Situs Megalitikum Watu Lawang, Kiblat Datangnya Musim Kemarau
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bondowoso, IDN Times – Watu Lawang atau betoh labeng yang ada di Desa Banyuputih, Kecamatan Wringin, Kabupaten Bondowoso menjadi salah satu peninggalan bersejarah era megalitikum. Diprediksi berusia ribuan tahun, peninggalan tersebut masih utuh hingga saat ini. Secara fisik batu ini memiliki panjang 7,2 meter dengan lebar 5 meter, dan tinggi 7,5 meter.
1. Dijadikan alat ukur musim kemarau
Abdul Wapi selaku kuncen Watu Lawang ini mengungkapkan, ada sebuah celah diantara susunan batu tersebut. Celah ditengahnya itu sering digunakan sebagai untuk alat ukur penanda datangnya musim kemarau. Dia menyebut, penduduk zaman dulu menggunakan ini sebelum memulai menanam padi.
"Jadi kalau posisi matahari berada tepat diatas celah batu, maka itu pertanda musim kemarau akan datang. Petani akan mulai menanam padi," kata Abdul, dikutip pada Rabu (9/8/2023).
Baca Juga: Petilasan Mbah Kopek Banyuwangi, Surga Air di Musim Kemarau
2. Banyak pengunjung betah berlama-lama
Abdul mengatakan, saat ini lokasi tersebut banyak dikunjungi oleh warga wisatawan lokal maupun luar daerah. Di lokasi batu tersebut, wisatawan juga bisa menikmati panorama sekitar yang nampak dari ketinggian. Selain itu, tak sedikit pelaku spiritual juga bersemedi di lokasi tersebut untuk mendapatkan ketenangan.
"Mungkin karena lokasinya yang sejuk, banyak pemandangan sawah dan hutan yang indah, dan dekat dengan jalan utama sehingga banyak pengunjung yang betah berada di sini," tambahnya.
3. Hendak dijadikan cagar budaya
Sementara itu, Disparbudpora Bondowoso, Gede Budiawan mengatakan jika batu tersebut sudah ada sejak tahun 1789 saat Ki Ronggo melakukan babat alas ke wlayah selatan. Saat itu, Ki Ronggo menemukan sebuah reruntuhan desa kuno yang menyembah batu besar.
Atas hal tersebut, Budi mengatakan jika pihaknya tengah mengusahakan agar Watu Lawang dijadikan destinasi cagar budaya di Bondowoso. Namun hal tersebut tidak bisa dilakukan secara cepat mengingat adanya persyaratan yang harus dipenuhi.
"Soalnya, destinasi cagar budaya berbeda dengan membangun destinasi wisata buatan. Harus ada beberapa persyaratan yang dilakukan," imbuhnya.
Baca Juga: 5 Wisata Alam Terpopuler di Bondowoso, Bukan Cuma Kawah Ijen!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.