TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jemaah Gereja Sakramen Mahakudus Gelar Upacara HUT RI ke-79

Perwujudan seratus persen Katolik, seratus persen Indonesia

Pengibaran bendera merah putih. IDN Times/Talita Hariyanto

Surabaya, IDN TIimes - Gereja Katolik Sakramen Mahakudus Surabaya menggelar upacara bendera untuk memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-79 di halaman gereja, pada Sabtu (17/8/2024). Upacara berlangsung pukul 07.15 WIB, sesaat setelah misa Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia selesai. Acara tahunan ini diikuti oleh umat Katolik maupun pengurus RT dan RW setempat.

Upacara ini sekaligus menjadi bukti langgengnya semboyan "Seratus Persen Katolik, Seratus Persen Indonesia" yang dicetuskan oleh Mgr. Albertus Soegijapranata, salah satu tokoh penting Gereja Katolik. Melalui semboyan ini, Soegijapranata mengajak umat Katolik agar selalu setia pada ajaran agama sambil berkomitmen untuk mencintai bangsa dan negara Indonesia secara penuh. Dengan demikian, keseimbangan antara identitas religius dan nasional dapat berjalan beriringan.

1. Rangkaian peringatan HUT RI dibuka dengan Misa Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia

Misa Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia dimulai pukul 06.00 WIB. Uniknya, sebelum memasuki ritus pembuka, para petugas liturgi dan umat diajak untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Semua yang bernyanyi tampak khidmat, terutama kelompok paduan suara Universitas PGRI Adi Buana Surabaya yang menjadi petugas koor pada misa ini.       

Dalam homilinya, Romo Didik (56) selaku Romo Selebran berpesan, janganlah mempertentangkan sisi batin dan lahir, sebab kesalehan rohani dan kesalehan sosial adalah dua sisi yang menjadi kewajiban dalam hidup.

"Kalau di zaman Yesus, ada kewajiban terhadap kaisar dan terhadap Tuhan. Ini dua sisi kewajiban manusia," ungkap Romo Didik dalam homilinya pada Misa Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia, Sabtu (17/08/2024). 

Begitupun kemerdekaan, hal ini juga mempunyai dua wajah, yaitu wajah lahiriah dan batiniah. 

"Wajah lahiriah itu seperti upacara, pasang bendera, baris berbaris, lomba, dan seterusnya. Tetapi kita juga punya kewajiban untuk memperhatikan kemerdekaan batiniah kita," terangnya. 

Romo Didik mengajak umat untuk bersyukur kepada Tuhan, meski di berbagai kesempatan manusia masih sering menjumpai jiwa-jiwa yang belum merdeka karena dibelenggu ideologi tertentu, kekhawatiran, dan rasa tidak aman.

"Semoga bangsa kita menjadi bangsa yang semakin dewasa, matang, menghargai kebebasan kemerdekaan, dan menghargai kewajiban-kewajiban sebagai warga negara," pungkasnya.  

Baca Juga: Ratusan Eks JI Gelar Upacara HUT RI di Ponpes Al-Ihsan Madiun

2. Upacara bendera dipimpin oleh Romo Kepala Paroki

Upacara bendera dipimpin oleh Romo Kepala Paroki Sakramen Mahakudus Surabaya, Romo Rudi (43). Menurutnya, upacara bendera di gereja ini bukan kali pertama dilaksanakan. 

"Di sini sudah rutin merayakan upacara bendera setiap tanggal 17 Agustus," tuturnya. 

Upacara bendera yang dilangsungkan setelah misa bukan suatu kebetulan. Menurutnya, Gereja Katolik memang menetapkan Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai perayaan liturgi yang setara dengan Misa Mingguan. 

"Ini menunjukkan iman Katolik yang memang mengajarkan bahwa kita harus sadar akan kemerdekaan bangsa Indonesia. Inilah yang menjadi dorongan bagi kita semua sebagai warga negara untuk selalu menjunjung tinggi kemerdekaan dan mengisinya dengan baik," jelas Romo Rudi ketika ditemui IDN Times pada Sabtu (17/08/2024) di area samping gereja.      

Menurutnya, latar belakang adanya upacara bendera ini tidak terlepas dari kerinduan umat Katolik akan kegiatan-kegiatan nasionalis, terutama bagi mereka yang sudah pensiun.

"Kita fasilitasi (upacara bendera) itu. Ketika kita tawarkan kepada umat, ternyata banyak umat yang ikut dan terlibat. Saya kira itu sebuah semangat bersama untuk merayakan kemerdekaan," katanya. 

Kemerdekaan sebuah negara menjadi dasar bagi masyarakatnya agar bisa melakukan segala sesuatu tanpa ketakutan dan ancaman. Menurutnya, dasar inilah yang seharusnya membuat masyarakat sungguh-sungguh mengisi kemerdekaan dan menjalankan imannya dengan baik. 

"Gereja Katolik mengajak umatnya untuk sungguh-sungguh mendukung sebuah kemerdekaan. Ini menjadi patokan dalam ajaran iman. Kalau dalam ajarannya Soegijapranata, kita kenal seratus persen Katolik, seratus persen Indonesia," ucapnya.

Secara iman, umat Katolik tetap memiliki kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan. Meski saat ini sering ada distingsi minoritas dan mayoritas, menurut Romo Rudi ini hanya sebuah pengelompokan yang didasarkan pada jumlah. Menurutnya, peran untuk terlibat di tengah-tengah negara tetap harus diusahakan secara maksimal.

"Jadi, dalam Gereja Katolik, khususnya Keuskupan Surabaya, sudah punya kesadaran untuk menggerakkan umat agar terlibat di tengah-tengah masyarakat, bahkan terjun langsung di dunia politik. Kalau ada hal yang baik, kenapa tidak," urainya. 

Akhirnya, Romo Rudi berharap agar umat semakin mau terlibat di tengah masyarakat. Tidak hanya menjalankan imannya, ia menginginkan umat juga mau mengaplikasikan imannya serta menjadi garam dan terang dunia. 

3. Upacara diikuti oleh berbagai kalangan

Upacara bendera di Gereja Paroki Sakramen Mahakudus diikuti oleh ratusan umat dari berbagai lingkungan dan wilayah. Mereka berbaris rapi membentuk peleton-peleton. Sebagian dari mereka berpakaian batik, sebagian lainnya memakai seragam khas kelompok kategorial masing-masing. 

Tak hanya itu, upacara bendera ini juga dihadiri berbagai kelompok kategorial seperti kelompok senam Ling Tien Kung dan Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI). Hadir juga para pengurus RT RW setempat untuk turut memeriahkan HUT RI ke-79 ini. Kehadiran banyak kalangan ini menambah keanekaragaman yang mencerminkan semangat kebersamaan masyarakat Indonesia.         

4. Persiapan upacara bendera melibatkan purnawirawan TNI

Kesuksesan penyelenggaraan upacara bendera di Gereja Katolik Sakramen Mahakudus Surabaya tak terlepas dari campur tangan purnawirawan TNI yang turut melatih para petugas upacara. 

Salah satu purnawirawan TNI, Agus Suratno, merasa senang sekaligus bangga karena menjadi bagian dalam upacara ini. Ia mengatakan, upacara bendera selalu mempunyai tempat spesial di hatinya. Sebagai seorang purnawirawan TNI, ia tahu betul perjuangan bangsa Indonesia untuk keluar dari penjajahan.

"Indonesia ini merdeka sendiri. Maksudnya, kemerdekaannya benar-benar diperjuangkan oleh pendahulu kita. Mereka sampai berdarah-darah. Kemerdekaan kita ini bukan diberikan cuma-cuma," tuturnya.

Menurutnya, kemerdekaan Indonesia harus selalu dikenang oleh seluruh elemen masyarakat, tak terkecuali generasi muda. Ia berpesan, generasi muda harus selalu memupuk rasa cinta tanah air dan menghargai para pahlawan.

"Generasi muda juga harus berintegritas dan tidak mudah tergoda di mana pun berada, misalnya seperti judi online yang sedang marak, itu jangan sampai," pesannya.      

Verified Writer

Talita Hariyanto

Manusia hina sebagai makhluk mulia

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya