Masa Tanam di Banyuwangi Terganggu Hama Bekicot
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyuwangi, IDN Times - Sejumlah petani di Desa Kaligondo, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur, mengeluh. Hujan deras di musim kemarau yang mengguyur hampir seluruh wilayah di Banyuwangi, memberikan petaka tersendiri bagi para petani.
1. Petani tidak mengira musim kemarau akan turun hujan
Muryani (52), salah satu petani asal Dusun Selorejo, menyatakan hama keong sawah atau bekicot membludak di luasan 1 hektar lahan miliknya. Padahal, dua hari sebelum Hari Raya Idul Adha, nyaris tidak ada tanda-tanda populasi bekicot di lahan miliknya.
"Masa tanam tepat tanggal 29 kemarin, sebelum itu lahan sudah diolah dan dipastikan untuk menyingkirkan rumput atau keong. Pas waktu itu masih panas (kemarau)," jelas Muryani kepada IDN Times, Senin (3/7/2023).
Awalnya, Muryani tidak mengira jika hujan deras saat ini akan terus berlarut-larut hingga sepekan lamanya. Menurutnya, memasuki bulan Juli Banyuwangi seharusnya sudah berada di musim kemarau. Namun ternyata anomali cuaca tiba-tiba saja terjadi.
"Sejak tanggal 28 itu sudah hujan. Tidak mungkin menunda awal tanam, karena hitung-hitungan hari tanam sudah ditentukan. Juga benih juga sudah harus tanam, kalau tidak nanti layu," jelasnya.
Baca Juga: Anomali Cuaca, Banyuwangi Terasa Dingin Meski Musim Kemarau
2. Hama bekicot merusak benih tanaman
Muryani menyatakan, hujan deras di awal tanam tidak baik untuk pertanian. Terutama untuk tanaman cabai yang Ia tanam saat ini. Menurutnya, air yang berlebihan bisa membuat tanaman cabai tumbuh tak baik. Terlebih lagi, cabai akan sangat rentan untuk terserang penyakit.
Tak hanya itu, Muryani masih dikejutkan dengan populasi bekicot yang tiba-tiba membludak. Banyak benih cabai yang baru saja tanam bahkan sudah diserang. Beberapa diantaranya mengalami patah di bagian batang. Mau tidak mau, Muryani harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk pembersihan kembali.
"Sebelum tanam itu sudah bersih. Lah kok ini banyak seperti ini. Kalau dibiarkan ya hancur tanamannya, terpaksa disuluh (diburu) lagi. Ya pasti keluar biaya lagi," jelasnya.
3. Perubahan cuaca membuat telur bekicot menetas
Senada dengan Muryani, petani lainnya Heri Siswanto (44) juga mengalami kondisi serupa. Menurutnya, meningkatnya populasi bekicot secara tiba-tiba ini dipengaruhi oleh kelembaban tanah yang tinggi akibat hujan tanpa henti. Dikatakan Heri, dalam kondisi tersebut telur bekicot akan menetas dalam waktu yang bersamaan.
"Awalnya kan kering, kemudian jadi lembab. Pastinya banyak telur bekicot yang kemudian menetas. Siapa yang mengira kalau hujan terus seperti ini kan," kata Heri.
Perlu diketahui, Banyuwangi saat ini sudah memasuki musim kemarau. Namun dalam sepekan terakhir, hujan deras hampir mengguyur seluruh desa setiap harinya. Menurut laporan BMKG setempat, anomali cuaca ini dipengaruhi oleh kondisi atmosfer bumi di Samudera Hindia yang tidak stabil.
Kondisi ini kemudian membentuk sirkulasi siklonik dan menyebabkan awan hujan terbentuk disepanjang jalur yang dilaluinya. Kondisi ini selanjutnya menyebabkannya banyak fenomena alam, seperti suhu dingin dan hujan di musim kemarau.
Menurut BMKG, cuaca dan suhu di Banyuwangi akan kembali normal saat sirkulasi siklonik tersebut berakhir. Untuk beberapa hari ke depan, hujan ringan hingga deras diprediksi masih akan terjadi di beberapa wilayah di Banyuwangi.
Baca Juga: Bocah 5 Tahun di Banyuwangi Disekap dan Diperkosa Pria 71 Tahun