Pikat Wisatawan, Pasar Tradisional di Banyuwangi Adopsi Thailand

Revitalisasi diharapkan pemasukan pajak daerah meningkat

Banyuwangi, IDN Times - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi secara bertahap  merevitalisasi Pasar Tradisional Sritanjung. Saat ini telah terdapat sentra kuliner tradisional dengan 23 stand yang didesain nyaman dan rapi, mengadopsi model pasar di Thailand.

Baca Juga: Banyuwangi Resmi Ditetapkan sebagai Geopark Nasional

1. Mengadopsi pasar di Thailand

Pikat Wisatawan, Pasar Tradisional di Banyuwangi Adopsi ThailandHumas Pemkab Banyuwangi

Pasar tradisional yang dulunya terkesan tidak beraturan, kini dirombak dengan ukiran-ukiran kayu bermotif khas Banyuwangi. Lantainya memakai ubin berwarna klasik.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, menyampaikan revitalisasi tersebut terinspirasi dengan model pasar di Thailand yang bisa memikat kunjungan wisatawan.

"Saya memang bercita-cita menjadikan pasar rakyat menjadi jujugan wisatawan, makanya pasar ini kami tambah fungsinya menjadi pusat kuliner dan souvenir. Kami banyak belajar dari Thailand, seperti Pasar Chatuchak," kata Anas, Selasa (4/12).

2. Seperti mini kafe

Pikat Wisatawan, Pasar Tradisional di Banyuwangi Adopsi ThailandHumas Pemkab Banyuwangi

Desain pasar yang menyerupai mini kafe, lengkap dengan meja dan kursi di masing-masing lapak menuntut para pedagang harus lebih menjaga kebersihan.

"Pedagang kami paksa dalam tanda kutip untuk terus menjaga kebersihan, karena memang didesain sebagai destinasi, bukan cuma transaksi dagang,” katanya.

Pasar Sritanjung berada di pusat kota Banyuwangi. Beragam menu kuliner tradisional seperti rujak soto, sego tempong, sego cawuk, hingga kopi lokal tersaji di sana.

"Ini baru satu minggu selesai. Bertahap kami akan revitalisasi semuanya," katanya.

3. Pasar jadi pusat oleh-oleh

Pikat Wisatawan, Pasar Tradisional di Banyuwangi Adopsi ThailandHumas Pemkab Banyuwangi

Untuk membuka kesempatan bisa dirasakan banyak kalangan, pihaknya akan membuat aturan baru, ada waktu satu hari untuk wisatawan bebas mencari kuliner dan oleh-oleh di pasar tradisional.

"Misalkan berlibur tiga hari, dua hari yang ngatur travel agen, satu hari lainnya wisatawan bebas untuk memilih tempat kuliner dan oleh-oleh, salah satunya di sini," katanya.

Setelah membangun sentra kuliner, pihaknya bertahap membuat pusat souvernir dan buah-buahan di blok pasar sisi utara.

Menurutnya pasar bisa menjadi destinasi yang menarik sepanjang didesain menarik dan nyaman. Wisatawan bisa merasakan pengalaman bertransaksi di pasar tradisional yang khas, sekaligus bisa mendapatkan kuliner dan beragam souvenir lokal. 

"Target saya jadi pusat oleh-oleh dengan harga yang murah. Wisatawan bisa mendapatkan harga murah di sini," kata Anas.

4.Tidak ada paksaan

Pikat Wisatawan, Pasar Tradisional di Banyuwangi Adopsi ThailandHumas Pemkab Banyuwangi

Anas mengatakan revitalisasi pasar dilakukan tanpa ada unsur paksaan kepada pedagang. Sebelumnya pasar di bagian belakang yang sekarang jadi sentra kuliner terdapat banyak gudang dan lapak yang tidak digunakan pedagang.

"Gudang, lapak yang tidak digunakan kami rombak, sederhana tapi bersih dengan sewa murah agar pedagang bisa terus jualan. Dan ini tidak ada pedagang baru. Kalau pembangunan ini ada satu saja pedagang yang tidak sepakat tidak akan kami bangun, dan ternyata semua pedagang sudah kompak, akhirnya kami bangun," terangnya.

Revitalisasi tersebut diharapkan juga bisa meningkatkan pemasukan pajak di daerah. Selama tujuh tahun, rata rata pemasukan dari pasar masih jauh melampaui target.

"Target pajak Rp11,5 miliar terkakhir yang masuk hanya Rp5,8 miliar per tahun," ujarnya.

Iswati, penjual rujak soto dan pecel rawon mengaku senang standnya menjadi lebih bagus dan bersih. "Karena tempatnya lebih enak. Tempat untuk pengunjung juga lebih lapang," kata Iswati yang berjualan sejak 1996.

Baca Juga: Bandara Banyuwangi 90% Rampung Desember Ini

Topik:

  • Edwin Fajerial

Berita Terkini Lainnya