Karhutla Gunung Lawu Belum Padam, Berpotensi Bencana di Musim Hujan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Magetan, IDN Times - Masyarakat di kaki Gunung Lawu sisi Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi khususnya desa-desa yang di atasnya terjadi Karhutla, berpotensi menghadapi kemungkinan bencana banjir pada musim hujan. Mulai dari banjir bandang, tanah longsor hingga berkurang bahkan hilangnya mata air.
1. Pohon tegakan hilang, berpotensi banjir bandang
Ancam banjir bandang tanah longsor hingga berkurangnya debit air paska Karhutla tersebut disampaikan oleh Pemerhati Lingkungan dan Sumber Daya Air, Wiyono, ST. MSi. Pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Bhakti Husada Mulia Madiun itu menyoroti rusaknya pohon tegakan.
"Tegakan hilang terbakar mengakibatkan run off air hujan tidak bisa tertahan. Otomatis tidak bisa meresap atau tidak terjadi infiltrasi. Bisa jadi saat kemarau tahun depan, diprediksi debit sumber mata air menyusut atau malah justru hilang," kata Wiyono, Senin (9/10/2023).
Untuk banjir bandang, lanjutnya, terjadi saat awal musim penghujan. Terlebih, jika di awal musim penghujan langsung turun deras. "Dan ini pernah terjadi pada tahun 1997, 2008, dan 2015. Itu diwilayah Poncol, Plaosan, dan Panekan," lanjutnya.
Baca Juga: Karhutla Lawu Menjalar ke Kebun Teh Jamus Ngawi
2. Banjir terparah pada tahun 2002, 7 rumah hanyut 4 sapi mati
Banjir bandang terparah terjadi pada tahun 2002 di desa Ngiliran Kecamatan Panekan yang saat ini masih berlangsung kebakaran. Tahun 2001 kebakaran tahun 2002 hujan turun deras 7 rumah dan Musola di bawahnya hanyut dan tertimbun lumpur dan batu. 4 ekor sapi warga mati.
"Kemudian dampak panjangmya akan mempengaruhi menyusutnya potensi aquifer air tanah dalam yang biasa disebut dengan sumur dalam. Karena menyusutnya infiltrasi air hujan kedalam bawah lapisan kedap air lapisa 2-4 dibawah 50 meter," jelasnya.
3. Warga yang tinggal di aliran sungai mengaku was was
Kuslan salah saksi mata banjir bandang warga desa Ngiliran turut menceritakan jika saat itu paska kebakaran tahun 2001 kemudian tahun 2002 musim hujan tiba.
"Sebelum peristiwa itu hujan sangat deras, air dari atas membawa matrial lumpur dan batu menerjang 7 rumah dan satu musola. Yaitu rumah pak Kemis, Sugi, pak Rebo, Warno Parin, Jarwo dan yang lain saya lupa," kata Kuslan.
Kuslan bahkan bisa menunjukkan sisa sisa pondasi rumah dan Musala. Peristiwanya pada siang hari. Jika malam hari dia tidak bisa membayangkan pada malam hari pasti akan banyak korban jiwa.
"Kami berharap pemerintah segara hadir dan serius dalam penanganan Karhutla di gunung Lawu saat ini. Bila tidak segera padam dampaknya pasti akan fatal bagi kami. Tanaman kopi mati, banjir bandang dan tanah longsor menghantui kami," pintanya.
Pantauan media ini di lokasi, api terus megarah ke selayan dan puncak. Petugas gabungan dari TNI AD, Polri, BPBD, Pehutan dan LMDH tampak masih berjibaka memadamkan api tanpa dukungan heli water bombing
Baca Juga: Hari ke-7, Karhutla di Gunung Lawu Magetan Belum Juga Padam
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.