Ketua Tim Teknik Geopark Ijen, Abdilah Baraas. IDN Times/Ardiansyah Fajar.
Potensi hasil tangkapan dari para penambang berupa belerang, ditambah panorama kawah serta keajaiban pendar api biru atau yang kerap disebut blue fire menjadikan Kawah Ijen digandrungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Jika siang penuh penambang, malam hari akan menjadi arena turis berpetualang.
Selain wisatawan, kawah yang mempunyai ketinggian 2.769 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini menjadi laboratorium bagi para peneliti. Karena tercatat, di Kawasan Ijen ada sebanyak 37 destinasi wisata maupun edukasi, rinciannya, 21 situs gelologi, enam situs biologi dan 10 situs budaya. Banyaknya potensi menjadikan Ijen masuk daftar Unesco Global Geopark (UGG). Saat ini sudah ada 36 kampus Indonesia dan kampus luar negeri meneliti di Ijen.
"Kita mengajukan ke Unesco sejak 2020 difasilitasi Ibu Gubernur Jatim (Khofifah Indar Parawansa) secara surat ke komite Unesco. Kemudian assessment Unesco pada Juni 2022. Diumumkan lulus admistrasi pada September 2022 di Thailand," kata Ketua Tim Teknik Geopark Ijen, Abdilah Baraas kepada IDN Times.
Setelah diumumkan lulus admisitrasi, pemantauan kawasan Ijen kian ketat dilakukan Unesco. Sampai akhirnya kawasan Ijen ditetapkan secara resmi menjadi bagian UGG ketika sidang tahunan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Mei 2023. "Jadi kita baru berumur 1,5 bulan saat ini," ucap Abdilah.
Masuknya Ijen dalam daftar UGG juga tidak menjadi batu sandungan bagi para penambang. Menurut Abdilah, penambangan di Ijen bukan merugikan alam. "Gasnya ditangkap lalu dipadatkan, tidak menjadi masalah. Itu malah mengurangi hujan asam. Kalau belerang dibiarkan justru mengakibatkan hujan asam," kata dia. Diakui Abdilah, penambang ini juga menjadi salah satu daya tarik di Ijen.
Saat ini, sambung Abdilah, wisatawan yang datang ke Ijen kian bergeliat. Dia menyebut bergeliatnya wisatawan tak lepas dari masuknya kawasan ini ke daftar UGG. Rata-rata dalam sehari ada 500 wisatawan. Baik itu domestik maupun mancanegara. Sayangnya, keindahan pendar api biru Ijen untuk sementara waktu belum bisa dinikmati wisawatan.
Pihak pengelola melakukan pembatasan jam pendakian karena ada peningkatan aktivitas. Jika sebelumnya boleh mendaki pukul 01.00 WIB. Maka saat ini dimulai pukul 04.00 WIB. Dengan estimasi perjalanan normal 2 jam, maka sampai puncak pukul 06.00 WIB, api biru sudah tidak terlihat. Namun, wisatawan tetap akan puas dengan sajian air biru kehijauan di tengah kawah.