Tragedi Kanjuruhan Sudah 10 Hari Berlalu, Mata Geri Masih Merah Darah

Ia berjarak satu meter dari gas air mata

Malang, IDN Times - Gas air mata tak hanya membekas pada salah satu korban bernama Raffi Atha (14). Korban lain bernama Geri Eka Saputra (20) juga mengalami hal serupa. 10 hari pasca tragedi Kanjuruhan, bola mata Geri masih berwarna merah darah. Warna putih pada mata pun pun tak terlihat.

"Kata dokter ini pendarahan, pembuluh darahnya pecah. Iya (kena bahan kimia)," ujar Geri kepada IDN Times, Selasa (11/10/2022).

Geri mengatakan, ia hanya berjarak satu meter dari gas air mata yang mendarat ke arah tribun. Seketika, matanya itu langsung perih. "Saya di Gate 13, jarak paling satu meteran dari gas air mata, jadi (asap) langsung kena mata," ungkapnya.

Geri berlari keluar stadion melalui pintu Gate 13. Ia sulit keluar karena sempat berdesak-desakan dengan ratusan orang lainnya. "Keluar 30 menit, saya hampir pingsan, terus saya ditarik orang, gak tahu orangnya siapa," beber Geri.

Geri membiarkan matanya yang perih itu. Ia berlari mencari tempat yang jauh dari gas air mata. Ia juga mengaku pasrah lantaran tak tahu penanganan seperti apa yang harus dilakukan."Saya biarin saja (matanya) gak tau soalnya (cara penangananya)," ungkap Geri.

Tak langsung mengobati matanya, Geri kemudian masih harus datang ke rumah kawannya untuk memberi kabar kawannya kritis. Beberapa saat setelah itu, barulah Geri datang ke RS Wava Husada Malang. "Saya gak dirawat, jadi hanya dikasih obat iritasi saja," ungkapnya.

Rasa perih di mata itu, ia rasakan hingga Minggu (2/10/2022). "Siangan sudah lumayan (tidak terlalu perih)," kata Geri Saat ini, mata Geri  sudah cukup membaik. Meski begitu, ia masih harus menjalani pengobatan. "Sekarang sudah agak putih, kata dokter 3 minggu baru pulih," ungkap dia.

Sebelumnya diberitakan, dampak paparan gas air mata masih dirasakan oleh beberapa korban selamat dari tragedi Kanjuruhan. Salah satunya adalah Raffi Atha Dziaulhamdi (14). Ditemui pada, Minggu (9/10/2022), kedua bola mata , warga Jalan Prof Moh Yamin Gang 2A, RT05 RW06, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, warnanya tampak masih merah legam.

Menurut penuturan korban, kedua bola matanya berubah warna setelah ia terpapar asap gas air mata yang ditembakkan polisi di Stadion Kanjuruhan pasca laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya, Sabtu malam 1 Oktober 2022 lalu. Tak hanya mata memerah, Raffi juga mengaku sempat sesak nafas.

Belakangan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengakui temuan Komnas HAM soal dugaan adanya gas air mata yang ditembakkan polisi saat tragedi berdarah di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur sudah kedaluwarsa sejak 2021. Namun, menurut Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Dedi Prastyo, gas air mata kedaluwarsa justru tidak efektif lagi.

Namun, hal ini ditanggapi berbeda oleh beberapa pakar. Kepala Departemen Kimia Institut Tekonologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Fredy Kurniawan mengatakan, gas air mata yang yang kedaluwarsa belum tentu kemampuannya menurun. Kemungkinannya ada dua bila gas air mata tersebut kadaluwarsa.

"Bisa menurun membuat iritasi, tapi bisa semakin mematikan. Kita tidak tahu berubah jadi apa senyawanya," kata Prof Fredy, Selasa (11/10/2022). Gas air mata meski tidak kedaluwarsa adalah benda yang berbahaya. Sebab, gas air mata adalah mengandung bahan kimia yang berbahaya. "Semua gas air mata berbahaya makanya dilarang untuk perang. Ada perjanjiannya," tuturnya.

Baca Juga: Jejak Tragedi Kanjuruhan di Bola Mata Raffi

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya