Cerita Gereja Padova Pasuruan, Trauma 1998 yang Terulang di 2018

Bagaikan luka lama yang terulang kembali

Pasuruan, IDN Times - Amukan-amukan massa kepada kelompok minoritas pada tahun 1998 tak mengecualikan sebuah kota kecil di Jawa Timur, Kota Pasuruan. Di sebuah gereja tua St Antonius Padova, massa berdemonstrasi, mengamuk hingga menghancurkan kaca-kaca gereja bahkan hampir menghanguskannya.

Kengerian 1998 rupanya tak luntur setelah dua dekade kemudian. Jemaat gereja sempat berhenti berdatangan untuk berdoa kepada Tuhannya saat tragedi Bom Surabaya pada Mei 2018. Mereka takut akan menjadi korban phobia terhadap golongan minoritas. Beruntung, saat itu tak terjadi apa-apa. Gereja itu pun saat ini tetap menjadi tujuan utama umat kristiani di Pasuruan dalam berdoa.

1. Menjadi sasaran amukan massa tak dikenal

Cerita Gereja Padova Pasuruan, Trauma 1998 yang Terulang di 2018IDN Times/Fitria Madia

Gereja Katolik St Antonius Padova sendiri telah berdiri sejak 1859. Gereja ini damai sebelum trauma dilekatkan kepadanya. Robertus Hendra Kurniawan mengisahkan bagaimana rekannya, almarhum Purwaji Wage dan almarhum Irwanto menjadi bulan-bulanan pengunjuk rasa.

Purwaji kala itu tengah berada di ruang karyawan yang letaknya cukup menjorok ke dalam di bagian samping gereja. Dari sisi itu, ia tak bisa melihat situasi di depan gerbang gereja. Betapa kagetnya ia ketika beberapa orang telah memasuki halaman gereja sembari meneriaki "Bakar! Bakar!"

"Pak Purwaji kaget. Tapi langsung melapor ke polisi. Pak Irwanto lari ke atap karena hampir dipukuli. Untung ada beberapa anggota massa yang mencegah soalnya sudah tua," ujar Hendra.

Para pengunjuk rasa yang entah dari mana asalnya telah melempari gereja dengan batu-batu yang dibawa. Kaca-kaca berhiaskan gambar Yesus pun pecah. Batu-batu dan beling berserakan di bagian dalam gereja. Beruntung kepolisian datang tepat sebelum massa membakar gereja.

Namun, massa beralih ke GPIB PNIEL yang berjarak beberapa meter di belakang Gereja Katolik St Antonius Padova. Gereja protestan itu pun gagal luput dari si jago api yang menghanguskan tiap sisi gereja.

Baca Juga: St Antonius Padova, Gereja Dua Abad Saksi Kerusuhan 1998

2. Jemaat takut ke gereja hingga setengah tahun

Cerita Gereja Padova Pasuruan, Trauma 1998 yang Terulang di 2018IDN Times/Fitria Madia

Selama 6 bulan, gereja sepi. Tidak ada lagi pakaian rapi dan wangi dari ratusan jemaat yang beribadah dengan keluarganya. Hanya segelintir orang, tak lebih dari 50 orang, yang memberanikan diri datang ke gereja.

"Ya jelas kami takut. Kami ini kaum minoritas. Takut jadi sasaran lagi. Kami tidak tahu tuntutan mereka apa. Tapi ya bagaimana lagi. Kami takut," tutur Hendra.

Seiring diperbaikinya bangunan gereja, jemaat juga kembali berani mendatangi rumah ibadah mereka. Namun tetap dengan penjagaan ketat dari kepolisian. Jendela-jendela telah kembali sempurna. Tapi kenangan akan kerusuhan 1998 tak hilang melalui dua bongkah batu di sudut etalase museum gereja.

3. Ketakutan kembali terjadi di 2018

Cerita Gereja Padova Pasuruan, Trauma 1998 yang Terulang di 2018IDN Times/Fitria Madia

 

Dua dekade telah berlalu. Kenangan pahit 1998 seharusnya telah terkubur dalam-dalam. Tapi rupanya tak semudah itu. Trauma menjadi sasaran amukan massa kembali terungkit pada Mei 2018 saat 3 gereja diledakkan oleh bom bunuh diri di Surabaya.

Kota Pasuruan memang berjarak jauh dari Surabaya. Tapi kengerian tersebut tak kalah hebatnya dari para jemaat gereja di Surabaya. Pasalnya, mereka kembali teringat akan nasib gereja yang menjadi bulan-bulanan massa. Mereka takut akan kembali menjadi sasaran kelompok intoleran.

"Iya memang (takut). Kami sudah pernah jadi sasaran. Jadi ya gimana ya. Kami ini kan minoritas jadi ada ketakutan. Dulu saja jadi sasaran utama, apalagi sekarang? Kalau gak waspada ya gimana," ungkap Hendra.

Pengunjung gereja pun kembali menurun drastis. Hendra menyamakannya seperti tahun 1998. Hanya tinggal puluhan orang yang berani ke gereja. Polisi kembali menjaga dengan ketat.

4. Berharap jangan terjadi aksi intoleransi kembali

Cerita Gereja Padova Pasuruan, Trauma 1998 yang Terulang di 2018IDN Times/Fitria Madia

 

Beruntung kondisi ini lebih cepat berlalu. Dalam waktu 3 bulan para jemaat sudah kembali berdatangan. Tak penuh memang. Setidaknya mereka kembali percaya gereja adalah tempat beribadah yang aman.

"Kami seperti menjadi perhatian utama polisi. Kalau ada gejolak sedikit kami langsung ditelepon dan diberi penjagaan. Memang di sini rawan menjadi sasaran," ungkapnya.

Kini masyarakat telah kembali pulih. Hendra dapat bernafas lega melihat saudara seimannya beribadah dengan tenang. Ia berharap tragedi tidak manusiawi tak lagi menimpa gereja ini atau pun gereja lainnya. Ia berharap umat manusia dapat hidup tenang berdampingan.

Baca Juga: Masjid Agung Al-Anwar, Peninggalan Macan Putih Pasuruan

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya