Siapkan Generasi Terampil, 1000 anak Membatik Bersama  

Kegiatan membatik bersama untuk menjaring bakat sejak dini

Banyuwangi, IDN Times - Sepanjang jalan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Desa Tampo, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, dipenuhi 1000 anak-anak yang sibuk mencanting, membuat guratan motif batik di atas lembaran kain putih. Anak-anak yang berasal dari siswa setingkat SD hingga SMA ini sedang mengikuti pagelaran Festival Canting Sewu untuk mendeteksi bakat, serta melatih kreativitas sejak dini.  

Baca Juga: Bidik Millennials, AirAsia Buka Penerbangan Banyuwangi-Kuala Lumpur

1. Menjadikan desanya sebagai sentra batik

Siapkan Generasi Terampil, 1000 anak Membatik Bersama  IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Kepala Desa Tampo, Suparno, menjelaskan di desanya saat ini terdapat 6 UMKM batik yang sudah go internasional, menembus pasar lokal, regional, nasional, hingga mancanegara. Lewat kegiatan Festival Canting Sewu, Suparno berkeyakinan menjadikan desanya sebagai sentra kerajinan batik di Banyuwangi. Untuk mewujudkannya, berbagai pelatihan untuk generasi muda akan rutin digelar guna regenerasi perajin batik.  

"Kerajinan batik di Desa Tampo sudah ada yang berdiri sejak tahun 80-an. Batik tulis, cap lebih banyak. Kami inginkan di sini bisa jadi sentra, dan serius mendidik generasi muda," ujar Suparno di sela pagelaran Festival canting Sewu, Jumat (16/11).  

2. Mendidik keterampilan sejak dini

Siapkan Generasi Terampil, 1000 anak Membatik Bersama  IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Saat festival berlangsung, ratusan anak-anak terlihat memadati jalan di sekitar RTH Tampo. Anak-anak duduk berkerumun sesuai sekolah asal masing-masing. Masing-masing anak yang membawa canting, terlebih dahulu diisi dengan cairan malam yang ditaruh di sebuah cawan. Kemudian, masing-masing anak tampak serius mengguratkan cantingnya sesuai motif batik khas Banyuwangi, seperti Gajah Uling dan Kangkung Stingkes.  

Saat mencanting, sebagian besar anak-anak tampak serius, memastikan guratan malamnya rapi sesuai motif batik. Beberapa sudah mandiri, ada juga yang masih didampingi para guru sekolahnya.  

Salah satu kelompok mencanting asal Sekolah Luar Biasa (SLB) PGRI 2 Jajag, serius mencanting. SLB PGRI membawa 20 siswanya setara SMP dan SMA kelas tuna rungu yang pernah meraih juara membatik nasional. 

"Jadi sekolah di SLB kami ada pelajaran vokasional membatik yang memang diunggulkan. Anak-anak ini semua tuna rungu dan sudah pernaih juara lomba tingkat nasional," kata Rtiyana Tri Paluke, Guru Vokasional SLB Jajag. 

Dari festival ini, Rtiyana berharap bisa menguatkan jaringan dan kemampuan membatik anak didiknya. "Di Desa Tampo ini kan banyak perajin batik, harapannya bisa menemukan ruang kreatif, dan skill juga untuk anak-anak," jelasnya. 

Selain itu, puluhan siswa-siswi SDN 7 Taman Agung, Kecamatan Cluring, di sisi kerumunan tengah, tampak sibuk membatik motif gajah uling. Para siswa yang masih duduk di bangku kelas 5 dan 6 ini, sedang membatik motif Gajah Uling.  

Guru SDN 7 Taman Agung, Martin, menjelaskan semua anak didiknya baru pertama kali mengenal cara mencanting. Mulanya, dia sempat memberitahu cara membatik, namun setelahnya dibiarkan mandiri sesuai kemampuan para siswanya.  

"Di sekolah kami belum ada ekstrakulikuler membatiknya. Jadi anak-anak ini semua baru belajar saat di sini, dadakan semua. Tapi bagus kok, itu lihat, tampak rapi. Ke depan ingin bikin ekstrakulikuler batik, soalnya di Desa Taman Agung juga banyak pembatik," jelasnya. 

3. Regenerasi perajin batik

Siapkan Generasi Terampil, 1000 anak Membatik Bersama  IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Sementara itu, Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, kepada para guru pendamping dan perangkat desa menyampaikan jiwa entrepreneur harus dibangun sejak dini untuk memperkuat tenaga terampil jaga panjang di Banyuwangi. Festival Canting Sewu merupakan upaya untuk regenerasi perajin batik Banyuwangi.  

"Beberapa hari lalu saat ketemu Presiden, dana desa harus dikerjakan optimal, jiwa entrepreneur dibangun sejak dini, karena sekarang harus ada inovasi. Sekelas perusahaan besar, kalau tidak ada inovasi akan kolaps, apalagi yang skala UMKM," kata Anas. 

Menurutnya, pasar batik masih sangat dibutuhkan seiring pertumbuhan pariwisata di Banyuwangi. Terutama tenaga terampil untuk mencanting di Banyuwangi sangat dibutuhkan.

Baca Juga: Rampas Motor Korban, Marinir Gadungan Ditangkap Polsek Banyuwangi

Topik:

  • Edwin Fajerial

Berita Terkini Lainnya