Cerita dari Balik Asrama, Asa Membangun Manusia Surabaya

Surabaya, IDN Times - Hari mulai petang, Arika Rahmania (18) duduk bersila di atas kasurnya sembari membuka lembaran demi lembaran buku catatan kuliah. Ruangan berukuran sekitar 7 kali 4 meter itu tampak sepi, hanya dia sendiri di antara kasur-kasur bertingkat yang berjajar. Rekan-rekan Arika sudah lebih dulu meninggalkannya ke ruang makan yang jaraknya sekitar 100 meter dari gedung asrama putri.
Kamar Arika berada di lantai 3 asrama. Sebentar lagi, dia turun menyusul teman-temannya ke ruang makan. Sebelum itu, lebih dulu dia memasukkan seperangkat alat tulis dan buku ke dalam tas untuk ia bawa turun. Usai makan malam, Arika akan bergegas mengikuti kelas Bahasa Inggris.
Begitulah keseharian Arika dua bulan terakhir di Asrama Bibit Unggul Surabaya selepas pulang kuliah. Ia tak masalah, meski harus jauh dari orangtua. Yang penting baginya adalah bisa belajar dengan tenang tanpa memikirkan biaya kuliah yang mahal.
“Aku pengin bisa lanjut S2 ke Belanda, biar bisa jadi dosen,” angan Arika. Arika sendiri baru saja menyandang status sebagai mahasiswa S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Surabaya (PGSD Unesa).