Ikonik, Menilik Bangunan-bangunan Lawas Kota Malang Dulu dan Sekarang

Ada yang memiliki filosofi menarik  

Malang, IDN Times - Kota Malang memiliki banyak bangunan ikonik yang sudah berdiri sejak lama. Bangunan-bangunan tersebut tak bisa dilepaskan dari tonggak awal berdirinya Kota Malang sekitar tahun 1914. Sebelum resmi menjadi sebuah kota, Malang merupakan bagian dari karesidenan Pasuruan. Namun setelah perkembangan perekonomian di wilayah tersebut mulai meningkat, maka Malang resmi berdiri menjadi sebuah kota.

Setelah itu, Malang semakin berkembang hingga menjadi kota terbesar kedua di Jawa Timur (Jatim) seperti sekarang. Meskipun begitu, beberapa bangunan lawas tetap menjadi landmark. Ada yang berubah drastis, tapi ada juga yang terjaga orisinalitasnya. Yuk, simak deretan potretnya berikut ini.

1. Stasiun Kota Baru Malang

Ikonik, Menilik Bangunan-bangunan Lawas Kota Malang Dulu dan SekarangPotret Stasiun Kota Baru Malang pada masa lalu dan terkini. Dok/jelajahjejakmalang

Stasiun Kota Baru Malang mulai dibangun pada masa kolonial Belanda atau sekitar tahun 1940. Dalam proses pengoperasian awal, Stasiun Kota Baru dibuat menghadap ke sebelah timur rel. Hal itu lantaran pada bahian depan stasiun terdapat tangsi militer. Kendati demikian, seiring perkembangan zaman, wajah stasiun kemudian dipindah menuju sisi sebelah barat hingga kini. 

Pada saat itu stasiun kereta api merupakan elemen penting dalam sebuah tata kota. Maka dari itu, Stasiun Kota Baru dibangun di tengah kota. Tak banyak yang tahu bahwa struktur bangunan Stasiun Kota Baru memiliki konsep ganda. Selain sebagai tempat untuk pemberhentian kereta, bangunan tersebut didesain sebagai tempat pertahanan. Hal itu terlihat dari bangunan terowongan yang menghubungkan satu peron dengan peron lainnya. 

"Struktur bangunan yang demikian tersebut memang untuk antisipasi serangan udara saat Perang Dunia II dulu," papar pegiat sejarah Jelajah Jejak Malang, Restu Respati kepada IDN Times, Jumat (30/10/2020). 

2. Balai Kota Malang

Ikonik, Menilik Bangunan-bangunan Lawas Kota Malang Dulu dan SekarangBalai Kota Malang di awal proses pembangunan dan saat ini. Dok/jelajah jejak malang

Berikutnya ada Balai Kota Malang yang juga sarat sejarah. Bangunan tersebut mulai dibangun pada tahun 1927-1929. Pembangunan tersebut digagas oleh wali kota yang saat itu dijabat H.I. Bussemaker. Pada 1926 dirinya mengadakan sayembara untuk membuat desain kantor wali kota. Lokasinya ditentukan yakni di sisi selatan Jan Pieterszoon Coenplein (Lapangan JP. Coen) atau yang kini lebih dikenal sebagai alun-alun bunder. 

Berdasarkan catatan, ada 22 desain yang masuk. Awalnya tidak ada desain yang memenuhi ekspektasi dari penyelenggara saat itu. Kemudian setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya diambil tiga terbaik. Namun, penyelenggara tidak memberikan juara pertama, hanya memberikan terbaik kedua dan ketiga saja.

Selanjutnya, dua desain terbaik tersebut kembali diseleksi oleh dewan perwakilan (Gementeraad). Setelah melalui berbagai tahap, akhirnya dipilihlah rancangan milik HF Horn dari Semarang dengan moto "Voor de Burgers van Malang" atau dalam Bahasa Indonesia berarti "Untuk Warga Malang". Pembangunan dilakukan selama dua tahun dan mulai digunakan pada November 1929. 

"Dulu sebelum memiliki gedung sendiri. Bahkan awanya jabatan wali kota masih dirangkap oleh asisten residen yang kantornya di selatan alun-alun kotak," imbuh Mochammad Antik yang juga anggota pegiat sejarah Jelajah Jejak Malang. 

Baca Juga: Babat, Kota Sarat Sejarah yang Jadi Pusat Pemerintahan Belanda

3. Perempatan Kayutangan

Ikonik, Menilik Bangunan-bangunan Lawas Kota Malang Dulu dan SekarangPerempatan Kayutangan atau juga yang dikenal sebagai perempatan Rajabally dahulu dan sekarang. Dok/resturespati/jelajahjejakmalang

Satu lagi tempat yang cukup memiliki sejarah panjang adalah wilayah Kayutangan Malang. Wilayah tersebut meliputi sepanjang Jalan Basuki Rahmat hingga pertigaan depan kantor PLN Kota Malang. Kawasan tersebut sejak dulu memang merupakan jalur utama yang menghubungkan wilayah Kota Malang menuju daerah luar pada masa kolonial.

Kawasan tersebut merupakan sentra bisnis pada masa lalu. Restu menambahkan, tepat pada perempatan Kayutangan  terdapat satu ikon yang cukup legendaris yakni bangunan kembar. Kedua bangunan kembar tersebut diarsiteki oleh Karel Bos pada tahun 1936 dan dikembangkan oleh Herman Thomas Karsten pada Bouwplan V Kota Malang.

Bangunan kembar tersebut kemudian dikenal sebagai Gedung Rajabally. Begitu terkenalnya nama Rajabally, sampai perempatan di mana lokasi gedung tersebut berdiri dinamakan Perempatan Rajabally. 

Perempatan Rajabally adalah lokasi yang sangat strategis untuk menjadi pusat bisnis pada masa itu. Perempatan Rajabally menghubungkan empat tempat yaitu Alun-alun Malang di sisi selatan, Alun-alun Bundar di sisi timur, Idjen Boulevard di sisi barat, dan Pasuruan di sisi utara. Perempatan Rajabally juga merupakan jalan yang membuka akses ke arah barat sebagai perkembangan kota mandiri yang baru. 

"Filosofinya jika ditarik secara garis lurus, akan kelihatan bahwa mulai Stasiun Kereta Api Kota Baru Malang-Perempatan Rajabally-Idjen Boulevard merupakan satu kesatuan. Bangunan kembar Rajabally seolah merupakan pintu gerbang untuk menuju ke Ijen Boulevard sebagai kota mandiri yang baru. Kedua menara kembar pada bangunan ini seolah merupakan dua tangan yang menyangga pegunungan Putri Tidur yang berada di sebelah barat Kota Malang. Hal ini tentunya sudah direncanakan secara matang oleh Herman Thomas Karsten," sambung Restu. 

4. Kawasan elite Idjen Boulevard

Ikonik, Menilik Bangunan-bangunan Lawas Kota Malang Dulu dan SekarangPotret kawasan Idjen Boulevard terkini. Kawasan ini merupakan area tempat tinggal kaum elite pada masa kolonial. IDN Times/Alfi Ramadana

Berikutnya adalah kawasan Idjen Boulevard atau kawasan Jalan Ijen. Kawasan ini tak bisa dilepaskan begitu saja dari masa kolonial Belanda. Pada masa Hindia Belanda, kawasan ini didesain khusus sebagai tempat tinggal bagi para kaum elite Belanda dan orang Eropa lainnya. 

Bahkan pada masa itu, kawasan ini disebut juga sebagai kota mandiri. Sebab, di sekitar kawasan tersebut terdapat fasilitas penunjang aktivitas warga. Seperti keberadaan Gereja Kathedral sebagai tempat ibadah, Pasar Oro-oro Dowo sebagai pusat perdagangan, bangunan sekolah, hingga pacuan kuda yang saat ini sudah tidak ada lagi. 

5. Pacuan kuda simpang balapan

Ikonik, Menilik Bangunan-bangunan Lawas Kota Malang Dulu dan SekarangKawasan bekas pacuan kuda simpang balapan pada masa kolonial. Kini lokasi ini sudah berubah menjadi area kampus dan pertokoan. IDN Times/Alfi Ramadana

Sebagai bagian dari kompleks Idjen Boulevard, kawasan pacuan kuda memang menjadi bagian dari sarana hiburan. Utamanya bagi kaum elite Eropa. Namun, saat ini keberadaan pacuan kuda tersebut sudah tidak berbekas. Menurut Antik, pacuan kuda Jalan Ijen hancur saat masa penjajahan Jepang sekitar tahun 1942. 

Namun, saat itu Jepang mengalihkan fungsi wilayah pacuan kuda menjadi sebuah kuil Shinto. Tetapi lagi-lagi jejak sejarah tersebut hilang dan kini kawasan pacuan kuda simpang balapan tersebut diperkirakan telah menjadi bangunan Poltekes Kemenkes Malang dan beberapa bangunan pertokoan lainnya. 

"Tidak tahu tepatnya kapan, tetapi bangunan kuil Shinto itu juga rusak," pungkasnya. 

Baca Juga: Gedung CTN, Pusat Pemerintahan Belanda di Babat yang Kini Terbengkalai

Alfi Ramadana Photo Verified Writer Alfi Ramadana

Menulis adalah cara untuk mengekspresikan pemikiran

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dida Tenola

Berita Terkini Lainnya