Pakar Unair: 1 Juli Surabaya Raya Bisa Masuk New Normal, Asalkan...

Tingkat penularan COVID-19 Surabaya Raya cenderung melandai

Surabaya, IDN Times - Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) dr. Windhu Purnomo menyarankan agar masa transisi di Surabaya Raya diperpanjang 14 hari atau dua pekan lagi. Menurutnya, ada secerca harapan bagi Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik untuk terbebas dari pandemik COVID-19.

1. Angka penularan mulai turun di bawah satu sejak 17 Juni lalu

Pakar Unair: 1 Juli Surabaya Raya Bisa Masuk New Normal, Asalkan...Ilustrasi virus corona. IDN Times/Arief Rahmat

Saran Windhu ini berdasarkan dari hitung-hitungan kurva epidemi, yang ternyata pada 17 Juni rate of transmission (Rt) atau angka penularan menunjukkan di bawah satu. Sebelumnya antara kurun waktu 12 hingga 16 Juni Rt di Surabaya Raya tepat di angka satu. Bahkan periode 11 Juni ke belakang justru di atas satu.

"Jadi 17 Juni mulai di bawah satu. Belum (bisa) dilihat hari-hari ini (Rt-nya). Kalau sampai 30 Juni berhasil konsisten, 1 Juli bisa masuk ke new normal tapi tetap dengan protokol kesehatan," ujarnya, Senin (22/6).

2. Sanksi tegas perlu agar angka penularan konsisten di bawah satu selama 14 hari

Pakar Unair: 1 Juli Surabaya Raya Bisa Masuk New Normal, Asalkan...(Ilustrasi virus corona) IDN Times/Arief Rahmat

Agar masa transisi lebih efektif dan bisa mempertahankan Rt di bawah satu selama 14 hari, sesuai pedoman WHO maupun Bapenas, Windhu berharap adanya aturan tegas yang dicanangkan oleh pemkot dan pemkab setempat. Dia melihat Perbup Sidoarjo dan Gresik sudah ada sanksi. Namun, Perwali Surabaya belum ada.

"Teruskan transisinya. Tetap masa transisi dengan pengendalian kepatuhan. Ada sanksi perlu. Jadi perwali ditambahi sanksi dan ditegakkan," tegasnya.

Baca Juga: Pakar Epidemiologi Unair: PSBB Kedua Lebih Buruk daripada yang Pertama

3. Soroti Perwali Surabaya yang belum ada sanksinya, lebih tegas Perbup Gresik dan Sidoarjo

Pakar Unair: 1 Juli Surabaya Raya Bisa Masuk New Normal, Asalkan...Ilustrasi COVID-19 (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Apabila dalam Perwali atau aturan lain yang diterbitkan Pemkot Surabaya ada sanksi bagi masyarakat yang tidak patuh protokol kesehatan, dia optimistis kedisiplinan akan meningkat. Secara otomatis, penyebaran virus SARS CoV-2 di Surabaya dapat diputus mata rantainya.

"Saya pengennya kedisiplinan mematuhi protokol kesehatan tetap dikontrol, dikendalikan dengan tegas dan ketat oleh pemerintah daerah. Mestinya melalui aturan, salah satunya perwali kalau Surabaya," kata Windhu.

"Cuma perwalinya sama dengan PSBB yang sama sekali tidak mengigit. Tidak membuat orang takut melanggar. Tidak membuat orang jera," dia menambahkan.

4. Attack rate Surabaya masih tinggi dan alami kenaikan hampir dua kali lipat

Pakar Unair: 1 Juli Surabaya Raya Bisa Masuk New Normal, Asalkan...Ilustrasi swab test. IDN Times/Debbie Sutrisno

Meski Rt di Surabaya Raya menurun, Windhu mencatat bahwa attack rate atau angka kasus infeksi rata-rata di Surabaya mengalami peningkatan 75 persen. Jika ketika PSBB attack rate-nya 90/100.000, maka ketika masa transisi naik jadi 150,7/100.000.

"Surabaya tertinggi se-Indonesia. Artinya, tiap 100 ribu penduduk (ada) 150 orang lebih terinfeksi (COVID-19). Itu masih puncak gunung es," bebernya.

Sementara attack rate di Sidoarjo 48,7/100.000, Gresik 30,9/100.000, dan Jatim secara keseluruhan 22,3/100.000.

"Semuanya naik pada transisi ini, tapi yang paling tajam Surabaya," ucap Windhu.

5. Tingkat kematian Surabaya Raya lampaui nasional

Pakar Unair: 1 Juli Surabaya Raya Bisa Masuk New Normal, Asalkan...idntimes.com

Lebih lanjut, tingkat kematian akibat COVID-19 di Surabaya Raya juga terpantau masih naik. Windhu mengungkapkan, di Surabaya saja angka kematian mencapai 7,8 persen. Artinya dari 100 pasien terinfeksi virus corona, delapan meninggal dunia. Angka ini sekaligus lebih tinggi dari nasional 5,6 persen.

"Jatim juga 7,8 persen, Gresik 9,9 persen. Tiap 100 positif 10 meninggal. Sidoarjo 7,8 persen," kata dia.

"Angka kematian masih tinggi karena rumah sakit tidak bisa menampung. Meninggal tidak terawat dengan optimal. Sebetulnya angka kematian COVID-19 di dunia itu 4 persen, tidak tinggi, asalkan terawat," dia melanjutkan.

Baca Juga: Bocoran Evaluasi PSBB Tahap III, Pakar Unair: Belum Pantas New Normal

Topik:

  • Dida Tenola

Berita Terkini Lainnya