TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Survei BNPT: Ritual Keagamaan di Indonesia Tinggi, Pemahaman Rendah

Jadinya gampang terpapar radikal

IDN Times/ Ardiansyah Fajar

Jakarta, IDN Times - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ( BNPT) merilis hasil survei tentang Efektifitas Kearifan Lokal dalam Menangkal Radikalisme di Era Milenial selama April-Oktober 2018. Survei tersebut menyatakan bahwa pemahaman agama kebanyakan masyarakat Indonesia masih kurang. Hal ini menjadi salah satu faktor pemicu meningkatnya radikalisme. 

Baca Juga: BNPT Sebut Teroris Rekrut Anggota via Online

1. Ritual keagamaan tinggi

Dok. IDN Times/Istimewa

Kepala BNPT Suhardi Alius mengatakan survei ini dilakukan di 32 provinsi dengan responden sebanyak 14.400 orang. Responden pun diambil dari berbagai macam latar beakang mulai dosen, mahasiswa, guru dan siswa di kalangan pendidikan negeri. 

"Salah satu hasil survei BNPT adanya aktivitas keagamaan masyarakat yang tingggi. Yakni mencapai skor 77,7 persen namun aktivitas keagamaan ini, dibekali dengan pengetahuan keagamaan yang rendah dengan skor 25,8 persen," ujarnya di Hotel Royal Kuningan Kamis (29/11).

2. Dikarenakan responden mencari konten keagamaan melalui media sosial

IDN Times/ Ardiansyah Fajar

Salah satu penyebab dari minimnya pengetahuan keagamaan masyarakat adalah karena masyarakat lebih memilih mencari konten keagamaan, melalui media sosial, bukan lembaga pendidikan formal, atau guru agama yang mempunyai rekam jejak positif. Dengan kondisi ini, menurut Suhardi, masyarakat sangat rentan terhadap paparan paham radikal. 

3. Informasi dari medsos jarang yang mereka verifikasi

pexels/fancycrave.com

Parahnya, kata Suhardi, BNPT mencatat tidak ada satupun responden yang menerapkan verifikasi ketika mendapatkan berita atau informasi di media sosial. Daripada memilih mencari kebenaran informasi, responden lebih suka langsung membagikan kepada yang lainya. Hal ini akan membuat jumlah masyarakat yang terpapar informasi negatif semakin banyak.
 

4. Masyarakat diakui antusias masalah agama, jika salah refrensi hisa terpapar radikalisme

Radikalisme

Suhardi juga menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia saat ini antusias malasah agama. "Namun disayangkan pemahamaan agamanya cukup rendah. Sehingga mereka mencari pengetahuan keagamaan di media sosial. Jika mereka salah mencari refrensi, maka ini rentan dengan paparan radikalisme," katanya.

Baca Juga: BNPT Sebut Ada Ratusan Ribu Akun Pro ISIS, Baiatnya Melalui Online

Berita Terkini Lainnya