Jerit Pedagang Bunga Tolak Relokasi ke Pasar Kupang

Mereka merasa ini semua tidak adil

Surabaya, IDN Times - Adit (28) mengipaskan tangannya ke tumpukan bunga di samping Jalan Kedung Doro, Rabu (11/9). Maklum, Surabaya sedang panas-panasnya. Meski begitu, Adit tetap setia menjaga kios bunga tabur miliknya. Kios itu sudah turun temurun diberikan dari generasi sang kakek. Namun, kini Adit gundah. Peninggalan kakeknya itu terancam punah. Pemerintah Kota Surabaya akan memindahkan kios miliknya ke sebuah pasar yang dianggapnya tak layak ditempati.

Adit tak sendiri, pedagang lain juga bingung. Mereka mendapat pemberitahuan dari kelurahan bahwa Kamis (12/11), sepanjang Jalan Kedung Doro sudah harus bersih dari pedagang bunga tabur seperti Adit. Padahal bagi mereka, tak ada jaminan tempat baru itu nanti akan memberikan keuntungan yang sama dengan yang mereka dapatkan saat ini.

1. Pedagang bunga tak merasa menjadi biang macet

Jerit Pedagang Bunga Tolak Relokasi ke Pasar KupangIDN Times/Fitria Madia

Adit mengaku tak setuju dengan relokasi yang direncanakan oleh Pemkot Surabaya. Menurutnya, pemindahan kios para pedagang bunga bukan menjadi solusi atas kemacetan jalan yang dijadikan alasan.

"Kalau siang begini bisa dilihat, gak macet kan? Kalau malam, toko ini kan tutup, kami itu mundur. Jadi bukan kami penyebab kemacetan itu," jelasnya.

Sariyati (53) yang duduk di samping Adit menyahut, "yang bikin macet rumah makan itu loh, Mbak," sambil melirik ke ujung jalan. Yang dimaksud oleh wanita berjilbab itu adalah sebuah rumah makan khas China. Rumah makan itu memang cukup ramai dengan pengunjung kebanyakan menggunakan mobil. "Kalau mau pindahin kita, ya itu juga diurus biar gak macet. Mobilnya kalau keluar masuk parkir itu bikin macet," celotehnya.

2. Khawatir pendapatan berkurang jika dipindah

Jerit Pedagang Bunga Tolak Relokasi ke Pasar KupangIDN Times/Fitria Madia

Adit menghitung-hitung, dalam sehari setidaknya dia bisa mendapatkan uang Rp400 ribu. Jumlah yang lumayan karena kiosnya termasuk kios yang buka 24 jam. Jumlah itu akan meningkat tajam hingga jutaan rupiah pada kamis malam atau hari-hari tertentu.

"Besok ini rame pasti. Jumat legi," imbuhnya.

Jika dipindah ke Pasar Kupang, tempat relokasi para PKL, Adit tak yakin berapa pendapatan yang bisa diperoleh. Pasalnya, pelanggannya sudah hafal dengan lokasinya berjualan yang memang cukup strategis. Berbanding terbalik, Pasar Kupang terletak menjorok ke dalam dari jalan besar.

Sumardi (65) yang karib disapa Cak Kebo menambahkan, selama ini hasil jualannya di dalam Pasar Kupang memang tak banyak. Paling ramai sekitar Rp300 ribu saja.

3. Kondisi pasar tidak layak

Jerit Pedagang Bunga Tolak Relokasi ke Pasar KupangIDN Times/Fitria Madia

Selain itu, para pedagang mengeluhkan kondisi pasar. Gelap, rusak, atap berlubang, bau, dan kotor terus-terusan diucap mereka menggambarkan isi pasar. Sangat tak layak bagi mereka tempat seperti itu digunakan untuk berjualan bunga.

"Siapa orang yang mau beli? Tempatnya kumuh sekali. Gak layak," tegas Adit.

Tak hanya kumuh, pasar juga terlalu menjorok ke dalam. Bahkan, tidak ada lokasi parkir bagi pengunjung. Tentu hal ini memberatkan bagi para pedagang. "Siapa yang mau beli?" ulang Adit.

4. Pemasok bunga juga khawatir

Jerit Pedagang Bunga Tolak Relokasi ke Pasar KupangIDN Times/Fitria Madia

Cak Kebo kembali menyahut. Dia rupanya pemasok bunga bagi para pedagang pinggir jalan. Sehari-hari, penghasilan terbesarnya berasal dari para pengecer itu. Dia sudah menjadi pemasok bunga dari Bangil sejak ongkos naik bus Pasuruan-Surabaya masih Rp75.

"Sekarang sudah Rp10 ribu. Berapa puluh tahun lalu, ya?" kenangnya.

Jika pedagang pinggir jalan itu sepi pembeli, tentu saja hal ini akan berdampak pada pemasukan Cak Kebo. Apalagi, jika pemasok dan pengecer berada dalam satu kawasan pasar maka akan mempengaruhi harga jual barang.

"Bisa mati kita kalau di situ," celetuk Adit.

Baca Juga: PKL Gembong Tak Terima Direlokasi, Risma: Demi Kebaikan

5. Relokasi demi kepentingan bersama

Jerit Pedagang Bunga Tolak Relokasi ke Pasar KupangIDN Times/Fitria Madia

Camat Tegalsari, Kanti Budiarti menjelaskan bahwa relokasi ini dilakukan demi kepentingan masyarakat luas. Kelancarakan arus lalu lintas dan penyediaan tempat yang lebih tertib merupakan tujuan utama relokasi. Ia mengusahakan penyediaan kios kosong dari PD Pasar Surya bagi para pedagang bunga pinggir jalan tersebut.

"Alhamdulillah dari PD Pasar menyediakan stand yang kosong dan kebetulan ada di Pasar Kupang. Sehingga nanti ini kita bantu penempatan 15 pedangan itu ke Pasar Kupang. Artinya, kita menempatkan mereka bergabung masuk ke pasar yang mana di Pasar Kupang itu sudah ada beberapa yang pedagang bunga. Biar mereka tidak lagi berjualan di bahu jalan mumpung ada stand pasar yang kosong," jelasnya.

6. Besok para pedagang sudah diminta pindah

Jerit Pedagang Bunga Tolak Relokasi ke Pasar KupangIDN Times/Fitria Madia

Mengenai kondisi pasar yang dianggap tidak layak, Kanti akan mengkoordinasikan hal tersebut dengan PD Pasar agar dapat diupayakan renovasi. Namun ia yakin dengan pedagang sudah siap untuk dipindahkan ke kios-kios di dalam Pasar Kupang.

"Hari Jumat yang lalu, kita kerja bakti bersama-sama untuk mempersiapkan menata stand-stand yang nantinya bisa ditempati oleh 15 pedagang itu. Besok sudah diminta pindah. Deadlinennya tanggal 13," tutupnya.

Baca Juga: 3 Dampak Relokasi Terminal Joyoboyo, Sopir Angkot Terancam Nganggur 

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya