Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Devi Athok saat berbincang dengan IDN Times, Jumat (18/11/2022). IDN Times/Faiz Nashrillah

Surabaya, IDN Times - Kabar getir itu diterima Devi Athok (43), Sabtu, (1/10/2022) malam sekitar pukul 23.00 WIB. Dari ujung telepon, seorang kerabat mengabarkan bahwa putri sulungnya, Natasya Ramadani (16) alias Tasya meninggal. Ia menjadi salah satu korban jiwa kerusuhan Kanjuruhan usai laga Arema FC versus Persebaya. Devi yang kala itu masih berada di tempat kerja pun bergegas ke Kanjuruhan. Pencariannya nihil, jenazah sang anak ternyata sudah di bawa ke RS Wava Husada. 

Di rumah sakit yang terletak di Kecamatan Kepanjen itu ia menemukan jasad Tasya terbujur ditutup selimut. Hati Devi hancur. Maklum, bagi dia, Tasya adalah segalanya. Terlebih Devi pula yang mengenalkan Tasya pada Arema. Bahkan, Devi yang juga pentolan Aremania ini kerap mengajak Tasya keliling Indonesia untuk mendukung Arema FC. 

Setelah memastikan bahwa jenazah tersebut adalah Tasya, Devi kemudian mencari putri bungsunya, Naila Anggraini (14), alias Lala. Mulanya ia masih yakin Lala selamat. Namun, seorang Aremania mengajaknya ke sudut lain di selasar RS Wava Husada. Di sana, ia kembali mendapat kabar buruk. Lala, sang putri bungsu juga ikut jadi korban. 

“Perasaan saya hancur. Marah, kecewa, jadi satu. Saya sempat pingsan,” kata Devi kepada IDN Times, Jumat (18/10/2022). Ia kemudian memeluk erat jasad Lala sambil memandangi sekujur tubuh sang putri. “Jasad Lala bersih. Tak ada tanda-tanda habis terjatuh. Yang ada, mulutnya keluar busa hijau. Saya yakin Lala dibunuh pakai gas air mata,” ujarnya sambil menahan tangis. Tak jauh dari jasad Lala, ia juga sempat melihat jenazah sang mantan istri Gebi Asta (35). 

Editorial Team

Tonton lebih seru di