Ramai-ramai Kena 'Prank' Bus Setrum Surabaya

Terlanjur ditunggu tapi tak kun

Surabaya, IDN Times -  Sumiati (62) tampak celingukan di Halte Bus SMPN 19 Surabaya di Jalan Ir Soekarno, Surabaya. Ia mengaku sudah duduk lebih dari 10 menit menanti bus listrik yang akan membawanya pulang ke Jalan Donorejo. Mukanya langsung kecut saat IDN Times memberi tahunya bahwa bus listrik yang melintas di trayek tersebut tak beroperasi lagi sejak 1 Januari 2023.

"Saya gak tau (kalau berhenti beroprasi), loh kosong (jalurnya) ternyata. Makanya saya tunggu dari tadi kok gak ada yang lewat, ya ini mau nyoba (bus listrik) lah kok gak ada," kata Sumiati. 

Lansia ini memang rutin menggunakan alat transportasi publik seperti Suroboyo Bus atau Trans Semanggi. Menurutnya, selain aman dan nyaman, bus itu gratis untuk lansia. "Iya sering (naik bus) kan gratis. Saya biasanya naik dari tengah kota di SMAN 6 (Jalan Gubernur Suryo)," tuturnya. 

Dengan rasa kecewa, Sumiati pun mencari alternatif transportasi lain. "Ini saya lagi nunggu ojek online," kata dia. 

Hal yang sama juga dialami calon penumpang lain. Anton (21), ia menunggu lebih dari 10 menit di Halte Unair Surabaya. Bus yang ia tunggu tak kunjung datang.  "Iya gak tahu (kalau berhenti operasi) saya ini mau ke Penjaringan," ujar mahasiswa Unair itu. 

Sebelum rute tersebut akhirnya dialihkan dari Suroboyo Bus ke bus listrik, Anton memang menggunakan bus sebagai alat transportasi alternatifnya. Kini, Anton pun bingung bagaimana cara dia bisa ke tempat tujuan. Sebab bus adalah alat transportasi massa satu-satunya di jalur tersebut. 

"Kalau ada bemo (angkot) ya pakai bemo, lah ini dari tadi gak ada yang lewat," pungkas dia. 

Kedua warga tersebut merupakan korban 'prank' dari bus listrik di Surabaya. Mereka kadung berharap armada berbahan bakar setrum ini bisa menjadi opsi tambahan untuk transportasi publik. Maklum, Surabaya mendapat 17 unit bus listrik bekas pakai gelaran G20 lalu dari Kementerian Perhubungan. Bus itu pun mulai beroperasi 20 Desember 2022 lalu.  

Saat penyerahan, Direktur Angkutan Jalan, Kementerian Perhubungan, Suharto mengatakan, Surabaya adalah kota pertama yang diberi bantuan bus listrik. Keberadaan armada itu pun diharapkan mampu mendukung Trans Semanggi dan Suroboyo Bus. Bus-bus ini rencananya akan mengaspal di dua trayek, yaitu Purabaya-Kenjeran Park dan Tunjungan-Benowo, serta Bungurasih-Kenjeran.

Selain itu, bus-bus ini dalam jangka panjang diharapkan mampu membantu mengurangi emisi karbon di Kota Pahlawan. "Supaya nanti, target emisi karbon yang di Kota Surabaya ini semakin lama semakin menurun," ujar Suharto.

Sayangnya, baru 12 hari mengaspal, operasional bus ini dihentikan. Pemerintah Kota Surabaya bilang penghentian ini dikarenakan pembaruan kontrak antara Kementrian Perhubungan (Kemenhub) dengan Damri yang merupakan operator bus listrik. 

Kepala Dinas Perhubungan, Kota Surabaya, Tundjung Iswandaru mengatakan, kontrak bus listrik dilakukan setiap tahun, jadi ketika tahun berganti dan belum diperpanjang, maka bus akan berhenti beroperasi. 

"Memperbarui kontrak infonya, karena kontraknya per tahun. (Sekarang) dibiarkan kosong karena memang sudah dilayani bus listrik," ujar Tundjung kepada wartawan, Rabu (4/1/2023).

Ia mengatakan akan memberi waktu satu bulan penyelesaian tanda tangan kontrak. Jika dalam waktu satu bulan kontrak belum selesai dan bus listrik belum berjalan, pihaknya segera mengisi kekosongan rute. 

"Sekitar satu bulanan (tanda tangan kontrak). Kalau ke depannya satu bulan enggak ada ya tak lihat, tak isi Suroboyo Bus," kata Tundjung. 

Baca Juga: Bus Listrik Surabaya Belum Siap Regulasi Hingga Tarif

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya