Bayi Kembar Identik Lahir dari Satu Embrio di Usia 46 Tahun

- Seorang perempuan 46 tahun melahirkan bayi kembar identik dari satu embrio, setelah empat kali program IVF yang gagal.
- Teknologi Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGT-A) memilih embrio terbaik dan memastikan kehamilan berjalan aman.
- Kisah ini menjadi simbol harapan bagi pasangan yang merasa waktu sudah lewat, membuktikan bahwa keajaiban medis bisa membuka jalan bagi doa yang tak pernah putus.
Surabaya, IDN Times - Harapan bisa tergenapi dalam berbagai bentuk. Bagi Nur Endah Wahyuningsih, seorang perempuan 46 tahun, harapan itu hadir dalam bentuk dua tangis mungil yang nyaring, bayi kembar identik yang ia lahirkan di usia yang tak lagi muda. Lebih istimewa lagi, kedua bayi itu berasal dari satu embrio, sebuah keajaiban medis yang sangat langka.
Perjuangan panjang Nur dan sang suami, Jordy Bertrand (44), warga negara Belanda, dimulai bertahun-tahun lalu. Selama lebih dari satu dekade, mereka menanti, berusaha, dan tidak pernah menyerah. Setelah empat kali program IVF (bayi tabung) yang belum membuahkan hasil, pasangan ini kembali mencoba untuk kelima kalinya, kali ini bersama dr. Benediktus Arifin atau yang akrab disapa dr. Benny dari Morula IVF Surabaya.
"Pada saat program IVF kelima dilakukan, harapan memang tipis. Namun, kami percaya bahwa jika kami tetap berusaha, Tuhan pasti menunjukkan jalan," ungkap Nur dengan mata berkaca pada Jumat (20/6/2025).
Di usia 45 tahun saat program IVF kelima dilakukan, kemungkinan keberhasilan hamil dengan satu embrio hanyalah 1 persen. Dan kemungkinan embrio tunggal tersebut berkembang menjadi kembar identik? Hanya sekitar 1 dari 10.000 kasus.
Namun, di sinilah takdir memainkan perannya. Dengan teknologi Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGT-A), Morula IVF Surabaya memilih embrio terbaik, embrio yang terbukti sehat secara genetik dan menanamkannya ke rahim Nur. Hasilnya, bukan hanya kehamilan yang terjadi, tetapi juga kelahiran dua bayi kembar identik yang sehat dan sempurna.
"Di ruang operasi, saya tidak bisa menahan haru. Di balik masker dan jubah operasi, saya menangis," tutur dr. Benny mengenang momen kelahiran.
Kehamilan pada usia 46 tahun secara medis termasuk kategori risiko tinggi, terutama terhadap kemungkinan kelainan genetik pada janin. Namun, teknologi PGT-A menjawab tantangan itu.
Berkat ketelitian proses dan dukungan tim medis yang solid, kehamilan ini berjalan aman, dan bayi lahir dalam kondisi sehat. Kisah Nur dan Jordy kini menjadi simbol harapan baru bagi banyak pasangan yang merasa waktu sudah lewat. Bahwa tak ada kata terlambat selama masih ada usaha, dan bahwa keajaiban medis bisa membuka jalan bagi doa yang tak pernah putus.
"Saya tidak hanya merasa menjadi orang tua, tapi juga saksi dari mukjizat. Kami percaya, waktu Tuhan tidak pernah salah," ungkap Jordy.