Dipecat dari PDIP, Mat Mochtar: Dibunuh Pun Saya Tetap Tidak Takut!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Kader senior PDI Perjuangan (PDIP) di Kota Surabaya, Mat Mochtar merasa tak keberatan jika pada akhirnya ia dipecat dari partai lantaran mendukung Pasangan Calon (Paslon) Wali-Wakil Wali Kota Surabaya Machfud Arifin-Mujiaman (MAJU). Menurutnya, tindakan pemecatan tersebut merupakan bentuk ketakutan PDIP terhadap dukungan warga bagi paslon MAJU.
1. Mochtar merasa PDIP yang merugi atas pemecatan dirinya
Mat Mochtar mengatakan, ia sebenarnya belum menerima pemberitahuan pemecatan secara resmi dari PDIP. Namun, ia merasa bahwa PDIP yang merugi lantaran telah memecatnya. Pasalnya, Mat Mochtar adalah kader senior yang telah memperjuangkan partai belambang kepala banteng bermoncong putih ini pada masa-masa sulit.
"Saya mulai berjuang di partai ini ketika partai masih susah. Tahun 93. Saya ngawal Bu Mega (deklarasi) Promeg di Asrama Haji. Sampai saat ini, mulai awal sampai sekarang tidak pernah saya minta uang," ujarnya di kediamannya, Jumat (20/11/2020).
2. Tak gentar dukung MAJU
Mochtar mengatakan bahwa pemecatan tersebut tidak akan menggentarkan dukungannya untuk MAJU. Sebab, baginya duet mantan Kapolda Jatim dan Dirut PDAM Surabaya itu lebih pantas memimpin Kota Pahlawan dibanding jagoan PDIP, Eri Cahyadi-Armuji.
"Harapan saya pada seluruh kader, jangan pernah ragu ketika berjuang untuk kebenaran. Jangankan dipecat, dibunuh pun saya juga tetap tidak takut. Ini kebenaran. Saya menerima pemecatan. Saya tetap tegak lurus PDI Perjuangannya. Tapi, wali kotanya tetap Machfud. Pak Machfud menyatukan semua orang di Surabaya," tuturnya.
Baca Juga: Banteng Ketaton, Akar Rumput PDIP yang Membelot di Pilkada Surabaya
3. Mat Mochtar menanggap Eri tak pantas pimpin Surabaya
Mochtar menuding jika Eri menyebabkan banyak masalah di Kota Surabaya. Sehingga, ia merasa keberatan jika harus mendukung Eri sebagai penggganti Tri Rismaharini. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk membelot dan mendukung pasangan lawan PDIP.
"Contoh, amblesnya Gubeng itu salah Eri. Banyak gedung cagar budaya jadi hotel, itu kelakuan Eri. Tempat pidato Bung Tomo diratakan dijadikan tempat parkir. Pantas seperti itu? Saya sebagai warga Surabaya sangat menolak," ungkapnya.
4. Bentuk ketakutan PDIP
Ia mengganggap bahwa pemecatan dirinya merupakan bentuk ketakutan dari PDIP. Pembelotan yang ia lakukan tentu memberikan dampak besar pada suara PDIP di Kota Surabaya. Oleh sebab itu, ia makin percaya diri untuk mendukung Paslon MAJU
"Itu hanya ketakutan mereka. Saya merapat sendiri ke Pak Machfud. Kami bangga mendukung Pak Machfud. Saya adalah pejuang, bukan pecundang. Yang saya sembah Allah SWT," pungkasnya.
5. Djarot pecat Mat Mochtar
Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi, Djarot Saiful Hidayat menegaskan bahwa dirinya memecat Mochtar dari partai. Pemecatan itu menyusul sikap Mat Mochtar yang secara terang-terangan menolak mendukung pasangan calon (paslon) PDIP di Pilkada Surabaya 2020, Eri Cahyadi-Armuji. Dia justru membelot ke Machfud Arifin-Mujiaman.
"Mat Mochtar telah dipecat. Kalau mengaku anggota partai harus memiliki kesadaran berorganisasi. Eri Cahyadi-Armuji adalah calon PDI Perjuangan," ujarnya dalam rilis, Kamis (19/11/2020).
Baca Juga: Dipecat PDIP karena Tolak Dukung ERJI, Mat Mochtar: Terserah!