[WANSUS] Kasatlantas Teddy: Edukasi Bisa Atasi Macet di Surabaya

Meski infrastruktur bagus jika warga tidak mengerti, percuma

Surabaya, IDN Times – Mengurus lalu lintas di kota metropolis tentu tidaklah mudah. Saat ini, hal tersebut menjadi tantangan bagi Kombes Pol Teddy Chandra, Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasatlantas) Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya. Ia yang dulu sempat tergabung dalam satuan reserse di Polda Papua mengandalkan upaya  edukasi kepada masyarakat agar paham pentingnya tertib berlalu lintas.

Teknologi Electronic Traffic Law Enfrocement (E-TLE) yang baru diresmikan di  Surabaya juga menjadi tantangan tersendiri bagi pria kelahiran Tanjung Karang, 23 April 1978. Lantas bagaimana Teddy menjawab berbagai tantangan tersebut. Berikut kutipan wawancara khusus IDN Times dengan Teddy, Rabu 5 Februari 2020 lalu.

Sudah berapa lama dinas di Jawa Timur?

Di Polda Jatim sudah setahun ini. Di Polda 10 bulan Kasubdit Provos Propam. Setelah itu di Polrestabes Surabaya 3 bulan.

Sebelumnya dinas di mana saja?

Di Papua 10 tahun, 5,5 tahun Sulut Polres Minahasa, Polres Minahasa Selatan, dan Polres Kepulauan Talaud. Polres Kepulauan Talaud adalah kepulauan terluar di Indonesia. Saya pernah jadi Pamapta, Kanit Resmob, Kanit Serse Polres Amurang, Kanit Laka Lantas, Kapolsek, Kabag Ops, Wakapolres, Sespritim, Sespripim Polda Papua. Kasubag Mujab.

Dengan pengalaman sebelumnya, apa tantangan menjadi Kasatlantas di Surabaya?

Setiap tempat pasti memiliki tantangannya sendiri. Kalau dulu di Papua saya terbiasa menangani perang suku yang proses mediasinya cukup panjang. Di sana juga akses kesehatan terbatas sampai saya pernah opname kena malaria selama seminggu.

Tapi untuk lalu lintas di Surabaya ini jadi barometer karena termasuk kota besar di Indonesia. Yang pertama jelas masalah kemacetan, kesemerawutan. Karena jelas jumlah kendaraan dengan ruas jalan tidak seimbang. Makanya kita di sini tentunya yang pertama mengajak masyarakat untuk tertib. Paling tidak dengan tertib itu kesemerawutan tidak terjadi.

Ruas jalan di Surabaya ini rata-rata mengalami kemacetan. Apalagi pada jam-jam tertentu. Misalnya pagi hari saat berangkat ke kantor, saat anak ke sekolah. Siang juga saat beristirahat karena butuh ke tempat makan dan sebagainya. Terlebih lagi sore, saat jam-jam tertentu Kota Surabaya ini akan mengalami peningkatan volume kendaraan karena yang bekerja di Surabaya bukan hanya orang Surabaya tapi warga sekitar contohnya Sidoarjo dan Gresik.

Secara umum sih keterbatasan sumber daya manusia. Jumlah personel di Satlantas dengan kondisi dinamisnya Kota Surabaya tentu saja dirasa kurang. Dan tentunya kesadaran masyarakat berlalu lintas harus ditingkatkan lagi.

Bagaimana cara mengatasinya?

Upaya preemtifnya dengan edukasi, sosialisasi. Kegiatan preventifnya pengaturan lalu lintas, penjagaan lalu lintas, pengawalan. Kemudian untuk membuat tertib juga perlu dilakukan kegiatan pola represif contohnya dengan penilangan.

Salah satunya dengan E-TLE. E-TLE ini sudah kurang lebih satu bulan di mulai sejak tanggal pemberlakuannya ya tanggal 16 Januari sampai saat ini untuk jenis pelanggaran yang ditindak yaitu yang pertama menerobos traffic light, marka, dan rambu, kemudian batas kecepatan, sabuk pengaman, penggunaan HP, dan tanpa helm.

Hasil evaluasi kami di Poskogakum, bagian penindakan itu sampai saat ini sudah sekitar 1056 tilang yang dilakukan penindakan terhadap masyarakat. Sebagian besar yang mendominasi adalah menerobos traffic light dengan jumlah tilang sebanyak 764.

 

Baca Juga: Besok Diuji Coba, E-TLE di Surabaya akan Berlaku Mulai 14 Januari 2020

[WANSUS] Kasatlantas Teddy: Edukasi Bisa Atasi Macet di SurabayaSosialisasi penerapan ETLE oleh Ditlantas Polda Jatim di ruang RTMC, Selasa (7/1). IDN Times/Ardianysah Fajar

Berdasarkan hasil evaluasi, apakah E- TLE dirasa efektif untuk membuat masyarakat Surabaya tertib berlalu lintas?

Harapannya begitu. Karena bukan cuma masyarakat, kami juga tidak segan menindak  kendaraan dinas. Malah kalau kendaraan dinas suratnya kami langsung kirim ke komandannya. Jadi petugas (kepolisian) juga sekarang takut-takut kalau berkendara karena ada E-TLE itu.

Perkembangan apa yang akan dilakukan dalam E-TLE?

Untuk infrastruktur kan yang menyediakan dari Pemerintah Kota. Katanya akan ditambah beberapa kamera lagi dengan softwarenya itu. Karena saat ini belum semua kamera bisa E-TLE. Tapi kami tidak sampaikan kamera mana saja yang bisa. Agar masyarakat selalu tertib dan waspada di mana saja.

Selain E-TLE, upaya apa yang dilakukan untuk menertibkan lalu lintas Surabaya?

Kami mempunyai program Cak Tejo. Itu singkatan dari Cakap, Tertib Jogo Suroboyo khususnya di bidang lalu lintas. Program Cak Tejo ini sebenarnya menggelorakan mengajak segenap masyarakat untuk tertib dan ikut andil peduli kepada situasi lalu lintas yang ada di Surabaya. Makanya kegiatan edukasi ini melibatkan semua komponen saya harapkan begitu. Jadi nanti mulai dari pelajar, mahasiswa, maupun komponen lainnya ikut Bersama-sama memberikan edukasi secara lanjut. Jadi ini ada agen-agen pelopor tertib lalu lintas.

Mengapa memilih edukasi sebagai upaya kedua penertiban lalu lintas? Apakah ada keinginan untuk mengubah infrastruktur atau jalur yang sudah ada?

Satlantas di program Dikmas kan jalan. Dari anak TK sampai komunitas lain jalan. Itu kan kayak rutinitas. Saya maunya itu bukan rutinitas belaka tapi kepedulian. Itu yang sulit, konsistensinya. Kalau soal launching gampang. Tapi konsistensinya ini. Akhirnya perlu juga ada sosok yang ditampilkan agar menarik. Munculah sosok Cak Tejo itu.

Cak Tejo itu gerakan. Tapi nanti kita sudah buat timelienya. Setiap sebulan atau 3 bulan kita evaluasi. Selain kegiatan edukasi ya kegaitan aplikatifnya selain forum juga mengajak masyarakat partisipatif agar berkelanjutan.

Sebagus apapun infrastruktur kalau orang-orangnya tidak mengerti maka pelanggaran akan tetap terjadi terus. Karena itu sifat dasarnya manusia untuk mementingkan dirinya sendiri. jadi kepentinganumum ini yang harus diselenggarakan

Apa harapannya bagi masyarakat Surabaya agar tertib berlalu lintas?

Dengan diberikan edukasi harapannya paham. Setelah paham dia mengerti. Setelah mengerti harapannya dia tahu. Dari itu dulu yang mau saya angkat. Dari personal lah. Nanti dia kan punya teman, dari teman punya grup atau komunitas yang lebih besar. Nanti  akhirnya bisa dari pribadi ke umum. Jadi seluruh masyarakat Surabaya  dapat paham mengenai pentingnnya tertib berlalu lintas agar menciptakan jalanan Kota Surabaya yang aman dan nyaman bagi kita semua.

Baca Juga: 122 Pelanggar Batas Kecepatan 40 km/jam Terekam E-TLE

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya