Momen Cak Imin Sebut Reformasi Tak Ada Panglimanya

Sebut itu di depan seniman dan budayawan

Surabaya, IDN Times - Ketua Umum (Ketum) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar menyebut kalau era reformasi tidak ada panglimanya. Celetukan itu ia lontarkan ketika menerima mandat maju nyapres bertajuk 'Budal Gus' dari seniman dan budayawan di Madiun, Rabu (22/2/2023).

Pernyataan Cak Imin--sapaan karib Muhaimin- bukan tanpa dasar. Dia mengatakan pada masa kepemimpinan Presiden Sukarno yang dikenal orde lama, politik dijadikan panglima. Bahkan, pertunjukan ludruk saat itu dilarang.

Selanjutnya, pada era orde baru di bawa kepemimpinan Presiden Soeharto, ekonomi yang dijadikan sebagai panglima pembangunan. ”Reformasi nggak ada panglimanya sehingga tidak punya arah," kata Cak Imin.

"Kalau mau punya arah budaya harus jadi panglima karena semua sendi kehidupan ujung-ujungnya budaya yang bisa menguatkan, mengokohkan dan mempersatukan,” tutur dia menambahkan.

Menurut Cak Imin, kondisi saat ini masuk pancaroba akibat pandemik. Dia melihat, budaya bisa menjadi pencegar terjadinya konflik, kekerasan, dan perpecahan. Apalagi mendekati kompetisi Pemilu 2024. Cak Imin meminta pemerintah pusat dan pemda untuk benar-benar memperhatikan nasib para seniman tradisional.

”Seniman-seniman daerah yang hidupnya tentu sangat sulit terutama di era teknologi media sosial seperti sekarang harus ada bantuan-bantuan langsung maupun yang sifatnya promosi dan peningkatan kapasitas,” katanya.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi, sambung dia, perlu memberikan perhatian kepada para seniman dan budayawan lokal. ”Tolong Menteri Pendidikan dan Kebudayaan agar memperhatikan. Kepada Pemda tolong beri perhatian khusus, beri ruang atau panggung," ucapnya.

"Kalau perlu buatlah pertunjukan-pertunjukan yang menampilkan mereka karena selama ini mereka berjasa mempersatukan bangsa kita, berjasa membuat hiburan dan kebahagiaan di tingkat grassroot yang itu tidak bisa diperankan oleh orang lain ataupu negara,” pungkas Wakil Ketua DPR Bidang Korkesra ini.


Edi, seniman asal Mojokerto yang juga Pimpinan Ludruk Karya Budaya Mojokerto mengatakan, selama enam kali pergantian pemerintahan, nasib para seniman ludruk tidak jelas. ”Dulu Presiden Sukarno dua kali nanggap ludruk di Istana. Sekarang tidak ada lagi. Tak ada yang peduli ludruk," katanya.

"Pernah dihadirkan di rumah Bu Mega sekali. Sekarang tidak ada lagi pemimpin yang nanggap ludruk. Kalau Gus Muhaimin jadi pemimpin kami minta untuk mendatangkan ludruk di rumahnya,” harapnya.

Baca Juga: Cak Imin Mulai Blusukan ke Kampus, Trunojoyo Jadi Awalan

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya