Stunting Jatim Trennya Turun, Surabaya Ditarget Nol Kasus Tahun Ini

Siapkan sejumlah program 

Surabaya, IDN Times - Kasus gizi buruk alias stunting di Jawa Timur (Jatim) memang mengalami tren turun. Namun, sejumlah upaya tetap dilakukan untuk menekan angkanya hingga nol kasus.

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Indonesia turun dari 24,4 persen pada tahun 2021 menjadi 21,6 persen pada tahun 2022. Khusus Jatim, angka stunting tahun 2021 sebesar 23,5 persen, turun menjadi 19,2 persen pada tahun 2022.

Dari jumlah tersebut, ada tiga daerah di Jatim dengan angka stunting yang tinggi. Yakni Kabupaten Jember 34,9 persen, Bondowoso 32 persen dan Situbondo 30,9 persen. Disusul Ngawi 28,5 persen, Lamongan 27,5 persen, Bangkalan 26,2 persen, Kota Batu 25,2 persen, Tuban 24,9 persen, Bojonegoto 24,3 persen, Lumajang 23,8 persen, Kota Probolinggo 23,3 persen, dan Malang 23 persen.

Lebih lanjut, Jombang 22,1 persen, Kediri 21,6 persen, Sumenep 21,6, Kota Pasuruan 21,1 persen, Pacitan 20,6 persen, Pasuruan 20,5 persen, Nganjuk 20 persen, Trenggalek 19,5 persen dan Banyuwangi 18,1 persen.

Kemudian ada Kota Malang 18 persen, Madiun 17,6 persen, Tulungagung 17,3 persen, Probolinggo 17,3 persen, Sidoarjo 16,1 persen, Magetan 14,9 persen, Blitar, 14,3 persen, Kota Kediri 14,3 persen, dan Ponorogo 14,2 persen.

Selanjutnya, Kota Madiun 9,7 persen, Gresik 10,7 persen, Mojokerto 11,6 dan Kota Blitar 12,8 persen. Ada daerah dengan kasus stunting rendah, antara lain Kota Surabaya 4,8 persen, Sampang 6,9 persen, Pamekasan 8,1 persen, Kota Mojokerto 8,4 persen.

Pembina Program Advokasi Penggerakan dan Informasi (ADPIN) Perwakilan BKKBN Jatim, Sofia Hanik mengatakan, daerah yang berpotensi nol kasus dalam waktu dekat ialah Surabaya. Karena angka kasusnya hanya sekitar 4,8 persen. 

"Surabaya yang saat ini angka stuntingnya tinggal 4 persen, kita harapkan tahun 2023 menjadi zero stunting," ujarnya.

Nah, untuk menurunkan angka stunting dapat dilakukan dengan pengendalian kelahiran bayi baru yang bebas dari stunting. "Saat ini, anak pada keluarga di Jatim memang sudah dua anak. Namun, Jatim tidak boleh lengah terhadap stunting," katanya.

Terkait stunting sendiri, Sofia menjelaskan, kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis pada anak terutama di masa 1000 hari pertama kehidupannya. Kondisi tersebut berpotensi menurunkan kualitas sumber daya manusia dan berhubungan dengan tingkat kesehatan anak. 

Anak yang menderita stunting akan mengalami keterlambatan tumbuh kembang sehingga berdampak pada rendahnya inteligensi, rendahnya kemampuan belajar dan risiko gangguan kesehatan. 

"Misalnya, serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas di saat dewasa," katanya.

Untuk mewujudkan penanganan stunting yang optimal, BKKBN Jatim menyiapkan beragam langkah, salah satu inovasinya yaitu upaya mendekatkan pelayanan keluarga kepada masyarakat melalui platform siapbahagia. 

siapbahagia merupakan layanan informasi dan konsultasi keluarga secara online yang benar-benar gratis tanpa dipungut biaya. "Khusus hari ini, konselingnya bisa dilakukan secara langsung di acara Minggu Ceria bersama BKKBN Jatim, di Taman Bungkul Surabaya," ucapnya.

"Dengan mengakses siapbahagia.com klien akan ditangani langsung oleh tenaga profesional (psikolog, dokter dan bidan) yang akan membantu menjawab berbagai permasalahan keluarga mulai dari remaja, calon pengantin, pengasuhan anak dan balita, kesehatan reproduksi, konsultasi pelayanan kontrasepsi dan persoalan rumah tangga. Tidak perlu khawatir, karena seluruh informasi klien dijamin kerahasiaannya," pungkas Sofia.

Baca Juga: Angka Stunting di Jatim Masih 19,2 Persen, 3 Daerah Jadi Prioritas

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya