Wisudawan Unesa Teliti Peradilan Khusus Kasus Kekerasan Seksual

Surabaya, IDN Times - Fenomena kekerasan seksual di Indonesia masih menjadi momok tersendiri. Bahkan kasusnya tersebar hampir di tiap provinsi. Salah satunya ialah Jawa Timur (Jatim).
Berdasarkan laporan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPA) sepanjang triwulan pertama tahun 2024 ada ribuan orang yang alami kekerasan di Jawa Timur.
Data tersebut terdiri dari 957 kasus kekerasan, dengan rincian 209 korban laki-laki dan 811 korban perempuan. Kekerasan terhadap perempuan di Jawa Timur ini mencakup berbagai jenis, seperti kekerasan fisik, psikis, seksual, dan lainnya.
Salah satu wisudawan terbaik Fakultas Hukum Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Graciela Natasha Tessalonica mengaku tergugah dengan fenomena yang ada. Ia pun membuat penelitian terkait kekerasan seksual berjudul Perbandingan Sistem Peradilan antara Indonesia dan Malaysia dalam Kasus Kekerasan Seksual.
"Indonesia perlu pengadilan khusus seperti Tipikor, tapi ini khusus kasus kekerasan seksual. Pengadilan di Malaysia itu tidak hanya menjamin kepastian hukum untuk korban tetapi juga Hak Asasi Manusia (Ham) bagi pelaku atau tersangka," ujarnya usai acara wisuda di Graha Unesa di Surabaya, Selasa (20/8/2024).
Berkat dukungan dari dosen pembimbingnya dan teman-teman dari Universitas Sultan Zainal Abidin (Uniza) Malaysia, peraih IPK 3,74 dan predikat cumlaude ini berhasil menyelesaikan penelitian dengan baik.
Tasha tidak hanya berprestasi di bidang akademis, tetapi ia juga menorehkan berbagai prestasi di luar perkuliahan. Dia pernah dinobatkan sebagai Putri Unesa 2021, Duta Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) 2021, Mawapres Utama 2022 dan penerima Beasiswa Bank Indonesia 2023.
Selain itu, ia juga meraih Juara 1 pada National University Debating Championship (NUDC) FISH UNESA 2023, 10 besar Nasional dalam IHL Moot Court ICRC, dan menjadi presenter pada 3rd International Conference on Law Studies yang diselenggarakan oleh Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jakarta.
Selain itu, Tasha juga telah menerbitkan sebuah jurnal ilmiah Scopus bersama dosen pembimbingnya. Jurnal itu meneliti tentang pemahaman mahasiswa UNESA terhadap kasus kekerasan seksual di kampus.
Penerbitan jurnal ini menjadi bukti dedikasi Tasha dalam menyuarakan isu-isu penting yang sering kali terabaikan. "Saya merasa bahwa pemahaman dan kesadaran akan kasus kekerasan seksual di lingkungan kampus harus lebih ditingkatkan," ungkapnya.
Meskipun sibuk dengan berbagai kegiatan organisasi seperti menjadi Ketua UK3P, ia tetap menjaga komitmennya untuk berprestasi di bidang akademik. Kuliah tetap menjadi prioritas utamanya.
"Dukungan teman-teman dan kemampuan membagi waktu sebagai kunci keberhasilan saya," bebernya.
Tantangan terbesar yang dihadapi Tasha selama perkuliahan adalah ketika ibunya jatuh sakit dan didiagnosa gagal ginjal. Namun, dengan tekad yang kuat dan pikiran positif, ia mampu melalui masa-masa sulit tersebut.
"Puji Tuhan, saya bisa melalui itu semua," tambahnya.
Pengalaman yang paling menarik bagi Tasha selama perkuliahan adalah kesempatan menjadi Putri Unesa 2021, menjadi MC, dan moderator. Semua itu, menurutnya, telah memperkaya keterampilan public speaking-nya dan membuka banyak kesempatan.
"Perkuliahan adalah tempat di mana kita bisa menggali potensi diri," tuturnya.
Ia percaya pada prinsip hidupnya: “Do your best, but don’t feel like you are the best, and let God do the best.” Baginya, prinsip ini bukan sekadar kata-kata, melainkan panduan hidup yang ia pegang erat dalam setiap langkahnya.
"Lakukan yang terbaik, tetapi jangan pernah merasa bahwa kita yang paling hebat,” tuturnya.
Bagi Tasha, rendah hati bukan berarti merendah, tetapi sadar bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang akan menentukan hasil akhirnya.