TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Demi Setetes Air Bersih, Warga Ngawi Harus Keluar Masuk Hutan

Itu pun masih harus berebut dengan warga lain

Potret warga Desa Gunungsari, Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi untuk mendapatkan air bersih di musim kemarau. IDN Times/ Riyanto.

Ngawi, IDN Times - Krisis air bersih yang melanda Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, semakin parah. Terutama dialami warga di Desa Gunungsari, Kecamatan Kasreman. Warga desa harus berjuang keras setiap hari demi mendapatkan air bersih. Sudah empat bulan berlalu sejak masalah ini mulai terjadi, dan hingga kini, mereka terpaksa keluar masuk hutan untuk mencari sumber air yang tersisa.

1. Perjuangan Warga Menembus Hutan

Setiap pagi dan sore, pemandangan yang sama selalu terlihat di Desa Gunungsari. Warga menggendong jerigen, berjalan kaki lebih dari 500 meter menuju sumber air di tengah hutan. Beberapa dari mereka membawa sepeda motor atau menggunakan gerobak sorong untuk meringankan beban perjalanan.

Namun, perjuangan mereka tidak berakhir di sana. Meski sudah menempuh jarak yang jauh, mereka masih harus bersaing dengan penduduk lainnya untuk mendapatkan air. Air yang berhasil mereka kumpulkan hanya cukup untuk keperluan dasar seperti mencuci dan memasak.

"Saya harus berjalan setengah kilometer ke hutan. Kalau datangnya duluan, pasti dapat air. Tapi yang belakangan tidak kebagian," ungkap Joko Santoso, warga Desa Gunungsari.

Untuk kebutuhan minum, Joko dan warga lainnya terpaksa membeli air isi ulang seharga Rp5.000 per galon. Namun, persediaan air ini pun sering kali tidak mencukupi, terutama bagi mereka yang datang terlambat.

Baca Juga: Bus Mira Tabrak Pohon di Ngawi, Kenek Meninggal

2. Krisis Air yang Berkepanjangan

Krisis air bersih ini telah berlangsung selama empat bulan. Sumur-sumur yang dulunya menjadi sumber air bagi warga, kini perlahan mengering. Sriani, warga lainnya, menuturkan betapa sulitnya mendapatkan air bersih di desanya. 

"Air bersih itu rebutan, kalau tidak cepat tidak kebagian. Buat nyuci dan mandi saja susah, untuk minum terpaksa beli galon lima ribu rupiah," keluhnya.

Catur Widyatmoko, warga lain, menambahkan, "Kalau pagi, air masih ada, tapi sore hari sudah habis. Kita gunakan untuk memasak dan mencuci saja."

Berita Terkini Lainnya