Kekerasan Seksual Bebasis Gender Siber Marak di Surabaya

Banyak yang gak mau melaporkan ke polisi

Surabaya, IDN Times - Kekerasan Seksual Berbasis Gender Online atau yang biasa disebut Kekerasan Berbasis Gender Siber (KBGS) sedang marak terjadi di Kota Surabaya. Dalam setahun, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya telah menerima empat kasus KBGS. 

1. Korban kebanyakan tak mau melanjutkan laporan takut dapat stigma buruk

Kekerasan Seksual Bebasis Gender Siber Marak di SurabayaIDN Times/Sukma Shakti

Pengacara LBH Surabaya, Yaritza Muatiaraningtyas mengatakan, dari delapan kasus kekerasan seksual yang diterima LBH Surabaya, empat di antaranya merupakan KBGS  Dari empat kasus itu, hanya dua kasus yang sampai ke Kepolisian. Sisanya tak mau melanjutkan laporan dengan alasan takut mendapat stigma buruk dari orang sekitar. 

"Biasanya terjadi ketika ada salah satu pasangan, yang sempat berfoto telanjang ketika mereka masih menjalin hubungan, ketika, dia putus itu (foto telanjang) jadi ancaman, tidak mau diputuskan akhirnya mengancam menyebarkan," ujar dia, Jumat (30/12/2022).

Baca Juga: Cuaca Ekstrem, Surabaya Diprediksi Diguyur Hujan Saat Tahun Baru

2. KBGS meningkat saat pandemik

Kekerasan Seksual Bebasis Gender Siber Marak di Surabayailustrasi VCS (pexels.com/eren li)

Menurut catatan komnas Perempuan, KBGS mengalami mengalami peningkatan sejak tahun 2020. di tahun 2020, KBGS ada 940 kasus, pada 2021 menajdi 1.721 kasus. Kata Ica, kasus ini memang meningkat selama pandemik COVID-19. 

"Karena selama pandemik, semua akses kita dilakukan melalui online, nah hal-hal ini menjadi faktor KBGS itu, misal pelaku ingin bertemu dengan korban, tapi tidak bisa akhirnya melakukan VCS (Video Call Sex) dan oleh pelaku direkam dijadikan ancaman ketika putus," tutur dia.

3. Pelaku menyebarkan video ke media sosial, ada yang dijual belikan

Kekerasan Seksual Bebasis Gender Siber Marak di SurabayaIlustrasi medsos (Unsplash.com/Plann)

Dari dua kasus yang didampingi LBH Surabaya, para pelaku dan korban adalah mahasiswa. Dalam modus tersebut, pelaku biasanya menyebar video atau foto ke media sosial, bahkan ada pula yang dijual belikan.

"Kita juga intenas untuk si korban ketika dapat informasi dari siapaun terkait penyebarannya kita selalu minta untuk menyimpan bukti itu ke penyidik, kita juga kordinasi ke penyidik satu persatu untuk men-take down video atau foto yang disebar ke media sosial," pungkasnya.

Baca Juga: Komplotan Spesialis Pembobol Gudang di Surabaya Diringkus Polisi

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya