Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Terungkap Fakta Mengejutkan saat Kerusuhan Final Futsal Porprov Jatim

Laga final cabor Futsal Porprov IX Jawa Timur 2025 di Graha Polinema. (Dok. AFK Malang)
Intinya sih...
  • Ketua AFK Malang yakin pelaku kerusuhan bukan suporter, berdasarkan bukti-bukti yang menunjukkan seragam kontingen digunakan oleh penyerang wasit dan pemain Kota Surabaya.
  • Ketua AFK Malang menyatakan kepemimpinan wasit dalam pertandingan final Futsal Porprov Jatim dirasa tidak adil dan mengungkapkan ketidakpuasan terhadap keputusan akhir laga.
  • Ketua AFK Malang menyatakan rasa bangganya terhadap para atletnya meskipun tidak mendapatkan medali emas, karena mereka telah mempersiapkan tim dengan baik selama 10 bulan.

Malang, IDN Times - Kerusuhan saat Final Cabor (Cabang Olahraga) Futsal di Graha Polinema pada Jumat (27/6/2025) sore jadi noda dalam Porprov IX Jawa Timur 2025 Malang. Laga yang dihentikan saat waktu masih menyisakan 8 menit 33 detik ini membuat Kota Malang harus kalah 0-2 dari Kota Surabaya. Ketua Asosiasi Futsal Kota (AFK) Malang, Rizal Ghaniem, mengungkapkan fakta-fakta baru dalam kejadian ini.

1. Ketua AFK Malang yakin pelaku kerusuhan bukan suporter

20250704_162934.jpg
Ketua AFK Malang, Rizal Ghaniem. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Rizal mengungkapkan kalau berdasarkan bukti-bukti yang ia kumpulkan, terlihat kalau pelaku kerusuhan yang melakukan penyerangan pada wasit dan pemain Kota Surabaya bukanlah penonton atau suporter. Pasalnya mereka menggunakan seragam kontingen, selain itu tidak mudah bagi penonton yang ada di tribun atas untuk turun ke lapangan karena pintu masuk ke lapangan dijaga ketat oleh tim pengamanan.

"Kalau dilihat dari beberapa video itu kericuhan ada di bawah, kalau dari bawah itu kan dari orang-orang yang pakai baju biru, kenapa kok mereka bisa sampai berada di pinggir lapangan. Itu bukan dari suporter, kalau suporter saya rasa di atas, kalau di bawah itu baju biru-putih itu saya rasa baju kontingen, yang saya tidak tahu itu dari mana, siapa itu, siapa mereka yang selama ini kita belum kita sorot," terangnya saat dikonfirmasi pada Sabtu (5/7/2025).

Rizal berharap pihak berwenang bisa mengusut siapa orang-orang yang memakai baju kontingen ini. Pasalnya mereka telah merugikan Tim Kota Malang yang seharusnya bisa berbuat lebih dalam pertandingan tersebut.

"Harapan kita sebenarnya agar bisa menyelesaikan pertandingan dengan selesai, betul-betul tuntas. Namun yang terjadi tidak demikian, kita tertinggal 0-2, waktu pertandingan itu kurang tersisa 8 menit 33 detik. Di futsal satu dua menit itu sangat berpengaruh besar untuk terciptanya gol," tegasnya.

2. Ketua AFK Malang soroti kepemimpinan wasit yang dirasa berat sebelah

20250704_162440.jpg
Ketua AFK Malang, Rizal Ghaniem. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Rizal juga menyoroti kepemimpinan ketiga wasit yaitu Yudi Kriswanto selaku wasit 1, Andika Alfianto selaku wasit 2, dan Abdul Muntholib selaku wasit 3 dalam pertandingan final ini. Ia merasa peraturan Law of The Game (LOTG) tidak ditegakkan oleh kepanpelan hingga wasit.

"Catatan kami untuk wasit ada 3 pelanggaran yang tidak diputuskan secara bijak oleh wasit. Pelanggaran keras pertama tidak dihiraukan, begitu juga saat pelanggaran keras kedua, kemudian pada pelanggaran keras keras ketiga seharusnya kena kartu merah, tapi itu cuma dikasih kartu kuning," bebernya.

Rizal mengungkapkan jika usai laga berakhir ricuh, ia mendapat usulan agar Kota Malang dan Kota Surabaya menjadi juara bersama. Tapi usulan ini langsung ditolak, dan ia menyatakan mengakui kekalahan dalam laga ini, sehingga Kota Surabaya mendapat medali emas dan Kota Malang hanya mendapatkan medali perak.

"Bagaimana kita bisa menjadi juara bersama kalau dalam pertandingan saja kita tertinggal 0-2. Jadi kami menyatakan menerima kekalahan, keputusan ini juga saya ambil setelah berdiskusi dengan anak-anak," ujarnya.

3. Ketua AFK Malang mengaku bangga dengan atlet-atletnya

20250704_162936.jpg
Ketua AFK Malang, Rizal Ghaniem. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Lebih lanjut, Rizal menyampaikan kalau ia bangga dengan para atletnya meskipun tidak mendapatkan medali emas dalam ajang ini. Mereka telah mempersiapkan tim selama 10 bulan bahkan mengontrak pelatih profesional yaitu Naim Hamid yang merupakan mantan pelatih tim futsal Pendekar United milik Atta Halilintar.

"Saya cukup bangga dengan atlet-atlet yang sudah kita bina, membina atlet bukan dari segi cara bermain, tapi dari cara kita membangun attitude. Kami membangun kebersamaan," pungkasnya.

Share
Topics
Editorial Team
Faiz Nashrillah
EditorFaiz Nashrillah
Follow Us