Kondisi pintu 13 Stadion Kanjuruhan pasca insiden kericuhan 1 Oktober lalu. IDN Times/Alfi Ramadana
Kondisi pintu 13 Stadion Kanjuruhan pasca insiden kericuhan 1 Oktober lalu. IDN Times/Alfi Ramadana
Kondisi pintu 13 Stadion Kanjuruhan pasca insiden kericuhan 1 Oktober lalu. IDN Times/Alfi Ramadana
Seperti diketahui, beredar rekaman audio penjual dawet yang memberi kesaksian tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022). Dalam rekaman itu, sang penjual melihat sejumlah orang berjubel di stadion menghindari gas air mata. Sejumlah suporter juga disebutnya saling tendang.
"Pintu tiga sebelah kiri warung saya itu ada anak kecil terjepit, ditolong polisi, pak Arif namanya, Polisi Batu. Ditolong, dibawa," ujar penjual dawet itu.
Bahkan, penjual dawet itu mengatakan bahwa ada suporter tersebut anarkis yang memukili polisi. Ia ia juga mengaku melihat suporter tersebut sedang mabuk bernama Nawi. Sebaliknya, ia mengaku sempat menyelamatkan polisi bernama Arfi.
"Pak Arif ini saya selamatkan di toko saya. Malah dawetku iki kate dekeprukne yo aku, mas iki dawet yo ojo yo ojo, terus di dele (Malah dawet milikku mau dipukulkan, terus saya bilang jangan). Terus Pak Arif ini membasuh muka anak kecil," ujarnya. Selain minuman keras, ia juga melihat banyak suporter mengonsumsi narkoba.
Pantauan IDN Times di pintu 3 stadion Kanjuruhan membantah semua klaim dari perempuan itu. Di sana sama sekali tak ada penjual dawet. Yang ada hanya toko mebel dan warkop.
"Saya gak pernah lihat (ada penjual dawet), warkop semua di sini," kata Febri (20) yang merupakan karyawan toko mebel di samping Gate 3. Bahkan, pedagang kaki lima di sekitar Gate 3 juga tak ada yang berjualan dawet. "Kalau pertandingan itu banyak yang jualan (kaki lima) paling pentol, baby crab," ungkap Febri.
Seperti diketahui, beredar rekaman audio penjual dawet yang memberi kesaksian tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022). Dalam rekaman itu, sang penjual melihat sejumlah orang berjubel di stadion menghindari gas air mata. Sejumlah suporter juga disebutnya saling tendang.
"Pintu tiga sebelah kiri warung saya itu ada anak kecil terjepit, ditolong polisi, pak Arif namanya, Polisi Batu. Ditolong, dibawa," ujar penjual dawet itu.
Bahkan, penjual dawet itu mengatakan bahwa ada suporter tersebut anarkis yang memukili polisi. Ia ia juga mengaku melihat suporter tersebut sedang mabuk bernama Nawi. Sebaliknya, ia mengaku sempat menyelamatkan polisi bernama Arfi.
"Pak Arif ini saya selamatkan di toko saya. Malah dawetku iki kate dekeprukne yo aku, mas iki dawet yo ojo yo ojo, terus di dele (Malah dawet milikku mau dipukulkan, terus saya bilang jangan). Terus Pak Arif ini membasuh muka anak kecil," ujarnya. Selain minuman keras, ia juga melihat banyak suporter mengonsumsi narkoba.
Pantauan IDN Times di pintu 3 stadion Kanjuruhan membantah semua klaim dari perempuan itu. Di sana sama sekali tak ada penjual dawet. Yang ada hanya toko mebel dan warkop.
"Saya gak pernah lihat (ada penjual dawet), warkop semua di sini," kata Febri (20) yang merupakan karyawan toko mebel di samping Gate 3. Bahkan, pedagang kaki lima di sekitar Gate 3 juga tak ada yang berjualan dawet. "Kalau pertandingan itu banyak yang jualan (kaki lima) paling pentol, baby crab," ungkap Febri.
Seperti diketahui, beredar rekaman audio penjual dawet yang memberi kesaksian tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022). Dalam rekaman itu, sang penjual melihat sejumlah orang berjubel di stadion menghindari gas air mata. Sejumlah suporter juga disebutnya saling tendang.
"Pintu tiga sebelah kiri warung saya itu ada anak kecil terjepit, ditolong polisi, pak Arif namanya, Polisi Batu. Ditolong, dibawa," ujar penjual dawet itu.
Bahkan, penjual dawet itu mengatakan bahwa ada suporter tersebut anarkis yang memukili polisi. Ia ia juga mengaku melihat suporter tersebut sedang mabuk bernama Nawi. Sebaliknya, ia mengaku sempat menyelamatkan polisi bernama Arfi.
"Pak Arif ini saya selamatkan di toko saya. Malah dawetku iki kate dekeprukne yo aku, mas iki dawet yo ojo yo ojo, terus di dele (Malah dawet milikku mau dipukulkan, terus saya bilang jangan). Terus Pak Arif ini membasuh muka anak kecil," ujarnya. Selain minuman keras, ia juga melihat banyak suporter mengonsumsi narkoba.
Pantauan IDN Times di pintu 3 stadion Kanjuruhan membantah semua klaim dari perempuan itu. Di sana sama sekali tak ada penjual dawet. Yang ada hanya toko mebel dan warkop.
"Saya gak pernah lihat (ada penjual dawet), warkop semua di sini," kata Febri (20) yang merupakan karyawan toko mebel di samping Gate 3. Bahkan, pedagang kaki lima di sekitar Gate 3 juga tak ada yang berjualan dawet. "Kalau pertandingan itu banyak yang jualan (kaki lima) paling pentol, baby crab," ungkap Febri.