5 Alasan Orang Gampang Tersesat di Alas Purwo Banyuwangi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyuwangi, IDN Times - Alas Purwo, terletak di Banyuwangi, Jawa Timur, adalah salah satu hutan yang menakjubkan dan kaya akan keindahan alam. Wilayah ini merupakan taman nasional yang menjadi rumah bagi flora dan fauna langka, serta dikelilingi oleh keindahan pantai-pantai yang mempesona.
Namun, ketenangan dan keelokan hutan ini dapat berubah menjadi ketakutan dan kebingungan bagi beberapa orang yang tidak berhati-hati atau kurang berpengalaman dalam menjelajahi alam terbuka.
Menurut Koordinator Basarnas Banyuwangi, Wahyu Setya Budi, ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang bisa tersesat di hutan paling tua di Pulau Jawa tersebut. Berikut rincian penyebabnya.
1. Kompleksitas tata letak dan vegetasi
Menurut Wahyu, hutan Alas Purwo Banyuwangi memiliki tata letak yang rumit dan vegetasi yang lebat. Pohon-pohon yang tinggi dan pepohonan yang rimbun membuat pandangan terbatas, menyulitkan pengunjung untuk melihat jalan dan arah yang harus diambil. Peta dan kompas bisa menjadi kurang akurat karena pengaruh pepohonan dan topografi yang kompleks.
"Karena hutan raya di Alas Purwo ini memang masih sangat asli dan menjadi hutan yang sangat rimbun," kata Wahyu kepada IDN Times, Selasa (1/8/2023).
Baca Juga: 5 Goa Paling Populer di Alas Purwo, Sering Jadi Wisata Spiritual
2. Tanda petunjuk yang terbatas
Di dalam hutan Alas Purwo, tanda petunjuk seperti tanda jalan atau marka jalan mungkin sangat terbatas atau bahkan tidak ada. Hal ini membuat pengunjung yang kurang berpengalaman atau tidak mempersiapkan diri dengan baik menjadi mudah tersesat.
Selain itu, cuaca di Alas Purwo bisa sangat berubah-ubah, dan hujan lebat atau kabut tebal dapat menyebabkan pandangan terganggu. Cuaca buruk juga bisa membuat jejak dan tanda-tanda arah menjadi hilang, memperburuk situasi ketika seseorang mencoba mencari jalan keluar
Baca Juga: 5 Kisah Mistis Alas Purwo, Jadi Tempat Semedi Para Raja
3. Tidak ada sinyal seluler atau internet
Menurut Wahyu, meskipun Alas Purwo sudah disulap menjadi wisata alam namun alam tetap mempertahankan ciri khasnya, yakni liar. Di hutan, sinyal GPS dan kompas dapat terpengaruh oleh pepohonan dan topografi yang kompleks, menyebabkan ketidakakuratan atau kesalahan dalam navigasi.
Mengacu pada pengalaman evakuasi empat orang yang hilang tersesat seperti diberitakan IDN Times sebelumnya, mereka mencoba mengirim pesan teks namun terjeda karena sinyal.
"Berkali-kali korban mencoba mengirim SMS tapi gagal. Sekalinya berhasil ada jeda hampir satu jam lamanya untuk bisa ada notifikasi pesan terkirim," jelas Wahyu.
Baca Juga: 4 Wisatawan Alas Purwo Banyuwangi Dilaporkan Hilang
4. Fitur alam liar membingungkan orang
Beberapa fitur alam seperti sungai, lembah, atau punggungan dapat terlihat mirip di hutan, menyebabkan orang tersesat dan bergerak dalam lingkaran atau arah yang salah. Selain itu juga rawan terjadi penyimpangan dari jalur.
"Ketika orang mencoba menjelajahi hutan atau berjalan di jalur yang tidak terawat, mereka dapat dengan mudah menyimpang dari jalur dan kehilangan arah pulang," katanya.
Meskipun kecil kemungkinannya, namun seseorang juga bisa tersesat di Alas Purwo Banyuwangi karena gangguan satwa liar. Sebagai taman nasional, Alas Purwo menjadi habitat bagi berbagai satwa liar, termasuk hewan buas. Sementara sebagian besar satwa akan menghindari interaksi dengan manusia, tetapi terdapat potensi gangguan dan bahaya jika seseorang tersesat dan mengganggu habitat mereka.
5. Human error
Banyak orang yang datang untuk mengeksplorasi Alas Purwo mungkin kurang mempersiapkan diri secara memadai atau memiliki pengalaman yang cukup dalam menjelajahi hutan. Tanpa pengetahuan tentang navigasi, pengetahuan lingkungan, dan peralatan yang sesuai, kemungkinan tersesat menjadi lebih tinggi.
Selain itu, di hutan, tanah yang lembut dan permukaan yang tidak rata dapat menyebabkan jejak menjadi sulit untuk ditemukan, sehingga orang kesulitan mengikuti jejak mereka sendiri kembali. Tak kalah penting, faktor fisik yang dalam kondisi yang kurang fit dapat berpengaruh juga.
"Tidak ada persiapan matang, tidak memetakan wilayah terlebih dahulu, selain itu faktor fisik juga mempengaruhi. Seseorang bisa saja kehilangan konsentrasi di dalam hutan. Entah itu karena kelelahan atau bahkan terlena karena keindahan alamnya," cetus Wahyu.
Baca Juga: 5 Misteri Sosok Gayatri, Penunggu Alas Purwo Banyuwangi
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.