Duh, 89 Pekerja Migran Asal Jatim Alami Kekerasan Sepanjang Tahun 2020

Semoga tidak ada lagi yang menjadi korban

Surabaya, IDN Times - Kekerasan terhadap Pekerja Migran Indonesia (PMI) masih terus terjadi sepanjang tahun 2020. Laporan yang masuk ke Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) dan Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Timur (Jatim), ada 89 PMI asal Jatim yang menjadi korban kekerasan.

1. Terbanyak kekerasan dialami PMI, terutama ABK

Duh, 89 Pekerja Migran Asal Jatim Alami Kekerasan Sepanjang Tahun 2020Ilustrasi pekerja migran Indonesia. (ANTARA)

Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Ramdhani mengatakan, permasalahan-permasalahan PMI terbanyak memanglah kekerasan. Kemudian eksploitasi terkait gaji yang tidak dibayar sesuai kontrak, jam kerja melebihi batas, dan pelecehan seksual. Dia menyebut, 90 persen dialami oleh Anak Buah Kapal (ABK) yang secara ilegal.

“Sebenarnya agar terhindar dari hal-hal semacam ini harus memeperkuat diri dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan, jangan ilegal,” tegasnya, Selasa (8/12/2020).

2. PMI ilegal masih ditemui, paling banyak berangkat ke Arab Saudi

Duh, 89 Pekerja Migran Asal Jatim Alami Kekerasan Sepanjang Tahun 2020Ilustrasi Kekerasan. (IDN Times/Mardya Shakti)

Lebih lanjut, Benny membeberkan, keberangkatan ilegal merupakan bisnis kotor yang harus diperangi. Dia mencontohkan, dari satu PMI, seorang pengusaha bisa mendapatkan keuntungan Rp30-40 Juta. Untuk lolos di bandara, seorang PMI harus bayar Rp3 juta, meskipun biayanya ditanggung oknum sindikat.

"Yang paling banyak kasusnya adalah Arab Saudi, Timur Tengah, dan Malaysia,” kata dia.

Baca Juga: Hadapi New Normal, Disnakertrans Jatim Petakan Industri Zona Merah 

3. Penempatan PMI tahun ini turun karena pandemik COVID-19

Duh, 89 Pekerja Migran Asal Jatim Alami Kekerasan Sepanjang Tahun 2020Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmgrasi (Disnakertrans), Jawa Timur, Himawan Estu Bagijo. IDN Times/Nofika Dian Nugroho

Jumlah PMI Jatim tahun ini juga mengalami penurunan yang signifikan dibanding tahun lalu. Kepala Disnakertrans Jatim, Himawan Estu Bagijo mengatakan, ada 68.740 PMI yang berangkat tahun ini. Rinciannya, 25.886 sebagai tenaga kerja formal dan 42.854 informal. Negara tujuan terbanyak Taiwan 31.988 orang Hongkong 23.785 Malaysia 11.662 orang.

“Pandemik COVID-19 ada instruksi dari Kementerian Tenaga Kerja untuk penghentian sementara penempatan PMI.  Penempatan PMI tahun ini mencapai  17.963 orang. Yang meliputi pekerja formal 5.963 orang  dan pekerja informal 12.000 orang,” ucapnya.

Nah, masih banyaknya minat menjadi PMI tentunya harus diimbangi dengan program yang menunjang kualitas calon PMI. Pemprov Jatim menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk PMI dengan anggaran Rp7,9 miliar. Para peserta nantinya selain dilatih, juga akan mendapatkan sertifikasi kompetensi.

Baca Juga: Mengintip Kisah Nonik Perjuangkan Hak Anak Pekerja Migran Ponorogo

Topik:

  • Dida Tenola

Berita Terkini Lainnya