3 Dampak Relokasi Terminal Joyoboyo, Sopir Angkot Terancam Nganggur 

Pendapatan menurun hingga 50 persen

Surabaya, IDN Times - Dinas Perhubungan Surabaya merelokasi seluruh angkutan umum yang menunggu penumpang di Terminal Joyoboyo pada Selasa (16/10). Penertiban tersebut merupakan rencana pemerintah kota dalam rangka membangun Stasiun Intermoda Joyoboyo. 

Bambang Heriyanto merupakan salah satu sopir angkutan umum yang turut mengeluh dengan kebijakan tersebut. Menurut pria berusia 58 tahun ini, ada tiga dampak signifikan yang dirasakan para pengemudi dan pengguna angkutan umum. Apa saja sih? 

Baca Juga: Surabaya Akan Bangun Jembatan Baru di Daerah Joyoboyo

1. Kondisi jalan semakin semrawut

3 Dampak Relokasi Terminal Joyoboyo, Sopir Angkot Terancam Nganggur IDN Times/Vanny El Rahman

Berdasarkan pantauan IDN Times, lokasi angkutan umum yang baru kurang memadai. Alhasil, banyak angkutan umum mengantre di pinggir jalan untuk menunggu penumpang. 

Kondisi jalan, tambah Bambang, pada pagi dan siang har tambah swmrwaut. Bambang sendiri mendapat tempat tunggu penumpang di sepanjang Kali Joyoboyo. 

"Angkot ngetem di sini sudah sejak kemarin. Jadinya makin semerawut. Ini kan jalan raya umum, jadi gak bisa ditutup kalau mau dibuat terminal sementara. Kalau siang begini memang agak sepi, tapi pagi dan sore wah semerawut itu. Itu harus ditertibkan sama polisi," terangnya kepada IDN Times, Selasa (16/10). 

2. Penumpang belum mengetahui lokasi angkutan umum tujuanny

3 Dampak Relokasi Terminal Joyoboyo, Sopir Angkot Terancam Nganggur IDN Times/Vanny El Rahman



Dampak kedua, lanjut Bambang, penumpang akan kesulitan mencari angkutan umum yang ingin dinaikinya. Pasalnya, papan penunjung tujuan angkutan umum belum terpasang seluruhnya. 

"Penumpang jadi bingung pilih angkotnya. Kalau gak dibantu diarahin sama supir lainnya, akhirnya mereka kesulitan, terus bagi mereka mending naik online aja," ujarnya. 

3. Kehilangan mata pencaharian

3 Dampak Relokasi Terminal Joyoboyo, Sopir Angkot Terancam Nganggur IDN Times/Vanny El Rahman

Bambang beserta rekan-rekannya belum mendapat kepastian dari pemerintah sampai kapan mereka ditempatkan di lokasi baru. Selama itu pula mereka terancam kehilangan mata pencaharian akibat pendapatan yang menurun hingga 50 persen. 

"Kami cuma dikasih tahu sampai dua tahun, tapi gak tahu nanti ke depannya gimana. Mau gak kerja ya ini pekerjaan kami, mau kerja tapi ya begini kondisinya. Kalai dulu sebelum relokasi bisa Rp50 ribu sampai Rp60 ribu sehari. Sekarang dengan setoran cuma Rp20 ribu hingga Rp25 ribu," tutupnya. 
 

Baca Juga: Terminal Purabaya Padat Sesak, Ternyata Ini Penyebabnya

Topik:

  • Edwin Fajerial

Berita Terkini Lainnya