Detektif Sungai yang melibatkan Gen Z saat meneliti sungai Kedak, Kidiri. (Dok. Ecoton).
Detektif sungai dikenalkan cara-cara kepenulisan jurnal ilmiah untuk dapat menuliskan pengalaman penelitian dan hasil identifikasi melalui kepenulisan ilmiah. Kepenulisan jurnal ini membantu dalam mendokumentasikan data dan temuan penting yang dapat dijadikan referensi dalam penelitian yang komprehensif.
Selain itu, detektif sungai diajak untuk melakukan observasi kesehatan sungai melalui biotilik dan penelitian mikroplastik di Sungai Kedak, salah satu sungai yang mengalir ke sungai induk yaitu Brantas.
Observasi bertujuan untuk mengajak anak-anak untuk menjaga sungai, khususnya melihat kualitas air menggunakan indikator biota dan melihat kontaminasi mikroplastik yang dapat membahayakan lingkungan sekaligus mengancam kesehatan manusia.
“Memang dalam kegiatan ini kami lebih banyak melakukan observasi di sungai, agar siswa mengetahui kondisi lingkungan, apakah kotor, dan penuh plastik, karena saat ini banyak anak muda yang cuek, melalui sekolah alam detektif sungai ini bisa memberikan kesempatan anak muda untuk menyumbang solusi," ujar Koordinator kegiatan sekolah alam detektif sungai, Tonis Afrianto.
Hasilnya, dalam kegiatan observasi ini sungai Kedak memiliki kesehatan sungai yang kurang baik, berdasarkan pengamatan biotilik mendapatkan skor 2,5 yaitu tercemar sedang. Sementara dalam pengamatan mikroplastik mendapatkan kontaminasi partikel filamen, fragmen dan fiber. Sumbernya yaitu dari sampah plastik seperti kresek, saset dan kain.