Misteri Makam Mbah Ginah yang Tak Dipindah dari Balai Kota Malang

Malang, IDN Times - Sebuah makam misterius berada di tempat yang tak lazim di kawasan balai Kota Malang. Yakni makam Mbah Ginah, yang berada di tengah kawasan gedung perkantoran mini block office kompleks Pemerintah Kota (Pemkot) Malang atau Balai Kota Malang. Makam ini terlihat masih bersih dan rindang karena berada di bawah 3 pepohonan Taman Rekreasi Kota (Tarekot) Malang. Makam ini dengan jelas tertulis nama Mbah Ginah di nisannya, tapi tentang kapan lahir dan kematiannya sudah tak terlihat karena batu nisan uang lapuk dimakan usia.
1. Tak banyak yang tahu sosok Mbah Ginah, orang-orang mengenalnya sebagai tukang sapu jaman kolonial Belanda

Pemerhati sejarah Malang, Agung Buana mengungkapkan jika memang tidak banyak yang mengetahui siapa sosok pemilik makam yang tempatnya berada di tengah bangunan Balai Kota Malang ini. Ia mengatakan jika Mbah Ginah diceritakan sebagai tukang sapu atau petugas kebersihan di Balai Kota Malang sejak era kolonial Belanda.
"Kawasan tarekot ini kawasan yang tanda petik punya aura tersendiri, sehingga segala sesuatu itu harus dipertimbangkan. Diceritakan kalau Mbah Ginah adalah petugas kebersihan di sana sejak jaman Belanda," terangnya saat dikonfirmasi pada Jumat (30/5/2025).
Agung menyamakan Mbah Ginah sebagai abdi dalem di Balai Kota Malang saat kota ini masih dikuasai oleh Belanda, ia juga disebut sebagai juru kunci Balai KotaMalang. Alasan itulah yang membuat Mbah Ginah dimakamkan di area Balai Kota Malang.
2. Ada 3 versi cerita sosok Mbah Ginah yang beredar di masyarakat Kota Malang

Agung mengungkapkan jika memang tidak ada catatan sejarah terkait sosok Mbah Ginah dan alasan sebenarnya ia dimakamkan di sana. Tapi ada 3 versi cerita yang beredar di masyarakat Kota Malang terkait keberadaan sosok Mbah Ginah. Pada cerita versi pertama, Mbah Ginah adalah tukang sapu yang sudah bekerja di Balai Kota Malang sejak kolonialsisasi Belanda. Ia kemudian meninggal dunia sekitar tahun 1940-an dan akhirnya dimakamkan di sana.
"Jadi saat Belanda membangun Balai Kota Malang (1927-1929), Mbah Ginah konon petugas kebersihan pertama di sana, jadi sudah sangat lama bekerja di sana. Kemudian saat Mbah Ginah meninggal, dia dimakamkan di sana sebagai penghormatan karena berjasa membersihkan Balai Kota sejak lama," bebernya.
Pada versi kedua, Mbah Ginah diceritakan sebagai sosok pemulung yang biasa mencari sampah di belakang Balai Kota Malang pada era kolonial Belanda. Ia mengungkapkan jika dulu di belakang Balai Kota Malang adalah gunung sampah yang tidak terurus. Kemudian saat Mbah Ginah mencari sampah di atas gunungan sampah ini, ia terperosok hingga meninggal dunia. Sehingga ia oleh kawan-kawan pemulung-nya dimakamkan tidak jauh dari gunung sampah ini.
Sementara pada versi ketiga, konon katanya kalau Mbah Ginah dulu memiliki seorang kekasih yang tidak diketahui namanya. Tapi kekasih Mbah Ginah ini adalah pasukan revolusi yang menentang kolonialsisasi Belanda di Kota Malang. Lelaki itu sering meminta informasi kepada Mbah Ginah yang memang bekerja sebagai petugas kebersihan di dalam Balai Kota Malang.
"Tapi suatu hari katanya laki-laki ini tertangkap, begitu juga Mbah Ginah akhirnya ketahui sebagai mata-mata juga. Akhirnya keduanya dieksekusi mati, laki-laki itu dimakamkan di tempat lain yang tidak diketahui, tapi Mbah Ginah dimakamkan di dalam area Balai Kota Malang," ujarnya.
3. Tidak ada yang berani memindahkan makam Mbah Ginah

Agung melanjutkan jika sampai saat ini tidak ada yang berani memindahkan makam Mbah Ginah dari asalnya, pasalnya mereka takut mendapatkan sial jika melakukan itu. Bahkan, pada 1990-an pihak Balai Kota Malang mempercantik makam Mbah Ginah dengan menambahkan keramik agar aura seram di sana menjadi lebih positif.
"Memindahkan hal kayak gitu (makam) tidak sulit, cuma kita juga punya harmonisasi dengan penciptanya. Terakhir di keramik tahun 90an, sebelumnya belum dikeramik," tandasnya.
Kemudian pada 2019 sempat diadakan renovasi besar pada kawasan Tarekot Malang. Tidak ada yang berani memindahkan makam Mbah Ginah, akhirnya dibangun taman di sekitar makam Mbah Ginah agar kesan angkernya tidak ada lagi.