Unik, Mahasiswa Unair Sulap Kulit Udang Jadi Masker

Pembuatannya pun hanya 5 hari

Surabaya, IDN Times - Inovasi terus dilakukan oleh akademisi di tengah pandemik COVID-19. Lima mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) membuat masker kain filter antibakteri dan antivirus dari limbah kulit udang. Inovasi ini dinamai Chitomask.

Kelima mahasiswa itu Reza Istiqomatul Hidayah mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan 2017; Muhammad Rizky Widodo dan Salsabila Farah Rafidah, Fakultas Kesehatan Masyarakat 2018; Ardelia Bertha Prastika, Fakultas Kedokteran 2019; Firman Hidayat Fakultas Sains dan Teknologi 2019.

1. Memberi proteksi tambahan

Unik, Mahasiswa Unair Sulap Kulit Udang Jadi MaskerProses pembuatan Chitomask karya mahasiswa Unair. Dok. Humas Unair.

Chitomask sendiri dapat memberikan proteksi tambahan dengan filternya yang memiliki kemampuan antivirus dan antibakteri. Terutama komposisi bahannya yang biodegradable atau mudah terurai secara alami sehingga bisa meminimalkan limbah masker saat pandemik. Tentunya dengan model yang trendy.

“Chitomask ini tidak merusak lingkungan, untuk terurainya pun paling lama satu bulan,” ujar Ardelia, Kamis (22/7/2021).

2. Tahap pembuatannya lima hari saja

Unik, Mahasiswa Unair Sulap Kulit Udang Jadi MaskerLima mahasiswa Unair yang bikin Chitomask. Dok. Humas Unair.

Adapun tahap pembuatan Chitomask yang dilalui Ardelia, yakni tahap praproduksi dan produksi membutuhkan waktu lima hari. Jadi prosesnya kitosan atau limbah kulit udang dibuat gel terlebih dahulu hingga menunjukkan warna bening dan konsentratnya mengental. 

"Jika dihitung dari tahapan pembuatan gel hingga coating itu tiga hari. Sedangkan produksi filter memakan waktu dua hari, hari pertama pelarutan kitosan dan hari kedua pengovenan,” kata dia.

Baca Juga: Pakar Unair Bantah Klaim dr Lois Soal Asidosis Laktat Obat COVID-19

3. Bahan dasarnya tak bikin alergi

Unik, Mahasiswa Unair Sulap Kulit Udang Jadi MaskerChitomask, masker berbahan dasar kulit udang karya mahasiswa Unair. Dok. Humas Unair.

Lebih lanjut, beberapa keunggulan kitosan, antara lain senyawanya tidak beracun, tidak mengandung protein pemicu alergi, sebagai bahan alami yang biokompatibilitas, bioaktivitas dan keamanan biologis yang tinggi.

“Semoga kedepannya masyarakat bisa bijak dalam bersikap, meskipun dalam fase yang menghantam seperti pandemi. Harus diingat kita hidup berdampingan dengan lingkungan. Pandemi bisa saja selesai, tetapi jangan sampai lingkungan menimbulkan persoalan baru,” pungkas Ardelia.

Baca Juga: Inspiratif! Wisudawan Terbaik S2 Unair Biayai Kuliah dengan Jadi Ojol

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya