Warga Desa Tropodo yang Berdamai dengan Asap Plastik Impor

Dioksin seolah sudah menjadi teman di sana

Sidoarjo, IDN Times - Awan hitam menggantung di atas Dusun Klagen, Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo. Bukan mendung, kepulan asap itu berasal dari puluhan cerobong pabrik tahu rumahan. Salah satunya milik Lucky Janiar. 

Saban hari, pria 32 tahun itu membakar tumpukan sampah plastik dalam tungku perapian miliknya. Asap pembakaran tungku kemudian disalurkan melalui pipa dan diarahkan ke bak untuk memasak tahu. "Ya memang, masaknya dari uap pembakaran disalurkan selang ini ke bak itu," ujar Lucky saat ditemui IDN Times, Kamis (11/7).

Bukan tanpa sebab Lucky dan produsen tahu lainnya memilih plastik sebagai bahan bakar. Harga adalah alasan utama. Untuk satu mobil pick-up sampah plastik, ia bisa membelinya dengan harga Rp200 ribu. Sementara untuk kayu, dengan jumlah yang sama Lucky harus merogoh kocek hingga Rp400-500 ribu.

Warga Desa Tropodo yang Berdamai dengan Asap Plastik ImporLucky sedang memasukkan bahan bakar plastik ke dalam tungku. IDN Times/Enggal Hendy Wardhana

"Kalau kayu ya gak nutut buat produksi yang (usaha) kecil gini makanya pakai sampah ini," ungkap Lucky. Meski begitu, ia pun sadar bahwa apa yang dilakukannya memicu bahaya.  "Sampai di sini dijuluki kota asap karena memang rata-rata pakai ini (bahan bakar sampah)."

Warga Desa Tropodo yang Berdamai dengan Asap Plastik ImporAsap tampak mengepul di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo. IDN Times/Enggal Hendy Wardhana

Lucky tak sendiri. Pemerintah Sidoarjo mencatat ada 31 pengusaha pabrik tahu di Desa Tropodo. Mereka tersebar di empat dusun, yakni Klagen, Areng-areng, Tropodo dan Bale Panjang. Hampir semua pabrik yang beroperasi menggunakan sisa pilahan sampah plastik impor dari Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto.

Praktik itu pun mulai membawa dampak buruk bagi warga sekitar. Nasikan (100) misalnya. Ia mengaku acap kali merasa sesak saat bernafas. "Banyak asapnya, apalagi kalau pagi. Saya sudah sesak tapi para produsen gak mau ganti bahan bakar."

Ia pun menyayangkan hal tersebut. "Dulu saya juga pernah kerja di pabrik tahu, itu bakarnya pakai kayu petai dan sekam," kata Nasikan. Sebenarnya, lanjut dia, pemilik pabrik sudah beberapa kali ditegur oleh warga atau pemerintah daerah. Namun, mereka kembali menggunakan plastik.

"Ya ganti kayu sebentar, sekarang boleh (lagi) pakai plastik," ungkapnya.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo pun mengamini hal tersebut. Berdasarkan laporan inspeksi yang diterima IDN Times, warga Desa Tropodo tercatat menderita berbagai penyakit seperti ISPA, diare, tekanan darah tinggi dan pneuomonia serta sesak nafas.

Warga Desa Tropodo yang Berdamai dengan Asap Plastik ImporDirektur Eksekutif Ecoton, Prigi Arisandi saat diwawancara awak media, Selasa (19/11). IDN Times/Ardiansyah Fajar

Celakanya, efek dari pembakaran plastik itu kini tak hanya meracuni udara. Penelitian yang dilakukan anggota lembaga International Pollutants Elimination Network (IPEN) yakni Ecoton, Nexus3 dan Arnika mengungkap bahwa praktik tersebut juga merusak rantai makanan.

"Hasil penelitian, sampah plastik yang dibakar meracuni ayam kampung. Telurnya mengandung dioksin tinggi" tegas Direktur Eksekutif Ecoton, Prigi Arisandi.

Mereka mengambil masing-masing tiga telur dari Desa Tropodo dan Bangun, Mei 2019. Telur itu direbus, dikemas dan dibawa ke Swiss. Selanjutnya, telur itu diteliti oleh Arnika di Praha, Republik Ceko.

Setelah diteliti, konsentrasi dioksin dalam telur asal Tropodo mencapai 200 pico gram per gram per lemak (pg TEQ g-1 lemak). Sementara di Desa Bangun, dioksinnya mencapai 100 pg TEQ g-1 lemak. Kandungan telur di Tropodo hampir sama dengan dioksin tertinggi darinAsia, 248 pg TEQ g-1lemak di Bien Hoa, Vietnam. Lokasi tersebut merupakan bekas pangkalan udara Militer Amerika Serikat yang terkontaminasi oleh racun historis Agent Orange.

"Ayam kampung di Sidoarjo (Dusun Klagen) terkontaminasi dioksin. Jumlah itu 70 kali lipat standar BPOM. BPOM itu 0,5 pg TEQ g-1 lemak. Ini kan sudah puluhan kali lipat," jelas Prigi.

Menurut Prigi, mengonsumsi telur dengan kandungan dioksin yang tinggi bisa memicu gangguan reproduksi, liver hingga imun tubuh. "Kalau penyakit yang paling banyak diderita, asma kronis, sesak nafas, jantung, tumor otak, dan flek paru-paru," kata Prigi. Bahkan, bila terlalu lama terpapar senyawa tersebut, penderita bisa menderita alzheimer demensia (pikun) lebih cepat.

Warga Desa Tropodo yang Berdamai dengan Asap Plastik ImporSampah plastik yang digunakan untuk memasak tahu di Desa Tropodo. IDN Times/Enggal Hendy Wardhana

Pencemaran yang timbul akibat pembakaran sampah plastik juga sangat berbahaya bagi ibu hamil. “Bisa mengalami gangguan pertumbuhan janin. Sebabkan cacat fisik bagi bayi,” kata Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Prof. Win Darmanto dalam rilis resmi website Unair.

Menurut Win, pembakaran sampah plastik tidak boleh dilakukan sembarangan. Agar asapnya tak menyebar, plastik harus dibakar menggunakan tungku yang tertutup bertekanan tinggi. Sebaliknya, ia menyarankan agar produsen tahu di sana memakai bahan bakar kayu atau gas. "Meski terbilang mahal, namun dari sisi kesehatan lebih aman,” kata Win.

Pemerintah setempat sendiri mengaku tak bisa berbuat banyak. Terlebih warganya terbelah soal peolemik ini. Warga yang tidak mempunyai usaha, sempat protes kepada pemilik pabrik. Protes sebaliknya disampaikan oleh produsen tahu.

"Pernah sempat demo, tapi ya balik lagi begini. Yang punya pabrik juga maunya kalau dilarang (pakai sampah plastik) ya semuanya dilarang tidak cuma di sini (Klagen)," ujar Kepala Dusun Klagen, Siti Kumaila (44).

"Kalau pemerintah melarang, mintanya ada kebijakan adil," katanya.

Warga Desa Tropodo yang Berdamai dengan Asap Plastik ImporBupati Sidoarjo saat melakukan deklarasi setop penggunaan sampah plastik sebagai bahan bakar di Desa Tropodo, Selasa (26/11). Dokumentasi Dinas Kominfo Sidoarjo

Setelah menjadi pembahasan di dalam dan luar negeri, persoalan ini pun mendapat atensi dari Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa. Ia mengaku langsung berkoordinasi dengan Pemkab Sidoarjo untuk memberikan solusi. Ada beberapa alternatif bahan bakar yang diusulkannya agar para warga mau meninggalkan sampah plastik.

Pertama ialah elpiji, pipa City Gas dari PGN, hingga CNG alias gas alam. Ada juga wood pallet atau serbuk kayu yang telah dipadatkan. Bahan itu juga ditawarkan oleh Bupati Sidoarjo, Saiful Illah. "Paling memungkinkan dan paling terjangkau itu wood pallet, menurut hitungan Pak Bupati (Sidoarjo)," kata Khofifah Jatim Expo, Selasa (19/11).

Terbaru, Saiful Illah juga menggelar sidak bersama Dinas Perdagangan Jatim, Selasa (26/11). Ia melakukan sosialisasi ke pelaku usaha tahu yang ada di Desa Tropodo. "Polusi udaranya gak karuan, asapnya hitam," katanya usai Gerakan Stop Penggunaan Sampah Plastik.

Sebagai solusi, ia pun menyarankan penggunaan wood pallet karena pabriknya sudah ada di Sidoarjo. "Soal subsidi awal nanti ada, tapi masih dibicarakan lagi sama Bu Gubernur."

Sebaliknya, ia mengaku sudah menyiapkan sanksi berat bagi produsen yang tetap beroperasi dengan sampah plastik. "Sanksinya ya pabrik itu gak boleh beraktifitas, ditutup," tegasnya.

Warga Desa Tropodo yang Berdamai dengan Asap Plastik ImporIDN Times/Arief Rahmat

Baca Juga: Sampah Impor Desa Bangun, Berkah di Antara Mara Bahaya

https://www.youtube.com/embed/iyo1Z_-KcZE

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya