Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Masih Peringkat 2, Hampir Dipastikan Jatim Gagal Juara Umum

Atlet Jatim mendominasi cabang olahraga tenis di PON XX Papua 2021. (IDN Times/Tata Firza).

Surabaya, IDN Times - Jelang berakhirnya gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, Jawa Timur (Jatim) masih bertahan di peringkat kedua klasemen sementara. Sedangkan puncak klasemen diduduki Jawa Barat (Jabar), sementara DKI Jakarta ketiga.

1. Jatim masih jauh tertinggal dari Jabar

Gubernur Khofifah (kiri) bersama Ketua KONI Jatim, Erlangga Satriagung usai pelepasan atlet Jatim ke PON Papua. Dok. Ist.

Data PB PON XX Papua yang dilihat pukul 09.00 WIB, 14 Oktober 2021, Jatim mengoleksi total 270 medali. Rinciannya, 106 emas, 86 perak dan 78 perunggu. Sementara Jabar mengumpulkan 333 medali terdiri dari 125 emas, 97 perak dan 111 perunggu.

Lebih lanjut, DKI Jakarta mendapatkan sebanyak 282 medali dengan rincian, 99 emas, 87 perak dan 96 perunggu. Tuan rumah Papua masih tertahan di peringkat keempat dengan perolehan 246 medali, 87 emas, 60 perak dan 99 perunggu.

2. Sebut persiapan minim

Gubernur Khofifah (kiri) bersama Ketua KONI Jatim, Erlangga Satriagung usai pelepasan atlet Jatim ke PON Papua. Dok. Ist.

Ketua Harian Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur (Jatim), M. Nabil tetap mengapresiasi capaian dan perjuangan atlet-atlet Jatim meski belum bisa mengkudeta posisi Jabar. Sebab, PON tahun ini banyak tantangan.

Tantangan yang dimaksud seperti halnya persiapan sangat minim. Apalagi ketika COVID-19 lagi ganas-ganasnya, semua atlet pun diminta latihan jarak jauh di sekitar tempat tinggalnya saja. "Pelatih dan kamibhanya bisa mantau lewat Zoom dan video call," kata Nabil, Kamis (14/10/2021).

3. Peta persaingan juga jadi alasan

Para atlet Jatim saat bertemu Gubernur Jatim di PON XX Papua. Dok. Humas Pemprov Jatim.

Tak hanya itu saja, peta persaingan di beberapa cabang olahraga (cabor) selama pandemik COVID-19 menjadi abu-abu. KONI Jatim mengakui bahwa kesulitan mengukur kekuatan lawan-lawannnya lantaran tidak ada kompetisi atau event olahraga sama sekali.

"Antara Pra-PON dengan PON juga jaraknya 2 tahun, nah 2 tahun ini sudah mengidentifikasi kekuatan-kekuatan lain. Tapi akan tetap evaluasi hasil ini, kami juga lihat kesungguhan dari pelatih, atlet dan ofisial yang luar biasa," pungkas dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ardiansyah Fajar
EditorArdiansyah Fajar
Follow Us