TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dosen Unair Sebut Kotak Kosong Dapat Turunkan Partisipasi Pemilih

Bukan indikasi krisis demokrasi

Sample desain surat suara calon tunggal melawan kotak kosong di pilkada (YouTube.com/Komisi II DPR RI)

Surabaya, IDN Times- Dosen Politik Universitas Airlangga (Unair), Hari Fitrianto menanggapi soal Pilkada di sejumlah daerah yang melawan kotak kosong. Kotak kosong dapat menurunkan partisipasi pemilih.

Di Indonesia ada 41 daerah yang melawan kotak kosong. Sementara di Jawa Timur ada 5 daerah.  

1. Kotak kosong karena penjadwalan pemilu kurang ideal

ilustrasi calon kepala daerah. (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurutnya, fenomena kotak kosong bukanlah indikasi dari krisis demokrasi, melainkan lebih kepada masalah teknis terkait penjadwalan pemilu yang kurang ideal.

"Fenomena kotak kosong itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan krisis demokrasi. Melainkan, hanya soal pengaturan jadwal antara pemilu nasional dengan pilkada yang terlalu dekat," ujar Hari, Selasa (10/9/2024).

Hari menekankan pentingnya prinsip timely manner dalam penyelenggaraan pemilu. Dalam prinsip ini, pemilu harus dirancang untuk memungkinkan partisipasi maksimal dari masyarakat. Sayangnya, menurut Hari, ambisi untuk melaksanakan pilkada serentak di tahun ini belum diiringi dengan pertimbangan waktu yang matang.

"Dengan menyerentakkan antara pemilu nasional dengan pilkada, partai politik dan calon-calon pemimpin di daerah tidak punya cukup waktu untuk melakukan konsolidasi," jelasnya.

Baca Juga: Bawaslu Jatim Persilakan Masyarakat Kampanye Memilih Kotak Kosong

2. Kotak kosong menurunkan partisipasi pemilih

Fenomena kotak kosong, lanjut Hari, memiliki dampak signifikan terhadap partisipasi pemilih. Ia juga menyoroti asumsi yang berkembang di masyarakat bahwa calon tunggal otomatis akan menang. Menurutnya, hal ini akan semakin menurunkan semangat masyarakat untuk ikut serta dalam proses demokrasi tersebut.

"Hanya ada satu kandidat yang bekerja keras menghadirkan pemilih ke TPS. Sementara itu, kotak kosong tidak memiliki tim sukses, sehingga membuat orang menjadi enggan atau malas datang ke TPS," ujarnya.

Menurut Hari, apabila kotak kosong menang dalam pilkada, dampaknya pun akan besar bagi masyarakat setempat. Pasalnya, kepemimpinan akan diisi oleh pejabat sementara yang ditunjuk pemerintah pusat.

"Pejabat tersebut bisa berasal dari berbagai kalangan yang tidak dipilih secara demokratis oleh rakyat. Termasuk birokrat, kementerian, atau bahkan kepolisian," terangnya.

Berita Terkini Lainnya