TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Memaknai Halalbihalal saat Hari Raya Idul Fitri

Ini nih menurut Pakar Unair

Pexels.com/fauxels

Surabaya, IDN Times - Kumpul keluarga besar dan halalbihalal menjadi tradisi masyarakat muslim di Indonesia ketika lebaran Idul Fitri. Sebagian besar rela menempuh perjalanan jauh alias mudik untuk bisa menikmati momen ini. 

Tapi, menurut Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair), Puji Karyanto, tradisi lebaran tidak sekadar sebagai ajang berkumpul dengan keluarga besar. Namun juga untuk mengenal lebih dekat semua kerabat.

"Kita tahu salah satu konsep kekerabatan yang ada di Nusantara itu kan, rasa guyub, dan halalbihalal itu sebenarnya merupakan ekspresi rasa keguyuban antarkerabat yang bertemu saat momentum lebaran," katanya. 

Baca Juga: Jokowi Akan Mudik ke Yogyakarta, Tidak Ada Halalbihalal

1. Halalbihalal bermula dari kumpul keluarga dan berkunjung saat lebaran

pinterest

Puji mengatakan, tradisi halalbihalal ini muncul ketika sanak saudara dalam keluarga besar berkumpul. Mereka saling berkunjung satu samal lain. “Awalnya sebenarnya kan unjung-unjung itu bukan sekadar saling sapa tetapi juga kalau orang Jawa mengatakan ngambah bature,” tuturnya.

Baca Juga: 5 Fakta Halalbihalal, Tradisi Lebaran yang Hanya Ada di Indonesia 

2. Kemudian diadopsi oleh instansi

Namun, lanjut Puji, tradisi lebaran unjung-unjung ini diadopsi oleh instansi, baik pemerintah atau swasta dengan konsep halalbihalal. Kini cenderung dimaknai dengan berkumpulnya banyak orang di sebuah tempat untuk saling bermaaf-maafan.

"Jangan-jangan itu akan berhenti di salam-salaman saja tapi sebenarnya siapa yang salaman juga tidak kenal, karena sangat berbeda jika berkunjung ke rumah, silaturahmi, dengan keluarga terbatas," tuturnya.

"Jadi semacam melembagakan tadinya yang sudah ada di masyarakat, antarkerabat, antarkeluarga yang kemudian dilembagakan oleh kawan-kawan yang ada di instansi," tuturnya.

Berita Terkini Lainnya