Harga Anjlok, Petani Buah Naga Organik Masih Bisa Kantongi Rp60 juta

Harga jauh lebih mahal daripada buah dengan pupuk kimia

Banyuwangi, IDN Times - Petani buah naga organik, mengaku tidak terlalu khawatir ketika harga sedang anjlok. Dari hitungan kasar, saat harga buah naga sedang turun drastis, petani masih bisa mengantongi keuntungan bersih Rp60 juta dengan luas tanam satu hektare. Namun, jumlah petani buah naga yang menanam dengan cara organik masih minim di Banyuwangi.

1. Gunakan pupuk kotoran kambing

Harga Anjlok, Petani Buah Naga Organik Masih Bisa Kantongi Rp60 jutaIDN Times/Mohamad Ulil Albab

 

Masrur Said, petani buah naga organik di Dusun Krajan, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi mengatakan, sejak 2015 dia mulai menanam buah naga organik di lahannya seluas 1,5 hektar.

"Ya saat awal-awal hanya pakai kotoran kambing saja, dan hasil buahnya belum maksimal, karena kondisi tanah yang juga belum pulih, karena sebelumnya masih non-organik," kata Masrur saat ditemui di rumahnya, Rabu (23/1).

2. Sempat alami kendala pada awal tanam

Harga Anjlok, Petani Buah Naga Organik Masih Bisa Kantongi Rp60 jutaIDN Times/Mohamad Ulil Albab

Menjadi petani buah naga secara organik yang pertama di lingkungan desanya, baginya tidak mudah. Dari hasil yang kurang maksimal, dia akhirnya mendapat berbagai pelatihan mengolah pupuk dan fungisida organik dari sesama petani dan dinas pertanian.

"Asalnya pertama hanya panen buah 20 biji per tegakan. Padahal normal sampai 30-50-an biji per tegakan," katanya.

Saat ini, lahan Masrur seluas 1,5 hektar bersama kelompok tani Pucangsari, sudah mengantongi sertifikasi organik, sehingga bisa menembus pasar ekspor.

"Tahun 2016-2017 sudah mulai nemu formulanya (pupuk cair organik), sehingga panen sudah lumayan," katanya.

3. Biaya murah, keuntungan bisa berlipat-lipat

Harga Anjlok, Petani Buah Naga Organik Masih Bisa Kantongi Rp60 jutaIDN Times/Mohamad Ulil Albab

 

Masrur kemudian merinci, berapa keuntungan bersih yang diperoleh, dengan perhitungan nilai jual harga paling anjlok Rp3.500, dengan luas tanam 1 hektar, dia bisa mendapatkan uang Rp60 juta.

Meski saat ini, harga buah naga organik bisa tembus Rp7000. Harga tersebut, jauh lebih mahal dibandingkan buah naga non-organik yang hanya Rp2000 paling mahal.

Dalam satu hektar, Masrur menanam 1.200 tegakan buah naga. Satu tegakan produktivitas buah naga bisa mencapai 20 kilogram tiap musim dalam setahun.

"Jadinya 24 ton kali harga termurah 3.500. Dapatnya Rp84 juta," paparnya.

Dari hasil kotor Rp84 juta, dipotong dengan biaya perawatan organik sekitar 30 persen, mulai biaya pembuatan pupuk, operasional pekerja petik, transportasi dan ongkos kawin bunga.

"Biaya operasional dipotong total 30 persenan dari hasil. Dapat bersihnya kalau dihitung Rp60 juta," katanya.

Bila dibandingkan dengan buah naga non-organik, per satu hektar rata-rata membutuhkan biaya operasional Rp 10 juta per hektar sekali musim, produktivitasnya bisa mencapai 5 ton. Bila dikalikan dengan harga Rp 5000, maka akan mendapatkan Rp 25 juta. Pendapatan bersihnya, hanya sekitar Rp 15 juta.

"Itu kalau harga normal Rp 5000, sekarang harganya Rp 2000. Aekarang lebih aman dibiarkan dipohon menunggu harga naik, tapi resikonya dimakan tikus dan burung,"ujar petani buah naga non-organik, Ainur Rohman, asal Kelurahan Sobo, Banyuwangi, secara terpisah.

4. Permintaan pasar buah organik sangat banyak

Harga Anjlok, Petani Buah Naga Organik Masih Bisa Kantongi Rp60 jutaIDN Times/Mohamad Ulil Albab

 

Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Buah Naga Banyuwangi, Rukyan, menjelaskan, permintaan pasar untuk buah naga organik saat ini sangat tinggi. Bahkan, Banyuwangi sendiri belum bisa memenuhi banyaknya permintaan buah naga organik.

"Produk organik permintaanmya luar biasa. Permintaan banyak, tapi terkendala dengan produk kami belum terlalu banyak. Karena petani yang budidaya organik masih sedikit," katanya.

Data yang dia himpun, total luasan tanaman buah naga di Banyuwangi mencapai 2.300 hektar. Namun yang menanam secara organik hanya seluas 13 hektar, salah satunya milik Masrur.

"Yang organik, hanya ada dua kelompok, pucangsari. Totalnya 3 hektar yang sudah bersertifikat, yang masih masa konvensi peralihan 10 hektar," katanya.

Dia mencontohkan, kelompok taninya yang lahannya sudah mendapatkan sertifikasi organik, sudah mendapatkan permintaan ekspor ke Malaysia, Singapura dan Cina hingga 5 ton per hari. Namun, belum bisa menyanggupi.

"Produk kami sudah sampai Malaysia, Singapore, per hari kemarin ada yang minta 5 ton, ada juga yang minta 1 ton. Sekarang, satu satunya yang bersertifikat di masih di kelompok kami, di Jambewangi kelompok tani, Pucangsari," paparnya.

Buah naga organik, selain perawatan lebih murah dan harga lebih mahal, juga dijamin kesehatan untuk dikonsumsi.

"Perawatan organik juga bisa mengembalikan kondisi lingkungan hidup kita, akibat penggunaan produk kimia," ujarnya.

Baca Juga: Ekspor Hanya 10 persen, Penyebab Harga Buah Naga Anjlok Drastis

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya