Trauma, Keluarga Korban Kanjuruhan Sampai Takut Nyalakan TV

Ia memilih tak datang ke peringatan setahun Kanjuruhan

Malang, IDN Times - Siti Mardiyah (55) masih menatap kosong foto putrinya yang menjadi korban Tragedi Kanjuruhan. Korban adalah Mitha Maulida (26), warga Jalan Ternate Kelurahan Kasin, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Meskipun susah setahun putrinya meninggal dunia, ia hingga kini belum sepenuhnya ikhlas ditinggal pergi. Siti masih merasakan duka mendalam. Bahkan, ia mengalami trauma tiap kali menyalakan televisi. Ia bahkan akan langsung berlari ke makam putrinya tiap kali pikirannya kalut.

1. Seperti orang linglung, Siti kehilangan putri yang setiap hari jadi teman curhatnya

Trauma, Keluarga Korban Kanjuruhan Sampai Takut Nyalakan TVAparat keamanan berusaha menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam (1/10/2022). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Siti menceritakan jika sejak kepergian Mitha Maulida, ia telah menjadi orang yang berbeda. Ia selalu terlihat linglung. Ia tidak lagi menjalankan hari-hari sebagai ibu rumah tangga seperti biasanya. Tidak hanya dirinya, seluruh keluarga juga mengalami perubahan sejak Mitha pergi.

Ia mengungkapkan jika putri satu-satunya ini merupakan teman curhatnya setiap hari saat masih hidup. Karena itulah ia sangat terpukul dengan kepergian Mitha yang mendadak. Ia merasa kehilangan separuh hidupnya di usia yang masih sangat muda.

"Pergi ke manapun selalu sama anak perempuan, mau ke pasar atau memasak di dapur selalu sama dia. Bahan cerita apa juga sama anak perempuan," kenangnya saat ditemui pada Senin (2/10/2023).

Kondisi ini membuat Siti trauma saat menyalakan televisi, ia masih tidak sanggup jika ada pemberitaan terkait Tragedi Kanjuruhan. Ia takut, akan kalut ketika mendengar pembawa acara yang membacakan berita Tragedi Kanjuruhan sehingga teringat kembali kejadian kelam tersebut. Karena itu, TV di rumahnya sudah tidak pernah lagi dinyalakan sejak setahun yang lalu.

"Saya masih trauma dan takut, jadi televisi tidak disetel sejak kejadian itu (Tragedi Kanjuruhan). Saya takut muncul berita-berita (Tragedi Kanjuruhan)," tuturnya.

Baca Juga: Setahun Petaka di Kanjuruhan, Mencari Keadilan yang Ditiup Angin

2. Siti Mardiyah mengakui sering bertingkah aneh jika tiba-tiba teringat sosok putrinya

Trauma, Keluarga Korban Kanjuruhan Sampai Takut Nyalakan TVSiti Mardiyah (kiri) dan Andik Kurniawan (kanan) menunjukkan foto Mitha. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Siti Mardiyah mengaku sering bertingkah aneh sejak kepergian Mitha Maulida. Ia akan tiba-tiba berlari ke makam putrinya saat siang bolong, ini ia lakukan tiap kali pikirannya kalut dan teringat putrinya. Di atas pusara Mitha, Siti pasti akan menyemburkan air mata sejadi-jadinya.

Ia teringat putrinya yang kerap kali bermanja-manja kepadanya, tapi kini ia kehilangan momen tersebut selamanya. Mitha juga tidak hanya sering bermanja-manja pada dirinya, sang kakak, Andik Kurniawan (32) juga kerap kali bergurau dengan sang adik. Mitha memang dikenal menyayangi keluarga dan pekerja keras.

"Mitha itu bekerja di Bucchikids yang ada di daerah Rampal. Kita biasanya kalau pertengahan bulan pasti selalu bareng-bareng ke mall seperti Matos MOG buat jalan-jalan atau makan-makan," ucapnya sambil mengusap air matanya kembali.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Sudah Setahun dan Mantan Dirut LIB Masih Bebas

3. Siti Mardiyah memilih tidak mengikuti doa bersama di Stadion Kanjuruhan karena masih belum sanggup

Trauma, Keluarga Korban Kanjuruhan Sampai Takut Nyalakan TVSalah satu keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, Juwariyah histeris hingga pingsan di depan pintu 13 Stadion Kanjuruhan. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Kendati hampir seluruh keluarga korban Tragedi Kanjuruhan mendatangi Stadion Kanjuruhan pada Minggu (1/10/2023) kemarin untuk melaksanakan peringatan 1 tahun tragedi. Ia memilih untuk memanjatkan doa bersama keluarga di rumah. Ia mengaku belum sanggup untuk datang ke lokasi Mitha menjemput ajalnya, ia takut tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Sampai saat ini, Siti masih mengingat kengerian saat ia datang ke Stadion Kanjuruhan bersama Andik untuk mencari Mitha. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana putrinya meregang nyawa setelah menonton tim sepak bola kesayangannya, Arema FC. Ia tidak sanggup membayangkan putrinya menghirup gas air mata dan berdesak-desakan dengan ribuan Aremania lainnya.

"Saya ada grup (Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan), kalau gak ikut (peringatan 1 tahun Tragedi Kanjuruhan) disalahkan, tapi kalau ikut pasti akan teringat lagi, jadi gimana ya. Di sana pasti saya gak akan bisa ngomong, hanya bisa menangis," pungkasnya.

Baca Juga: Polisi Sebut Aremania Bantu Renovasi Kanjuruhan dengan Bakar Rumput

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya