10 Juta Gen Z Menganggur, Ini Pendapat Akademisi Surabaya 

Gen Z jangan cuma jadi objek mencari suara

Surabaya, IDN Times - Pernyataan tentang 10 juta Gen Z yang menganggur telah menjadi topik pembicaraan yang ramai. Seorang dosen Kajian Budaya dan Media dari Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya juga memberikan tanggapannya terhadap pernyataan tersebut.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat sekitar 9,9 juta anak muda berusia 15-24 tahun di Indonesia yang tidak terlibat dalam aktivitas produktif dari total 44,47 juta anak muda usia 15-24 tahun, atau sekitar 22,25 persen pada bulan Agustus 2023.

1. Gen Z selama ini dikenal sebagai generasi kreatif

10 Juta Gen Z Menganggur, Ini Pendapat Akademisi Surabaya Para Gen Z Fisip Undip. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Menurut Radius, data mengenai 10 juta Gen Z yang menganggur tersebut mengejutkan banyak pihak. Hal ini karena Gen Z sering kali dianggap sebagai generasi yang kreatif, adaptif, dan melek teknologi.

"Tingginya angka pengangguran Gen Z tentu mengejutkan kita semua, mengingat dalam wacana publik, Gen Z kerap dipandang sebagai generasi yang kreatif, adaptif, dan melek teknologi dengan berbagai label fantastis," ujarnya pada Sabtu (25/5/2024).

Hal ini menunjukkan bahwa citra Gen Z bisa berbeda dari realitasnya. Sebenarnya, banyak Gen Z yang tidak seberuntung dalam hal pekerjaan dan kesuksesan. Mereka tidak memiliki keuntungan yang memadai dan harus berjuang keras untuk mendapatkan pekerjaan.

"Perbedaan antara citra Gen Z di ruang publik digital dan realitasnya secara jelas menimbulkan masalah. Anak muda hidup dalam gelembung citra yang sering kali mengkhawatirkan," jelasnya.

Baca Juga: Jalur Terjal para Kandidat Independen dalam Pilwali Surabaya

2. Narasi pemerintah dan media tentang Gen Z

10 Juta Gen Z Menganggur, Ini Pendapat Akademisi Surabaya ilustrasi pasangan yang sedang jatuh cinta (pixabay.com/panajiotis)

Bagi Radius, narasi pemerintah dan liputan media terhadap Gen Z dapat menunjukkan bias kelas. Artinya, citra Gen Z yang biasanya muncul dalam media lebih didominasi oleh mereka yang memiliki privilese atau berasal dari golongan menengah ke atas.

"Sementara itu, Gen Z dari kalangan bawah, yang jumlahnya jelas lebih besar, sering kali tidak mendapatkan perhatian yang sama," ujarnya.

Ia menyoroti bahwa data tentang 10 juta Gen Z yang menganggur menunjukkan bahwa pemerintah memiliki PR yang belum terselesaikan. Generasi sebanyak Gen Z, yang jumlahnya signifikan, harus mendapat perhatian khusus, terutama bagi mereka yang berasal dari kalangan menengah ke bawah.

3. Jangan hanya menjadi objek serta mendulang suara

10 Juta Gen Z Menganggur, Ini Pendapat Akademisi Surabaya ilustrasi berkumpul dengan teman (unsplash.com/ Helena Lopes)

Sehingga, anak muda jangan hanya menjadi objek untuk mendulang suara saat kontestasi politik berlangsung. Fenomena anak muda menganggur menunjukkan bahwa narasi anak muda seringkali hanya dimanfaatkan sebagai objek eksploitasi.

"Artinya, Gen Z yang tidak memiliki privilige ini tidak boleh hanya dijadikan komoditas politik yang dibicarakan menjelang kontestasi politik. Mereka juga harus mendapatkan perhatian serius dan dilibatkan dalam pembuatan kebijakan. Jika hal tersebut dilakukan, kita akan mampu menekan jumlah pengangguran dan menyelesaikan beragam persoalan yang ada," pungkasnya.

Baca Juga: Koalisi Golkar dan Gerindra Usung Bayu Airlangga pada Pilwali Surabaya

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya