Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sejumlah anak mendapat perawatan medis akibat terserang demam berdarah dengue (DBD) di RSUD TC Hillers, Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Rabu (11/3/2020). (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Surabaya, IDN Times - Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Timur (Jatim) dikabarkan terus meningkat. Bahkan, jumlah kematiannya Januari hingga Maret ini, mencapai 20 orang. Jumlah tersebut pun dibenarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Jatim, Herlin Ferliana.

"Per hari ini tercatat ada 2.016 kasus DBD dengan 20 pasien meninggal dunia," ujarnya di Surabaya, Jumat (13/3).

 

1. Terbanyak di Trenggalek, disusul Jember dan Banyuwangi

IDN Times/Edwin Fajerial

Penderita DBD di Jatim dari tahun ke tahun merata di tiap kabupaten/kota. Untuk tahun ini, jumlah penderita terbanyak ada di Kabupaten Trenggalek. Kemudian disusul Jember dan Banyuwangi. Sayangnya, Herlin tidak menyebut jumlah rinci.

"Kasus demam berdarah paling banyak ada di daerah Trenggalek, kemudian Jember dan Banyuwangi. Daerah lain juga karena merata," kata Herlin.

2. Belum ambil status KLB karena masih di bawah tahun lalu

Pexels/iconO.com

 

Meski jumlah penderita yang meninggal akibat DBD sudah mencapai 20 orang, Dinkes Jatim rupanya tidak ada niatan pemberlakuan status kejadian luar biasa (KLB). Alasannya, jumlah tersebut masih di bawah tahun lalu yakni 18.393 kasus dan 185 orang meninggal.

"Jadi definisi KLB apabila kasus meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Sebelumnya ada 10 ribu kasus. Saat ini sudah dua ribu, belum bisa dikatakan KLB," ucap Herlin.

3. Dinkes minta masyarakat peran aktif peduli lingkungan tekan angka DBD

Sejumlah anak mendapat perawatan medis akibat terserang demam berdarah dengue (DBD) di RSUD TC Hillers, Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Rabu (11/3/2020). (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Dinkes Jatim pun tidak mau angka kematian akibat DBD di Jatim tahun ini terus bertambah. Pihaknya melakukan berbagai upaya antisipasi menekan DBD tahun ini. Salah satunya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan satu rumah satu jumantik.

Lebih lanjut, menyiapkan petugas, sarana dan prasarana, serta adekuat fasilitas pelayanan kesehatan di semua wilayah di Jatim. Herlin pun meminta peran aktif masyarakat.

"Kami imbau masyarakat lebih peduli pada lingkungan, dengan membersihkan tempat-tempat kotor dan kumuh, menggalakkan program menguras, mengubur, dan menutup (3M) wadah yang berpotensi jadi sarang nyamuk," kata Herlin.

Editorial Team