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kanem, Kapitu, Kawolu, Kasanga, Kasadasa, Dhesta, dan Sadha.
Sistem penanggalan Suku Tengger dilakukan dengan mengadakan tradisi yang bernama Unan-unan setiap lima tahun sekali. Unan-unan digelar dalam bentuk persembahan sesaji berupa kepala kerbau, sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Tengger kepada alam karena telah memberikan kehidupan selama ini.
10. Roma Tabing Tongkok (Kab. Situbondo)

Roma Tabing Tongkok adalah rumah tradisional masyarakat Kabupaten Situbondo. Rumah ini dapat ditemui di wilayah Tapal Kuda. Roma Tabing Tongkok bercorak sama dengan rumah warga di Madura, karena nenek moyang masyarakat yang mendiami daerah Tapal Kuda berasal dari Madura. Roma Tabing Tongkok memiliki ciri khas terbuka pada bagian depan, ornamen motif geometris dan bunga-bunga, dan biasanya memanjang. Rumah Tabing Tongkok terdiri dari 2 bagian yaitu bagian luar yang biasa disebut ‘amper’ atau ruang tamu dan bagian dalam.
11. Baritan (Kab. Trenggalek)

Baritan merupakan upacara adat masyarakat Desa Salamwates, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek. Upacara adat Baritan ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Hari dan tanggal penyelenggaraan upacara ditentukan oleh sesepuh (pawang) dengan. Pendukung upacara Baritan adalah para petani masyarakat Desa Salamwates. Saat Baritan, para petani akan membawa Rojo Koyo dan perlengkapan sesaji berupa ambeng (nasi putih), longkong dan tali yang dibuat dari bambu yang disebut "dhadhung". Setelah upacara selesai, Baritan dilanjutkan dengan pagelaran pentas kesenian langen Tayub dan kesenian lain.
12. Bersih DAM Bagong (Kab. Trenggalek)

Bersih Dam Bagong adalah tradisi yang dilaksanakan oleh warga Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek, bersama para petani yang teraliri air sungai Dam Bagong. Bersih Dam Bagong bertujuan untuk mengenang jasa Ki Ageng Menak Sopal yang berhasil membangun sistem irigasi persawahan. Tradisi ini rutin digelar setiap tahun, ditandai dengan larung kepala kerbau bule ke Dam Bagong. Sebelum dilempar ke dalam dam, potongan kepala kerbau dan beberapa bagian tubuh kerbau diarak keliling kampung menuju makam Ki Ageng Menak Sopal.
13. Kupatan Durenan (Kab. Trenggalek)

Kupatan atau Lebaran Ketupat adalah salah satu tradisi yang berkembang di masyarakat, yang dilaksanakan setelah hari raya Idulfitri. Di Kabupaten Trenggalek, tradisi ini disebut dengan Kupatan Durenan yang sudah dilaksanakan turun temurun selama dua abad lebih. Kupatan Durenan dikenalkan oleh Mbah Mesir atau Kyai Abdul Masir, pendiri pondok pesantren Babul Ulum, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek pada tahun 1800an. Awalnya kupatan dilakukan untuk merayakan lebaran, setelah menjalani enam hari puasa syawal usai hari raya Idulfitri oleh kalangan pondok. Tradisi yang awalnya hanya dilaksanakan di Kecamatan Durenan ternyata meluas ke wilayah lain hingga kini. Kupatan Durenan menjadi daya tarik wisata Kabupaten Trenggalek karena sudah diagendakan dalam kalender wisata daerah.
Demikianlah penjelasan mengenai 13 karya budaya Jawa Timur yang masuk ke dalam daftar Warisan Budaya Takbenda Indonesia Tahun 2024. Semoga kebudayaan ini tetap dapat terus dilestarikan dan tak lekang oleh zaman. Serta semoga kebudayaan lain dapat masuk ke dalam daftar Warisan Budaya Takbenda Indonesia di tahun-tahun selanjutnya, agar budaya Tanah Air dapat terdokumentasi dengan baik.