TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Inovatif, Mahasiswa UMM Ciptakan Sarung Tangan Cegah Saraf Terhimpit

Ada sensor untuk mendeteksi gerakan tangan

Mahasiswa UMM menunjukkan sarung tangan anti saraf terjepit. Dok/Humas UMM

Malang, IDN Times - Inovasi menarik kembali dihasilkan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kali ini, empat orang mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) menciptakan medical wristband atau sarung tangan pendeteksi saraf terjepit. Keempat mahasiswa tersebut adalah Aurizan Adli, Agam Siswanto Hardoyo, Arif Kusuma Firdaus dan Waldiyansyah Rizkyfi Makky. 

1. Untuk membantu meminimalisir CTS

Mahasiswa UMM menunjukkan sarung tangan anti saraf terjepit. Dok/Humas UMM

Arif Kusuma Firdaus menjelaskan bahwa sarung tangan yang mereka buat tersebit berfungsi untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya Carpal tunnel syndrome (CTS). CTS merupakan penyakit yang terjadi akibat terhimpitnya saraf yang ada di pergelangan tangan.

Sindrom ini umumnya ditemui pada orang-orang yang sering menggunakan tangan secara berulang dalam bekerja. Penyakit ini umumnya menyerang pegawai kantoran, pemetik daun teh, pelinting rokok, dan juga gamer professional. Hal ini disebabkan penggunaan tangan yang berulang dan dalam jangka waktu yang lama. 

“Bagi para pekerja, penyakit ini cukup mengganggu produktivitas. Jika telah terkena sindrom ini, pergelangan tangan akan terasa sakit jika dipakai bergerak agak berat atau secara terus-menerus. Hal ini akan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari serta aktivitas di tempat kerja,” ungkap mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK), Sabtu (4/9/2021). 

2. Ada sensor pendeteksi pergerakan pergelangan tangan

Mahasiswa UMM menunjukkan produk sarung tangan anti saraf terjepit. Dok/Humas UMM

Arif menambahkan bahwa medical wristband yang dirancang timnya ini berbentuk sarung tangan. Pada bagian tengah alat ditanamkan sensor untuk mendeteksi gerakan di pergelangan tangan. Khususnya gerakan ke arah ibu jari atau istilah medisnya radial deviasi. Informasi yang diperoleh dari sensor akan dikirim ke microcontroller Arduino untuk diproses.

“Dari situ bisa ditentukan apakah jumlah gerakan tangan yang dilakukan akan beresiko menjadi CTS atau tidak. Jika beresiko, alat ini akan bergetar sebagai peringatan kepada si pemakai,” ujar mahasiswa kelahiran Malang tersebut.

Baca Juga: Jarvis, Aplikasi Pemutar Alquran Karya Mahasiswa UMM 

3. Perbedaan disiplin ilmu jadi kendala

instagram.com/kristenanniebell

Perbedaan disiplin ilmu antara tim dan topik yang dibahas menjadi kendala terbesar dalam proses pembuatan alat. Ia mengatakan jika seluruh kelompoknya berasal dari bidang kedokteran, sementara proses pembuatan alatnya lebih condong ke bidang elektronika. Oleh karena itu, tim ini bekerja sama dengan Lembaga Semi Otonom (LSO) Robotika UMM untuk proses pembuatan alat.

“Dalam proses pembuatan alat, kami mendiskusikan semua bahan dan komponen serta perancangan dengan LSO Robotika. Untuk bahan dalam pembuatan sensor, tim kami menggunakan fibroin dan laponite. Kedua bahan tersebut memiliki kelebihan yaitu ramah lingkungan. Sehingga lebih mudah untuk di daur ulang atau diuraikan kembali,” jelas Arif.

Baca Juga: E-Rice Detector: Aplikasi Pendeteksi Penyakit Padi Karya Mahasiswa UMM

Berita Terkini Lainnya