Potret Surabaya Dulu dan Kini, Saksi Keberanian Arek-arek Suroboyo

Jangan lupakan sejarah, ya!

Surabaya, IDN Times - Mengemban julukan sebagai Kota Pahlawan, Surabaya menyimpan banyak kenangan. Di kota ini peristiwa perebutan hingga pertahanan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia terjadi. Peristiwa-peristiwa itu pun terekam di beberapa situs bersejarah. Sejumlah potret zaman dulu menunjukkan rupa beberapa situs bersejarah ini.

1. Hotel Majapahit

Potret Surabaya Dulu dan Kini, Saksi Keberanian Arek-arek SuroboyoOranje Hotel 1906 dan Hotel Majapahit kini. Dok Surabaya Tempo Dulu/IDN Times/Fitria Madia

Hotel ini dulunya dibangun oleh Sarkies bersaudara dari Armenia dengan nama Oranje Hotel. Hotel ini merupakan salah satu hotel ternama dan megah di Kota Surabaya. Para wisatawan akan bangga jika mendapatkan stempel dari hotel ini dan ditempelkan di koper mereka.

Ketika kolonialisme Belanda beralih ke Jepang, hotel ini berubah nama menjadi Hotel Yamato. Peristiwa 19 September 1945 terjadi di hotel ini. Saat itu, Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang berisikan tentara Belanda yang dipimpin W.V.Ch Ploegman menempati hotel tersebut dan menjadikannya markas tanpa sepengetahuan Pemerintah Karesidenan Surabaya.

Ternyata, mereka malah mengibarkan bendera triwarna merah-putih-biru yang tak lain adalah bendera Belanda di atas Hotel Yamato. Padahal, saat itu arek-arek Suroboyo tengah semangat-semangatnya untuk mengibarkan bendera merah putih usai proklamasi kemerdekaan NKRI pada 17 Agustus 1945. Perkelahian pun antara arek Suroboyo Sidik dengan Ploegman tak terhindarkan. Peristiwa ini diakhiri dengan aksi heroik arek-arek Suroboyo memanjat tiang bendera kemudian merobek bagian birunya menjadi Sang Saka.

Aksi keberanian arek-arek Suroboyo ini selalu dikenang oleh warga Surabaya. Tiap tahunnya di tanggal 19 September, Pemerintah Kota Surabaya selalu menggelar Parade Merah Putih yang berisikan teatrikal peristiwa perobekan triwarna menjadi Sang Saka di depan Hotel Majapahit. Harapannya, nasionalisme dan keberanian terus mengalir di darah arek Suroboyo.

2. Jembatan merah

Potret Surabaya Dulu dan Kini, Saksi Keberanian Arek-arek SuroboyoPotret Jembatan Merah tahun 1901 dan kini. Koleksi KITLV Leiden/ IDN Times/Fitria Madia

Jembatan Merah juga merupakan salah satu tempat paling bersejarah di Kota Surabaya, bahkan Indonesia. Nama merah yang tersemat tak lain dikarenakan banyaknya darah yang tumpah di jembatan ini saat peperangan 10 November 1945. Jembatan ini adalah saksi keberanian arek Suroboyo melawan penjajah untuk mempertahankan kemerdekaan NKRI.

Kawasan ini terbagi menjadi dua bagian sejak penjajahan Belanda. Di sisi barat merupakan pemukiman warga Eropa. Banyak perkantoran dan bank di bagian ini. Arsitekturnya pun masih kental dengan gaya Eropa. Sementara bagian timur adalah pusat berdagangan warga Tionghoa, Arab, dan Melayu. Hingga kini ornamen Tionghoa masih terjaga di kawasan Kembang Jepun.

Sama seperti dulu, hingga saat ini wilayah Jembatan Merah menjadi salah satu pusat perniagaan warga Kota Surabaya dan sekitarnya. Sebut saja adanya Jembatan Merah Plaza (JMP) dan toko-toko grosir di Jalan Kembang Jepun.

Baca Juga: Halo Arek-arek Lamongan, Ini Deretan Potret Kotamu Dulu Vs Sekarang

3. Gedung Negara Grahadi

Potret Surabaya Dulu dan Kini, Saksi Keberanian Arek-arek SuroboyoGedung Grahadi tahun 1910 dan kini. Ebay postcard/Surabaya Tempo Dulu/IDN Times/Fitria Madia

Gedung megah ini dulunya merupakan rumah dinas atau kediaman bagi perwakilan penguasa Hindia Belanda di wilayah Surabaya. Gedung bernuansa putih tersebut sudah dibangun sejak 1795 oleh Dirk Van Hogendorps.

Di bagian utara Gedung Grahadi terdapat sungai Kalimas. Dulu gedung ini menghadap utara lantaran transportasi masih didominasi perahu. Selain itu posisi ini juga nyaman untuk bersantai di sore hari sembari minum teh. Kemudian pada tahun 1802, posisinya diubah menghadap ke bagian selatan seperti saat ini.

Kini gedung ini tetap menjadi gedung pemerintahan. Biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan, perjamuan tamu, pelantikan pejabat, serta upacara-upacara hari nasional seperti HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus dan upacara Sumpah Pemuda pada 28 Oktober.

4. Kantor Gubernur Jatim

Potret Surabaya Dulu dan Kini, Saksi Keberanian Arek-arek SuroboyoKantor Gubernur Jatim tahun 1951 dan kini. Tropenmuseum/Surabaya Tempo Dulu/IDN Times/Fitria Madia

Berbeda dengan yang lainnya, Kantor Gubernur Jatim baru mulai dibangun pada Mei 1929 oleh NV Nederlandsche Aanneming Maatschappij (Nedam) dan dirancang oleh W. Lemci. Gedung tersebut selesai pada Agustus 1931. Awalnya, gedung ini merupakan gedung pemerintahan Belanda yang pindah dari kawasan Kembang Jepun lantaran terlalu padat.

Di gedung inilah, sosok RM Soerjo atau Gubernur Suryo dengan lantang menyerukan penolakan ultimatum dari tentara Inggris. Ia berpidato bahwa Arek-Arek Suroboyo akan melawan ultimatum Inggris sampai darah penghabisan. Akhirnya, pertempuran pun meletus di Kota Surabaya.

Tiap tahunnya, Kantor Gubernur Jatim, Tugu Pahlawan, dan Viaduk Jalan Pahlawan menjadi lokasi peringatan peristiwa 9-10 November 1945 dengan tema "Surabaya Membara". Namun sejak tahun 2018, peristiwa itu dihentikan lantaran insiden penonton yang tertabrak kereta api dan ada yang meloncat dari atas viaduk.

5. Tugu Pahlawan

Potret Surabaya Dulu dan Kini, Saksi Keberanian Arek-arek SuroboyoTugu Pahlawan zaman dulu dan kini. Dok Surabaya Tempo Dulu/IDN Times/Fitria Madia

Tugu Pahlawan adalah sebuah monumen untuk mengenang pertempuran 10 November 1945 serta pengorbanan arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. Monumen ini dibangun pada tahun 1952 dengan perhatian khusus oleh Presiden RI pertama, Ir Sukarno.

Dulunya, lokasi Tugu Pahlawan ini adalah gedung peradilan yang digunakan oleh Sekutu saat zaman jajahan Belanda. Ketika Indonesia dijajah Jepang, gedung tersebut beralih fungsi menjadi markas kesatuan polisi militer Jepang. Namun, pada pertempuran 10 November 1945, tempat ini dijatuhi bom oleh Sekutu sehingga hancur.

Saat ini Tugu Pahlawan dirawat dengan baik sebagai salah satu ikon Kota Surabaya. Selain tugu, di bawahnya terdapat sebuah museum yang lengkap dengan diorama menggambarkan sejarah yang ada di Kota Surabaya.

Baca Juga: Potret Bangunan Lawas di Kota Malang Dulu dan Sekarang, Ikonik Banget

Topik:

  • Dida Tenola

Berita Terkini Lainnya