Petani Garam di Tuban Mengaku Rugi, Gubernur Diminta Turun Tangan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tuban, IDN Times - Sejumlah petani garam di Desa Peliwetan, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban mengaku rugi. Kondisi ini terjadi menyusul anjloknya harga jual garam yang terjadi selama sepekan terakhir.
Hasil bertani garam selama 40 hari yang menghabiskan dana sebesar Rp 5-6 juta dinilai tidak sebanding dengan harga jual garam saat ini. "Rugi mas, harganya anjlok tidak menutup biaya perawatan," kata salah satu petani garam, Munaser (55) kepada IDN Times di lokasi.
1. Biaya pekerja Rp100 ribu per hari
Munaser merinci selama masa perawatan 40 hari, ia harus menyewa dua tenaga pekerja selama 7 sampai 10 hari. Setiap harinya para pekerja itu ia bayar Rp100 ribu. Saat masa panen tiba, ia kembali mengeluarkan biaya untuk membayar kuli panggul yang mengangkut garam.
2. Harga jual garam hanya 500 rupiah per kilo
Dengan biaya perawatan yang tak sedikit ia kini mengeluhkan harga jual garam yang hanya Rp500 rupiah per kilogram untuk garam berkualitas bagus. Sedangkan garam yang berkualitas rendah ia jual Rp400 per kilogram.
Harga jual garam di tahun 2019 ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun lalu, harga jual garam bisa mencapai Rp2.000 per kilogram. "Tahun ini justru tidak menguntungkan bagi kami, kalau tahun lalu setiap kali panen kita masih bisa meraih keuntungan," jelasnya.
3. Faktor cuaca sangat bagus
Harusnya nilai jual garam bisa sangat tinggi, mengingat faktor cuaca panas tinggi yang terjadi di musim kemarau ini. Sayangnya, kualitas garam baik yang dihasilkan para petani tidak dibarengi dengan nilai jual yang tinggi. "Cuaca baik mas, ya meskipun dua hari beberapa waktu lalu turun hujan, tapi tidak berpengaruh lebih besar," katanya.
Baca Juga: Garam di Pamekasan Tembus Rp200 per Kilogram, Petani Menjerit
4. Petani hanya bisa pasrah
Kini Munaser dan Seswanto (50), serta para petani garam lainnya hanya bisa pasrah dan berharap besar kepada pemerintah daerah dan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa agar turun tangan menyelesaikan permasalah ini.
"Kita juga tidak bisa menjual garam ini lebih tinggi, karena kalau terlalu tinggi masyarakat nelayan disini lebih memilih garam dari pulau Madura yang harganya jauh lebih murah," pungkasnya.
Baca Juga: Harga Garam Nyungsep, Khofifah Kumpulkan Bupati se-Madura