''Aku Pakai Joki Tugas, Tapi Tetap Pilih-pilih"

Ada juga joki yang bisa garap secara realtime

Belum lama ini, jagat maya diramaikan dengan pembahasan joki skripsi. Pemantiknya adalah unggahan seorang pengguna Twitter bernama Abigail. Ia menceritakan tentang temuannya di media sosial tentang pengguna jasa joki skripsi yang merasa tertipu. Alih-alih malu, Abigail menyebut pengguna media sosial itu malah dengan gamblang menceritakan bagaimana ia yang kadung membayar jasa joki malah ditinggal kabur. 

Abigail mengaku miris dengan kondisi saat ini. Ternyata, aib akademik yang biasanya disembunyikan, kini dengan bangga dipertontonkan di depan publik. Sudahlah curang, tak tahu malu pula.  

Namun, apa yang ditemukan oleh Abigail tampaknya cuma puncak gunung es. Praktik ini masih jamak ditemukan di berbagai kampus. Entah karena malas, sibuk atau memang benar-benar tak bisa, banyak mahasiswa kemudian memilih jalan pintas dengan menggunakan jasa joki. Mereka menyewa jasa joki mulai dari sekadar untuk mengerjakan tugas kuliah, skripsi, hingga disertasi. 

1. Menggunakan joki saat tahun pertama perkuliahan, tiga joki sekaligus

''Aku Pakai Joki Tugas, Tapi Tetap Pilih-pilihIlustrasi menghubungi tukang joki. Freepik/pressfoto

Salah satu pengguna jasa joki adalah mahasiswa berinisial N. N mengaku menyewa jasa joki pada awal perkuliahan, tepatnya di semester satu dan dua. Kesibukan ospek dan beban tugas yang berat menjadi penyebabnya. 

"Jadi waktu itu, aku pakai 3 (jenis) joki. Yang pertama ada joki translate, terus yang kedua aku pakai (joki) gambar teknik, dan yang terakhir aku pakai untuk matkul kalkulus dan matematika teknik," terangnya saat diwawancara pada Rabu (31/07/2024). 

Jasa joki translate ia butuhkan untuk menerjemahkan peraturan negara lain. Menurut dia, Google Translate tidak cukup canggih menyelesaikan tugas mata kuliah Peraturan Perundangan K3 itu. Dalam membuat proporsi gambar komponen teknik dari berbagai sudut pandang dan perpotongan, ia mengaku cukup kesulitan karena tidak linear dengan program studinya dan belum menguasai software AutoCAD.

Begitu pula kalkulus dan matematika teknik. N mengaku terpaksa menyewa joki karena mata kuliah yang sulit dan dosennya yang killer. Ia dihantui perasaan takut mengulang mata kuliah. 

"Waktu itu aku gak pasrah, bukan yang gak bisa (mengerjakan) terus langsung pakai joki. Gak. Aku juga les privat dua macam untuk matkul ini. Terus, tiap satu minggu sebelum ujian, aku juga selalu Zoom sama teman-temanku buat belajar. Waktu itu, aku menggunakan joki sebagai back up," sambung mahasiswa Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu. 

N menilai, joki tidak menjadi satu-satunya cara menyelesaikan masalah akademik. Sifat joki harusnya hanya membantu, mahasiswa tetap harus belajar dan memahami materi-materi perkuliahan. "Dia itu cuma sebagai pembantu dan tempat crosscheck, gitu aja lah," tambahnya. 

"Kalau aku, waktu itu ada 4 soal. Yang aku bisa kerjakan, aku kerjakan (sendiri). Yang Gak bisa, baru aku joki. Jadi, separuh-separuh gitu, lah. Aku juga Gak mau ketergantungan sama si joki ini," tandasnya. 

2. Dapat informasi perjokian dari media sosial, terutama X

''Aku Pakai Joki Tugas, Tapi Tetap Pilih-pilihIlustrasi mencari jasa joki akademik melalui X. Freepik

N mengaku tak menemui kesulitan dalam mencari joki. Ia cukup berselancar di Media sosial X (dulunya Twitter). Bahkan, di sini juga ada komunitas khusus agar konsumen bisa mengirim pesan anonim seputar perjokian. 

"Misalnya, aku nge-tweet di community itu terus bilang, butuh joki buat matkul bla bla bla, ada yang bisa gak ya. Terus sama mereka langsung dijawab, oh bisa, start harga segini," jelasnya.

Layaknya usaha profesional, penyedia jasa joki juga mempunyai portofolio di akun X masing-masing agar calon konsumen bisa lebih dulu mengecek kredibilitasnya. Meski begitu, N mengaku cukup picky dalam memilih joki. Ia bahkan melakukan research untuk menemukan joki yang tepat. 

"Aku benar-benar menyeleksi (joki) yang sekiranya cocok. Misalnya, aku cari joki untuk matematika teknik, jadi aku search di Twitter 'joki matematika teknik', terus aku buka akunnya satu-satu, aku lihat testimoninya, soal-soal yang pernah mereka kerjakan, cara kerjanya kayak gimana, dan fast respons atau gak," bebernya.       

Tak hanya itu, N juga mengaku mempertimbangkan gelar yang dicantumkan tukang joki. Untuk tugas seputar teknik, ia mempercayakannya pada mahasiswa FMIPA atau teknik sipil yang akrab dengan matematika teknik. 

"Aku gak mau kalau misalnya yang mengerjakan bukan spesialis di bidangnya. Aku benar-benar lihat testimoninya, mereka pernah mengerjakan soal yang serupa kayak soalku atau egak," ungkap pengguna jasa joki tersebut. 

Semakin banyak testimoni, N mengaku semakin yakin menggunakan joki itu. Sebaliknya, jika akunnya sepi dari testimoni, N tidak akan menggunakan joki tersebut karena ragu dengan kredibilitasnya.

Baca Juga: Viral! Joki Skripsi Dinormalisasi, Ada Guru Ikut Tawarkan Jasa

3. Perjokian bisa berlangsung real time

''Aku Pakai Joki Tugas, Tapi Tetap Pilih-pilihIlustrasi tukang joki mengerjakan request konsumen. Freepik/LipikStockMedia

Kata N, ada beberapa jenis joki, salah satunya joki real time. Jenis ini digunakan N untuk menyelesaikan tugas matematikanya. Dengan jawaban yang panjang, soal yang banyak, dan waktu ujian real time, joki yang bisa langsung memberikan jawaban setelah soal dikirimkan ternyata sangat membantu N. Terkait pembayaran joki, N mengaku bisa dibayarkan penuh sejak awal, DP (uang muka), atau pembayaran di akhir.   

 "Waktu itu, yang matematika teknik, aku kasih DP dulu, separuh harga dari tarif yang disepakati. Misal, satu soal pengerjaan real time (disepakati) Rp20 ribu. Aku minta (pengerjaan) dua soal, berarti aku harus bayar di depan itu Rp20 ribu dulu, terus setelah ujian berakhir baru aku lunasi Rp20 ribu sisanya," jelas N.

N juga mengaku pernah membayar tarif joki di akhir, tepatnya pada tugas menggambar komponen teknik. Setelah menerima gambar dari joki, barulah ia membayar tarif sesuai kesepakatan. 

"Tapi kalau tugasnya besar atau banyak, misalnya makalah atau proposal, itu biasanya penjokinya minta DP separuh harga atau 30 persen. Pokoknya, kalau (tugasnya) besar biasanya minta DP dulu. Kalau (tugasnya) kecil-kecil (sekitar tarif) Rp10 ribu, biasanya dibayar di akhir," tutur N.      

Meski digarap oleh joki N mengaku selalu belajar tentang alur pengerjaan tugasnya. Tujuannya agar ia bisa memahami materi dan tak gagap saat presentasi. "Gak mungkin aku pakai joki tapi aku gak tahu apa-apa. Itu gak mungkin,'' ujarnya. 

N sendiri mengakui bahwa kinerja joki tak akan membuat dia sepenuhnya puas.  "Aku juga (merasa) gak enak sih pakai joki. Pasti lebih puas pakai kemampuan sendiri. Tapi, karena benar-benar sudah mepet, aku terpaksa menggunakan joki. Menurutku, (joki) tetap tidak boleh diandalkan sepenuhnya dalam setiap tugas akademik," pungkasnya.  

Baca Juga: Mahasiswa Manfaatkan Jasa Joki Skipsi-Tesis Demi Lulus Tepat Waktu 

Talita Hariyanto Photo Community Writer Talita Hariyanto

Manusia hina sebagai makhluk mulia

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya