Malang, IDN Times - Libur Lebaran Idul Fitri 1443 Hijriah memang sudah berakhir. Namun, ada sejumlah catatan minor yang menjadi evaluasi bagi Pemkot Malang. Salah satunya adalah perihal sampah. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mencatat bahwa sepanjang libur Lebaran kemarin total Kota Malang menghasilkan sekitar 20 ton sampah.
Selama Lebaran Kota Malang Hasilkan 20 Ton Sampah

1. Kesadaran masyarakat masih rendah
Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Wahyu Setianto menjelaskan bahwa sebagian besar sampah tersebut datang dari tempat keramaian. Beberapa di antaranya seperti kawasan alun-alun, taman dan beberapa tempat umum lain. Tak sedikit masyarakat yang membiarkan sampah mereka berserakan begitu saja. Padahal di tempat-tempat umum tersebut sudah disediakan tempat sampah.
"Kami menyadari bahwa memang suasananya masih lebaran. Tetapi kami juga melihat bahwa kesadaran masyarakat juga masih kurang soal sampah," urainya Selasa (10/5/2022).
2. Petugas harus bekerja ekstra keras
Wahyu menambahkan bahwa selama lebaran kemarin, petugas memang tidak masuk semua. Pihak DLH pun harus mengatur jadwal agar mereka bisa secara bergantian merayakan lebaran. Meskipun sudah diatur, petugas masih kewalahan. Mareka pun harus menyapu hingga enam sampai tujuh kali.
"Kalau sekarang sudah mulai berkurang. Tetapi kemarin saat libur lebaran itu sangat banyak sekali," imbuhnya.
Tak hanya dari tempat keramaian, sampah-sampah tersebut juga datang dari restoran dan hotel. Selama libur lebaran, okupansi tamu hotel dan restoran cukup tinggi. Total ada sekitar 2-3 ton sampah yang dihasilkan dari kawasan wisata, mal, hotel, hingga restoran. Sementara untuk kawasan rumah tangga masih normal.
"Kemarin memang ada petugas yang menyisir tempat-tempat yang dilaporkan banyak sampah. Kemudian sampah-sampah tersebur diangkut semua menuju TPA. Tetapi karena jumlahnya banyak jadi agak kewalahan," sambungnya.
3. Lebih tinggi dari dua tahun terakhir
Tahun ini ditambahkan Wahyu, volume sampah yang dihasilkan Kota Malang memang jauh lebih besar ketimbang dua tahun terakhir. Salah satu penyebabnya adalah pelonggaran aturan mudik.
"Kuncinya memang ada pada pandemik. Saat mudik diperbolehkan memang dampaknya luar biasa. Tegapieski sempat kewalahan, akhirnya petugas kami bisa mengatasi dengan baik," tandasnya.