Ketua Paguyuban Reog Surabaya Sebut Pengajuan ke UNESCO Terkendala Ini

Ternyata gak mudah maju ke UNESCO

Surabaya, IDN Times - Ketua Paguyuban Pedagang Reog Ponorogo dan Jaranan Kota Surabaya (HIPREJES) Tri Susanto angkat bicara soal Reog yang diklaim Malaysia. Dia mengatakan, pemerintah sejauh ini kesulitan dalam pengajuan ke UNESCO.

 

1. Pemerintah disebut setengah hati

Ketua Paguyuban Reog Surabaya Sebut Pengajuan ke UNESCO Terkendala Iniilustrasi Reo Ponorogo (goodminds.id)

Menurut Tri, pemerintah terkesan setengah hati dalam pengajuan Reog ke UNESCO. Seharusnya, kata dia, pemerintah mengajukan sejak dulu. Bukan ketika ada wacana klaim tetangga sebelah lalu buru-buru menyiapkan dokumen.

"Kenapa gak dari dulu ini dipatenkan kalau memang ada kendala kita carikan solusi, kedalanya di mana," ujarnya saat ditemui IDN Times, Senin (11/4/2022).

Baca Juga: Diklaim Malaysia, Seniman Reog di Surabaya Ngamuk

2. Bulu merak dan kepala macan jadi sotoran

Ketua Paguyuban Reog Surabaya Sebut Pengajuan ke UNESCO Terkendala IniIlustrasi Reog Ponorogo (sumber: steemit.com)

Tri menjelaskan, kendala pemerintah dalam pengajuan warisan Reog ini juga karena Reog terbuat dari  bulu merak dan kepala macan. Hal ini dinilai bertentangan dengan aturan pelestarian satwa dilindungi di luar negeri.

"Harus ada solusi agar tidak tabrakan dengan Undang-Undang di negara lain terkait dengan satwa dilindungi," ungkapnya. 

Jika pemerintah serius untuk mendaftarkan Reog ke UNESCO harusnya, pemerintah juga mencari solusi yang tepat. Misalnya mengganti bulu merak dengan bulu merak sintetis atau buatan dan mengganti kepala macan dengan kepala macan buatan.

"Kalau memang cinta dengan Reog, carikan penggantinya, harus ada pengerajin-pengerajin yang dilibatkan, " jelasnya.

3. Malaysia tidak salah mengklaim Reog

Ketua Paguyuban Reog Surabaya Sebut Pengajuan ke UNESCO Terkendala IniPenampilan Reog Ponorogo di Bundaran HI, Jakarta (jakarta-tourism.go.id)

Menurutnya, Reog memang berasal dari Ponorogo, Malaysia sebenarnya tidak salah jika mengklaim Reog, karena dari sejarahnya banyak penduduk Indonesia khususnya Jawa yang berimgrasi ke Malaysia. Mereka lalu mengembangkan kesenian nenek moyang mereka di tempat tinggal baru.

"Mereka gak salah mengembangkan budaya nenek moyangnya di negara yang sekarang menjadi tempat tinggalnya. Pemerintah Malaysia menangkap hal itu sebagai khasanah budaya yang ada di Malaysia," tuturnya.

Sayangnya, Pemerintah Indonesia kurang gerak cepat mendaftarkan Reog ke UNESCO, sehingga ada wacana klaim diklaimlah oleh negara tetangga.

"Sebenarnya ini hanya wacana, pemerintah Malaysia belum mengeluarkan statment soal klaim Reog," pungkasnya

Baca Juga: Reog Ponorogo Diklaim Malaysia, Pakar: Sudah Cukup Sering!

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya