Mengenal Susanto, Relawan Asal Tulungagung yang Telah Keliling Dunia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tulungagung, IDN Times - Menjadi seorang relawan bencana sudah menjadi jalan hidup bagi Susanto. Warga Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung ini pernah terlibat dalam sejumlah misi bencana kemanusiaan di berbagai negara. Bahkan, dalam waktu seminggu, pria asal Jakarta ini hanya memiliki waktu dua hari saja di rumah. Sisanya digunakan untuk mengisi sejumlah kegiatan pelatihan relawan se-Indonesia.
1. Pertama menjadi relawan saat bencana Tsunami Aceh 2004
Pengalaman pertama Susanto dalam dunia relawan berawal tahun 2004 lalu, saat terjadi bencana Tsunami di Aceh. Saat itu, melalui Lembaga Manajemen Infaq (LMI), Susanto berangkat ke Aceh untuk membantu proses evakuasi. Keinginan kuat dan kepedulian menjadi semangat Susanto untuk terjun ke lokasi bencana. Selain itu menjadi relawan dianggap sebagai jalur dakwahnya.
"Setelah itu setiap ada kejadian bencana saya pasti langsung berangkat, hampir semua bencana alam saya terlibat sebagai relawan," ujarnya, Sabtu (18/12/2021).
2. Menjadi relawan ada ilmunya
Menurutnya seorang relawan juga dituntut untuk memiliki sejumlah kecakapan. Sesusai standart terdapat 26 kecakapan yang harus dimiliki oleh relawan. Diantaranya perencanaan, logistik, pencarian dan penyelamatan serta pengelolaan posko. Susanto sendiri terus meningkatkat kecakapan yang dimilikinya melalui sejumlah pelatihan. "Menjadi seorang relawan harus ada ilmunya," tuturnya.
3. Terlibat penanganan bencana kemanusiaan
Tak hanya bencana alam saja, Susanto juga terlibat dalam penanganan bencana kemanusiaan di beberapa negara. Sejumlah wilayah konflik seperti Palestina, Syiria, Myanmar dan Banglades pernah dikunjunginya.
Di negara tersebut Susanto membantu menangani di shelter pengungsian. Selain itu, Susanto juga melakukan trauma healing kepada anak-anak yang menjadi korban bencana kemanusiaan. "Kita membantu mengurusi pengungsi mulai dari makanan dan kebutuhan lainnya, selain itu sempat juga kita membuatkan sekolah untuk anak di lokasi pengungsian," terangnya.
Baca Juga: Mahasiswa Kuliah Daring Sambil Jadi Relawan SAR Erupsi Gunung Semeru
4. Pernah diancam, takut sama binatang buas
Beberapa peristiwa unik dialami oleh Susanto selama menjadi relawan. Salah satunya saat berusaha mengevakuasi korban bencana gempa bumi di Palu beberapa tahun lalu. Proses evakuasi korban saat itu diawasi oleh 4 ekor buaya yang siap menerkam. Selain itu, peristiwa yang nyaris merenggut nyawanya juga pernah dialami waktu di Myanmar.
Susanto yang sedang merekam aktivitas di sekolah pengungsi didatangi oleh intelejen Myanmar dan meminta untuk menghapus rekaman. "Kalau diancam-ancam seperti itu tidak takut saya, tapi kalau ancaman binatang masih takut, kan kalau manusia masih bisa diajak bicara, paling cukup bilang dont kill kita bisa selamat, tapi kalau binatang buas kan gak bisa," pungkasnya.
Baca Juga: Cerita Pilu Relawan Erupsi Gunung Semeru Temukan Jenazah Tak Utuh