Keluarga Korban Ratapi Stadion Kanjuruhan yang Mulai Dibongkar

Keluarga korban merasa tidak diperhatikan pemerintah

Malang, IDN Times - Puluhan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan memadati Stadion Kanjuruhan tepatnya di depan pintu 13 yang menjadi saksi bisu Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu. Mereka meratapi Stadion Kanjuruhan yang sudah mulai dibongkar oleh pekerja dari PT Waskita Karya untuk selanjutnya dilakukan renovasi.

Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan merasa perjuangan mereka tidak dilirik sama sekali oleh pemerintah. Pasalnya mereka sejak awal menolak renovasi Stadion Kanjuruhan sampai kasus Tragedi Kanjuruhan tuntas.

1. Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan merasa pemerintah ingin menghilangkan bukti kasus Tragedi Kanjuruhan

Keluarga Korban Ratapi Stadion Kanjuruhan yang Mulai DibongkarKeluarga korban Tragedi Kanjuruhan, Sunari. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Salah satu keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, Sunari mengatakan kalau ia sangatlah kecewa dengan renovasi Stadion Kanjuruhan. Ia merasa pemerintah ingin menghilangkan bukti kasus Tragedi Kanjuruhan.

"Kalau seperti ini kami merasa pemerintah berusaha menghilangkan bukti. Kemudian kami melihat pemerintah lebih mementingkan benda mati daripada nyawa anak-anak kami saudara-saudara kami. Masalah keadilan kami akan tetap fokus sampai kapanpun," terangnya saat dikonfirmasi pada Sabtu (16/9/2023) usai melakukan doa bersama di Stadion Kanjuruhan.

Ia mengaku terkejut saat Stadion Kanjuruhan benar-benar direnovasi. Ia mengatakan memang ia dan keluarga korban lain sempat diajak untuk berdiskusi terkait renovasi Stadion Kanjuruhan, tapi ajakan tersebut disampaikan secara tidak serius.

Ia merasa hancur setelah tahu kalau Laporan Model B sudah dihentikan Polres Malang. Belum sembuh sakit hati mereka, kini Stadion Kanjuruhan mulai direnovasi.

2. Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan ingin aparat yang menembak gas air mata jujur

Keluarga Korban Ratapi Stadion Kanjuruhan yang Mulai DibongkarKeluarga korban Tragedi Kanjuruhan saat melakukan doa bersama di depat pintu 13 Stadion Kanjuruhan. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Ayah dari korban Tragedi Kanjuruhan bernama Mayang Agustin (20) ini menyampaikan kalau keinginannya tidak muluk-muluk. Ia ingin para pelaku yang menembakkan gas air mata jujur dan meminta maaf secara terbuka pada keluarga korban.

"Kami minta polisi yang menembak gas air mata agar jujur pada kami. Cukup dengan mengatakan 'ya kami memang bersalah, saya minta maaf dan saya akan bertanggung jawab.' Gitu aja kok sulit, tinggal kemudian biar pengadilan yang menentukan," tuturnya.

Sunari menegaskan ia akan tetap mencari keadilan sampai kapanpun dan tidak akan berhenti. Meskipun Stadion Kanjuruhan telah direnovasi, ia akan tetap mencari keadilan.

"Insyaallah dalam waktu dekat atau tepatnya pada setahun anak kami meninggal, kita akan ke Jakarta untuk bertemu Komisi III DPR RI. Insyaallah itu akan jadi jembatan kita untuk menyampaikan aspirasi," ujarnya.

Baca Juga: Laporan Model B Tragedi Kanjuruhan Kandas di Polres Malang

3. Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan berharap ada museum Tragedi Kanjuruhan setelah renovasi Stadion Kanjuruhan

Keluarga Korban Ratapi Stadion Kanjuruhan yang Mulai DibongkarKeluarga korban Tragedi Kanjuruhan saat melakukan doa bersama di depat pintu 13 Stadion Kanjuruhan. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Dalam kesempatan tersebut, pria asal Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang ini mengatakan jika ia tidak bisa berbuat apa-apa setelah Stadion Kanjuruhan ini mulai direnovasi. Oleh karena itu, ia berharap setidaknya keinginan mereka dikabulkan yaitu dibangunkan museum dan monumen Tragedi Kanjuruhan.

"Tadi saya sudah jelaskan dan sampaikan kalau Pintu 13 dibongkar maka bisa dikatan saya sudah menyerah dan kalah. Tapi saya memohon agar ini dijadikan museum atau monumen," tandasnya.

Menurut Sunari, monumen dan museum untuk mengenang anak-anak mereka yang tewas di Stadio Kanjuruhan. Sehingga mereka tetap bisa mengunjungi tempat keluarganya menghembuskan nafas terakhirnya.

Baca Juga: Stadion Kanjuruhan Direnovasi Besok, Begini Perubahannya

Rizal Adhi Pratama Photo Community Writer Rizal Adhi Pratama

Menulis adalah pekerjaan untuk merajut keabadian. Dengan menulis kita meninggalkan jejak-jejak yang menghiasi waktu. Tulisan dan waktu adalah 2 unsur yang saling tarik menarik membentuk sejarah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya