Waduk Gonggang Mengering, Petani Magetan Terancam Merugi

Ongkos membeli air sumur pompa dalam naik Rp10 juta

Magetan, IDN Times – Ribuan hektar lahan pertanian di tiga kecamatan di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, terancam gagal panen setelah Waduk Gonggang di Desa Janggan, Kecamatan Poncol, berhenti mengalirkan air. Waduk yang menjadi sumber utama irigasi untuk sawah-sawah di Kecamatan Poncol, Parang, dan Lembeyan ini tidak lagi mampu menyuplai air pada musim tanam ketiga tahun ini. Imbasnya, ongkos produksi para petani melonjak hingga 60 persen.

1. Biaya produksi meroket, hasil panen tak sebanding

Waduk Gonggang Mengering, Petani Magetan Terancam MerugiTinggal sumur pompa dalam yang mahal sumber utama pengairan petani. IDN Times/ Riyanto.

Musim tanam tahun ini menjadi masa yang sulit bagi petani di Magetan Selatan. Air dari Waduk Gonggang yang biasanya digunakan untuk irigasi kini tak bisa diandalkan karena debitnya menyusut drastis. Para petani pun terpaksa mengandalkan air dari sumur pompa dalam, yang biaya operasionalnya jauh lebih tinggi.

Salah satu petani, Taman, dari Desa Pragak, mengeluhkan kenaikan ongkos produksi akibat berhentinya pasokan air dari waduk. "Biasanya, biaya irigasi hanya sekitar Rp4 juta per hektar, tapi sekarang bisa mencapai Rp10 juta karena harus pakai sumur pompa. Biaya air waduk jauh lebih murah," ungkapnya, Rabu (18/09/2024).

Di sisi lain, harga jual jagung pipil kering yang diperkirakan di bawah Rp5 ribu per kilogram tak sebanding dengan ongkos produksi yang melonjak. "Kalau harga jagung tetap segitu, ya kami jelas rugi. Ongkos air terlalu mahal," tambah Taman.

Baca Juga: Waduk di Madiun Menyusut, 3 Kecamatan Terancam Gagal Panen

2. Petani khawatir merugi, berharap harga naik

Waduk Gonggang Mengering, Petani Magetan Terancam MerugiPetani di desa Tamanarum kecamatan Parang tengah memanen kacang. IDN Times/ Riyanto.

Senada dengan Slamet, petani lain di desa Mategal mengaku sudah merasakan beratnya bertani di musim tanam kali ini. Kenaikan biaya air membuatnya khawatir tak bisa menutupi ongkos produksi.

"Kami sudah bisa merasakan kemungkinan rugi karena biaya tinggi, sementara harga jagung murah. Harapannya, harga jagung bisa naik di atas Rp5 ribu per kilogram, supaya kami masih punya sedikit keuntungan," ujar Slamet dengan nada cemas.

Ia berharap pemerintah hadir untuk membantu para petani menghadapi kondisi sulit ini. "Kalau bisa, harga jagung naik sampai Rp6 ribu per kilogram. Kalau tidak, kami pasti rugi. Pemerintah harus turun tangan supaya harga panen nanti sesuai dengan ongkos yang kami keluarkan," tutupnya.

3. Waduk Gonggang menyusut drastis akibat kemarau panjang dan sedimen

Waduk Gonggang Mengering, Petani Magetan Terancam MerugiKondisi waduk Gonggang di Desa Janggan Poncol yang surut. IDN Times/ Riyanto.

Penyebab utama krisis ini adalah kemarau panjang yang melanda Kabupaten Magetan. Menurut Anis Hidayat, petugas lapangan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, volume air di Waduk Gonggang pada September 2024 hanya tersisa 600.000 meter kubik, atau sekitar 40 persen dari kapasitas normalnya yang mencapai 1,5 juta meter kubik.

"Dari total 1.392 hektar lahan yang biasa dialiri waduk, hanya sekitar 120 hektar yang masih bisa mendapat air. Itu pun hanya lahan yang berada di dekat waduk," jelas Anis.

Selain faktor cuaca, tingginya endapan lumpur di dasar waduk juga memperburuk keadaan. Sedimen lumpur yang menumpuk selama musim hujan membuat waduk hanya mampu menampung sekitar tiga perempat dari kapasitas normalnya.

Dengan musim kemarau yang diprediksi masih akan berlangsung, kondisi Waduk Gonggang diperkirakan akan semakin kritis dalam waktu dekat. Para petani berharap pemerintah segera menemukan solusi agar ketahanan pangan di wilayah tersebut tidak semakin terancam.

Masalah ini menjadi tantangan besar yang mendesak untuk segera diatasi, demi keberlangsungan pertanian dan kesejahteraan petani di Magetan.

Baca Juga: Waduk Gonggang Menyusut, Ribuan Hektare Sawah di Magetan Terancam

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya